Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Adsorbsi Warna Metylen Blue Menggunakan Powder dan Granular Activated Carbon Biji Binjai (Mangifera Caesia) I Wayan Koko Suryawan; Anshah Silmi Afifah; Gita Prajati
JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa) Vol 3, No 2: December 2018
Publisher : Politeknik Sukabumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31544/jtera.v3.i2.2018.211-218

Abstract

Zat warna metylen blue adalah zat warna yang mudah didapat dan sering digunakan dalam berbagai bidang. Pewarna metylen blue yang digunakan harus diolah agar tidak terjadi pencemaran air, salah satu cara adalah dengan menggunakan adsorbsi. Proses adsorbsi membutuhkan adsorbet untuk media pengolahan. Binjai (Mangafera Caesia) adalah buah yang sering ditemui di daerah Bali dan Kalimantan Selatan. Biji buah Binjai dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan adsorbet dalam proses adsorbsi. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui proses adsorbsi oleh Powder Activated Carbon (PAC) dan Granular Activated Carbon (GAC) dari bahan biji Binjai. Proses pembuatan arang dilakukan secara fisika pada suhu 660oC. Setelah terbentuk arang ukuran adsorbet dibagi menjadi dua jenis media berdasarkan ukuran yaitu PAC dan GAC.  Langkah selanjutnya adalah pencucian adsorbet kemudian aktivasi pada suhu 105oC dan aktivasi secara kimiawi dengan KMnO4. Penyisihan zat warna metylen blue untuk inisial konsentrasi 1, 5, 10, 20, dan 30 ppm adalah 57,06%, 90,05%, 91,33%, 94,81%, dan 95,21% (PAC) serta 75,30%, 93,78%, 96,13%, 97,23%, dan 96,86% (GAC). Isoterm yang memiliki nilai R2 paling tinggi adalah Temkin yaitu diatas 0,9. Hasil perhitungan isoterm Temkin menunjukkan nilai koefiesien Temkin (kT) adalah 62,87 L/g (PAC) dan 61,968 L/g (GAC).
Penambahan Media Karbon Aktif dan Geotekstil pada Sand Filter Anshah Silmi Afifah; Gita Prajati; I Wayan Koko Suryawan
JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa) Vol 4, No 2: December 2019
Publisher : Politeknik Sukabumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31544/jtera.v4.i2.2019.237-242

Abstract

Limbah cair aktivitas manusia yang tidak dilakukan pengelolaan dengan baik dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, seperti terjadinya penurunan kualitas perairan. Sand filter merupakan salah satu teknologi pengolahan air yang  memanfaatkan gaya gravitasi, sehingga biaya operasional yang dikeluarkan relatif murah. Proses pengolahan yang terjadi adalah gabungan dari proses fisik, biologis, dan biokimia, sehingga efektifitas removal polutan menjadi cukup besar. Rate filtrasi yang lambat menjadi kelemahan sand filter, sehingga perlu adanya inovasi pada media sand filter agar rate filtrasi dapat ditingkatkan namun kualitas hasil tetap optimum. Tujuan penelitian yakni mendapatkan waktu optimum filtrasi pada empat jenis media berbeda. Penelitian dilakukan dengan membuat empat unit reaktor sistem batch. Reaktor dibuat dari bahan PVC dengan ketebalan media filter 0,7 m dan ketebalan media penyangga 0,15 m. Reaktor 1 (media pasir) didapatkan waktu optimum pada menit ke-15 dengan persentase penurunan kekeruhan sebesar 80%. Reaktor 2 (media pasir dan karbon aktif) didapatkan waktu optimum pada menit ke-20 dengan prosentase penurunan kekeruhan sebesar 69%. Reaktor 3 (media pasir dan geotekstil) didapatkan waktu optimum pada menit ke-30 dengan prosentase penurunan kekeruhan sebesar 71%. Reaktor 4 (media pasir, karbon aktif, dan geotekstil) didapatkan waktu optimum pada menit ke-30 dengan prosentase penurunan kekeruhan sebesar 73%.
Degradasi Bahan Organik dan Pertumbuhan Biomassa Konsorsium pada Air Limbah Olahan Babi dengan Lumpur Aktif Anoksik I Wayan Koko Suryawan; Anshah Silmi Afifah; Gita Prajati
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 3 No. 1 (2019): April 2019
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.046 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v3i1.88

Abstract

Produksi daging babi di Indonesia semakin meningkat seiring dengan permintaan dan pasar. Hasil samping dari kegiatan tersebut adalah air limbah olahan babi yang mengandung bahan organik dan lemak yang sangat tinggi sehingga sulit untuk diolah. Pengolahan air yang mudah dan murah perlu diaplikasikan, mengingat pelaku usaha ini didominasi industri rumah tangga. Lumpur aktif adalah salah satu teknologi konvensional yang umum digunakan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses degradasi bahan organik dan pertumbuhan mikroorganisme konsorsium dalam reaktor pengolahan sequencing batch reactors (SBR) anoksik. Proses pengolahan dibagi menjadi 4 tahap yaitu aklimatisasi tahap 1, 2 dan 3 serta proses pengolahan. Nilai oksigen terlarut (DO) tetap dijaga agar tetap berada dalam rentang 0,1-1 mg/L agar berada dalam suasana anoksik. Aklimatisasi tahap 1, 2 dan 3 berhasil menyisihkan COD 94,3%; 66,7% dan 58,1% dan pertumbuhan biomassa yang baik. Karakteristik awal air limbah olahan babi memiliki nilai BOD5/COD sebesar 0,52 sehingga proses biologis dapat diaplikasikan. Nilai C/N dalam air limbah hanya 0,86. Proses pengolahan air limbah oalahan babi dilakukan dalam waktu 12 hari. Penyisihan COD dalam waktu 12 hari sebesar 54,5% sedangkan penyisihan total kjeldahl nitrogen (TKN) sebesar 73,32%. Pertumbuhan biomassa pada hari terakhir pengolahan 1,284 g/L. Nilai pH dalam proses pengolahan tidak berubah secara signifikan. Pork production in Indonesia is increasing with demand and markets. The result of this activity is piggery wastewater containing organic matter and very high fat is difficult to treat. Easy and inexpensive wastewater treatment needs to be applied, considering that home industries most dominate this business. Activated sludge is one of the conventional technologie applied in Indonesia. The objective of this study was to determine the degradation process of organic matter and the growth of consortium microorganisms in anoxic sequencing batch reactor (SBR). The processing process is divided into 4 stages, acclimatization of stages 1, 2, 3 and piggery wastewater treatment. Dissolved oxygen (DO) values are maintained to the range of 0.1-1 mg/L to be in an anoxic condition. Acclimatization 1, 2 and 3 successfully remove COD 94.3%; 66.7% and 58.1% and good biomass growth. The initial characteristics of piggery wastewater having a BOD5/COD value of 0.52 can be applied in biological process. The C/N value is only 0.86. The process of piggery wastewater treatment is carried out within 12 days. Removal of COD within 12 days was 54.5% while Removal fof TKN was 73.32%. Biomass growth on the last day of processing 1,284 g/L. The pH value did not change significantly.
Life Cycle Assessment Approach to Evaluation of Environmental Impact Batik Industry Muhammad Noer Iqbal; Safitri Puji Lestari; Michael Yosafaat; Keke Afrilia Mardianta; Iva Yenis Septiariva; I Wayan Koko Suryawan
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 5 No. 2 (2021): October 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.243 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v5i2.226

Abstract

Industri batik merupakan salah satu bisnis tekstil yang paling berkembang di Indonesia. Hasil samping dari proses membatik adalah berbagai bentuk limbah, seperti limbah padat dan limbah cair. Pencemaran terutama bersumber dari limbah cair yang berupa zat warna yang dihasilkan sisa bahan pewarna, proses pencucian dan pembilasan kain batik. Pada umumnya limbah industri batik terdiri dari dari sisa mori, ceceran lilin, sisa air pewarnaan, sisa lilin dan air pelorodan. Salah satu cara untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses pembuatan batik adalah dengan menggunakan analisis life cycle assessment (LCA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak lingkungan dari proses pembuatan batik dan input bahan baku yang memiliki dampak lingkungan paling signifikan. Analisis dampak lingkungan dilakukan dengan menginventarisasi input dan output berdasarkan database ecoinvent 3 menggunakan software Simapro 9.1.1. Metode analisis dampak lingkungan dilakukan dengan environmental product declaration (EPD) 2018. Hasil analisis gate-to-gate menunjukkan bahwa dampak lingkungan tertinggi adalah pemanasan global. Sedangkan dari sisi penggunaan bahan baku dan energi, parafin perlu diminimalisir. Penggunaan parafin menyumbang 68,705% dari total dampak lingkungan dari proses pembuatan batik. The batik industry is one of the most developed textile businesses in Indonesia. The by-products of the batik-making process are various forms of waste, such as solid waste and wastewater. Pollution mainly comes from liquid waste in the form of dyes produced by residual dyes, washing and rinsing processes for batik cloth. In general, batik industry waste consists of residual mori, spilled wax, residual staining water, wax residue and pelorodan water. This liquid waste is generated due to the use of synthetic dyes in the batik industry. One way to reduce the environmental impact of the batik-making process is by using a life cycle assessment (LCA) analysis. This study aims to analyze the environmental effects of the batik-making process and the raw material input, which has the most significant environmental impact. Environmental impact assessment is carried out by inventorying inputs and outputs based on the ecoinvent 3 databases with Simapro 9.1.1 software. The environmental impact analysis method is carried out with the 2018 environmental product declaration (EPD). The results of the gate-to-gate analysis show that the highest environmental impact is global warming. Meanwhile, from the use of raw materials and energy, paraffin needs to be minimized. The use of paraffin accounts for 68.705% of the total environmental impact of the batik-making process.