Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pelatihan Pemasaran dan Keuangan Telur Asin Mengwi I Wayan Gede Narayana; Putu Setyarini; I G A Liana D; P A Diah R
WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer Vol. 3 No. 1 (2020): Nopember
Publisher : STIKOM Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30864/widyabhakti.v3i1.232

Abstract

Telur Asin merupakan makanan yang banyak disukai. Proses pembuatan telur asin menggunakan telur bebek yang dibekam selama tujuh hari. Telur direbus saat akan menyajikannya. Telur asin banyak dijumpai di pasar tradisional atau minimarket di seluruh Bali. Produksi telur asin ditekuni oleh mitra, Ibu Ni Ketut Mastini, salah satu pembuat telur asin dengan nama produk “Tulus”, dengan tempat kedudukan usaha di daerah Mengwi Badung. Sejalan dengan usahanya, UKM ini terkadang mengalami penurunan penjualan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan yang diperoleh dari pemasaran produk ke warung-warung tradisional. Dapat diamati bahwa pendapatan yang diperoleh tergantung pada penjualan ke warung-warung. Selain itu telur hanya bertahan maksimal empat hari dari mulai dipasarkan. Selain tentang penjualan, pencatatan keuangan tidak memiliki catatan terkait laba dan rugi. Memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi, solusi diusulkan adalah pelaksanaan pelatihan pemanfaatan media sosial sebagai media pemasaran serta pelatihan keuangan untuk mengetahui laporan laba rugi. Kegiatan ini, sesuai harapan, telah mampu memberikan peningkatan penjualan dan kemampuan menyusun pelaporan keuangan yang menyatakan laba rugi. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan cara pengukuran kemampuan mitra dalam penggunaan sosial media dan pelaporan laba rugi dengan excel. Hasil pengukuran sebesar 86% di mana UKM sudah mampu menggunakan sosial media dan excel.
REPRESENTASI SAPTA TIMIRA DALAM PALEGONGAN AMBEKING MANUSA DENGAN METODE ANGRIPTA SASOLAHAN Putu Setyarini
Widya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Budaya Vol 18 No 1 (2023): Widya Duta Maret 2023
Publisher : UHN IGB Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.861 KB) | DOI: 10.25078/wd.v18i1.2317

Abstract

Ambeking Manusa is a new creation of Palegongan dance work which was developed according to the changing times. With the advancement of science and technology, human nature begins to shift according to what they see. These phenomena that occur in society are what the stylists put into the art of a Palegongan work entitled Ambeking Manusa. Ambeking means character / behavior while Manusa means human, which means the nature contained in humans. This displays seven human traits that make humans forget themselves, which are commonly called Sapta Timira. Palegongan work is embodiment of the seven human traits that are contained presented in the form dance and seven masks character. Palegongan Ambeking Manusa's theoretical foundation is Angripta Sasolahan theory. This Palegongan Ambeking Manusa work is in the form of a palegongan creation, with seven dancers wearing masks and multimedia to enhance the presenting technique. The gamelan Semar Pagulingan provides the accompaniment. This art contains a message about education, creativity, and morals. Messages for community education on integrity, work ethic, and mutual collaboration. The lesson for creativity in this piece is to be able to work with what you have, including movement, floor patterns, and costumes. The last messag is a moral message that expects humans to avoid traits that cause them to forget themselves and be self-centered, so that they could have a sense of responsibility and like to help others.