Kondisi Frozen shoulder didahului oleh adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri timbul sewaktu menggerakan bahu. Jika dibiarkan, dampaknya bisa terjadi imobilisasi jangka panjang. Gangguan Frozen shoulder biasanya terjadi pada usia dewasa akhir atau pre-lansia sampai masuk usia lansia, yaitu dari usia 40 tahun ke atas. Terutama dialami oleh wanita, dimana lebih sering menggunakan kedua lengannya untuk beraktivitas sehari-hari. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian TENS dan teknik PNF terhadap derajat nyeri, Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan aktivitas fungsional bahu pada pasien Frozen shoulder. Metode: Penelitian ini bersifat quasi-experiment dengan tipe one group pre-test & post-test design yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2025 dengan total sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 20 pasien. Penelitian dilakukan di puskesmas Seyegan. Sampel penelitian menerima intervensi TENS dan teknik PNF selama 4 kali pertemuan. Pengukuran nyeri dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS), Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS) menggunakan goneometer, serta aktivitas fungsional bahu dengan kuesioner Shoulder Pain and Disability Index (SPADI). Hasil: Uji hipotesis menggunakan Paired sample t-test menunjukkan bahwa pemberian TENS dan teknik PNF secara signifikan menurunkan nyeri dengan mean pre-test dan post-test yaitu 5,33-1,33 (P=0,002), meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dengan mean pre-test dan post-test yaitu 72-18,6 (P=0,000), serta meningkatkan aktivitas fungsional bahu dengan mean pre-test dan post-test untuk gerakan eksternal rotasi yaitu 44,75-73,75, gerakan internal rotasi sebesar 42-61,5, gerakan abduksi sebesar 75,25-110,75, dan gerakan flexi sebesar 83,00-122,00. Masing-masing dari keempat gerakan, didapatkan nilai P=0,000. Kesimpulan: Pemberian intervensi TENS dan teknik PNF secara rutin dapat memberikan efek yang cukup signifikan.