Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI Rg. ANAK BLUD RS H. HASAN BASRY KANDANGAN
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 2 No 1 (2014): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jck.v2i1.15

Abstract

Visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 dan visi perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010, masyarakat yang bersikap proaktif untuk memelihara  dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2002)Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia< 3 tahun di negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun, di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan laporan Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 sekitar 9.739.163 kasus diare dan angka kematian pada penduduk umum mencapai 23,57 per 1.000 penduduk dan angka kejadian diare di Kalimantan Selatan terdapat sebanyak 146.139 kasus (Soepardi, 2011).Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan, salah satu sendi utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan keterkaitan erat dengan upaya untuk mewujudkan pola hidup bersih dan sehat. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang amat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, kedua faktor ini banyak disebabkan oleh berbagai pihak di luar sektor kesehatan, oleh karena itu masalah kesehatan tidak hanya ditanggulangi bersama oleh berbagai pihak dan segenap masyarakat termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat (Depkes RI, 2000).
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI Rg. ANAK BLUD RS H. HASAN BASRY KANDANGAN
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 2 No 1 (2014): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.836 KB) | DOI: 10.31964/jck.v2i1.16

Abstract

Visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 dan visi perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010, masyarakat yang bersikap proaktif untuk memelihara  dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2002)Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia< 3 tahun di negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun, di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan laporan Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 sekitar 9.739.163 kasus diare dan angka kematian pada penduduk umum mencapai 23,57 per 1.000 penduduk dan angka kejadian diare di Kalimantan Selatan terdapat sebanyak 146.139 kasus (Soepardi, 2011).Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan, salah satu sendi utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan keterkaitan erat dengan upaya untuk mewujudkan pola hidup bersih dan sehat. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang amat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, kedua faktor ini banyak disebabkan oleh berbagai pihak di luar sektor kesehatan, oleh karena itu masalah kesehatan tidak hanya ditanggulangi bersama oleh berbagai pihak dan segenap masyarakat termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat (Depkes RI, 2000).
TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PENDERITA TB PARU DI RUANG PARU RSUD ULIN BANJARMASIN
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 2 No 1 (2014): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.759 KB) | DOI: 10.31964/jck.v2i1.18

Abstract

Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bacteria Mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi energy dan protein penderita TB paru terhadap di ruang paru RSUD Ulin BanjarmasinJenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif, yaitu menilaitingkat konsumsi energy dan protein responden terhadap diet TKTP TB paru. Penelitian ini dilaksanakan di  Ruang Paru RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan maret 2012. Populasi penelitian ini adalah penderita TB Paru yang berusia > 20 tahun. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan food record. Data penelitian di tabulasi dan dinarasikan.Jenis kelamin responden paling banyak laki-laki (55,9 %), tingkat pendidikan responden paling bannyak adalah SMP (38,2 %), pekerjaan responden yang paling banyak adalah swasta                 ( 61,8 %), umur responden paling banyak antara 41 - 50 tahun. Diet yang diberikan kepada penderita TB Paru adalah diet Tinggi Energi Tinggi Protein. Tingkat konsumsi energi  responden yang paling besar adalah kategori kurang yaitu 44,12%, dan responden yang konsumsi protein yang paling besar adalah kategori kurang yaitu 47,06%. Kata Kunci :  Tingkat konsumsi Energi, Protein Penderita TB Paru
LOYALITAS PERAWAT DITINJAU DARI SEGI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 2 No 1 (2014): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.937 KB) | DOI: 10.31964/jck.v2i1.20

Abstract

Perawat merupakan salah satu provider dalam sebuah Rumah Sakit, disamping provider lain seperti dokter,  analis kesehatan, ahli gizi dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan  tenaga provider tersebut,  pihak manajemen Rumah Sakit harus membuat perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Planning). Hal ini sejalan dengan pendapat Sabarguna (2003) yang menyatakan bahwa pelayanan Rumah Sakit memerlukan sumber daya manusia yang handal, karena proses pelayanan dan keberhasilan pelayanan terhadap pasien berada ditangan mereka.  Kurangnya jumlah perawat akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas, efesiensi, efektivitas dan kompetensi pelayanan asuhan keperawatan serta komitmen perawat terhadap organisasi tempat mereka bekerja (Al-Smadi, 2007)Rumah Sakit sejatinya adalah sebuah organisasi, yang mana setiap organisasi sangat  membutuhkan anggota atau karyawan yang memiliki loyalitas tinggi.  Loyalitas akan membentuk kesadaran untuk mengabdikan diri kepada organisasi (RS/Perusahaan/Institusi)  yang akan selalu menyokong peran serta karyawan dalam organisasi tersebut. Flippo (1996) menyatakan bahwa loyalitas kerja merupakan tekad  dan kesanggupan untuk mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara loyalitas dengan kinerja anggota/karyawan/perawat sehingga berdampak pada terbentuknya komitmen dan kesetiaan  anggota terhadap organisasinya Salah satu faktor yang berperan dalam terbentuknya loyalitas terhadap organisasi adalah budaya organisasi. Robbins (2008) menyatakan bahwa  pola perilaku anggota organisasi dapat dipengaruhi oleh budaya perusahan. Ketika seorang karyawan bekerja pada sebuah perusahaan atau organisasi yang mempunyai  budaya organisasi yang kuat, maka karyawan tersebut akan berusaha untuk menanamkan pada dirinya dan  memegang teguh  nilai-nilai atau falsafah yang berlaku pada organisasi tersebut.  Selanjutnya budaya organisasi yang kuat ini akan membentuk kohesivitas, loyalitas dan komitmen terhadap organisasi.Selain budaya organisasi,  faktor lain yang berperan dalam terbentuknya loyaklitas adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan berdampak pada beberapa faktor seperti produktivitas dan absensi serta keluarnya anggota organisasi (Azhar, 2001). Robbins (2008) menyebutkan beberapa respon yang dapat muncul akibat ketidakpuasan seperti Exit (keluar), Voice (menyuarakan), Neglect (mengabaikan) dan Loyalty (setia).  Loyaltydisini maksudnya adalah bahwa muncul suatu ungkapan dan atau perilaku yang dilakukan untuk menunggu sampai kondisi berangsur-angsur menjadi lebih baik.Berbagai persoalan  yang berhubungan dengan loyalitas antara lain adalah keluarnya anggota dari organisasi, kurangnya ketaatan terhadap perintah atasan dan  tidak mengamalkan falsafah atau nilai-nilai yang dianut serta kinerja yang lemah. Persoalan ini dapat juga terjadi pada sebuah Rumah Sakit, dimana ada anggotanya atau karyawannya (sebut saja perawat) yang menyatakan untuk keluar, pindah kerja dan atau berhenti bekerja sebagai perawat.
PENGARUH MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MERAWAT TALI PUSAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPENAN
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 4 No 2 (2016): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jck.v4i2.44

Abstract

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan, pengikatan tali pusat dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan “puput” (lepas) pada hari ke-5 sampai ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami pernyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pendidikan kesehatan tentang cara merawat tali pusat terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan tali pusat pada bayi di wilayah Kerja Puskesmas Ampenan.Desain penelitian menggunakan  one group pre test and post test design. Populasinya adalah semua ibu primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan. Sampelnya yaitu sebagian ibu hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan pada bulan Juni – September 2016. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi: Ibu primigravida dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi meliputi: ibu yang sedang sakit. Instrumen yang digunakan adalah Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Model pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan ceramah dan juga demonstrasi menggunakan alat peraga berupa pantom bayi, dan dilengkapi buku petunjuk cara merawat tali pusat yang dibagikan kepada semua responden. Untuk mengukur pengetahuan menggunakan kuisioner dan lembar observasi. Sikap diukur menggunakan kuisioner. Analisis data yaitu: analisis univariat (analisis deskripsi), analisis bivariat menggunakan uji McNemar Test.Hasil penelitian sebelum pendidikan kesehatan diperoleh pengetahuan terbanyak kurang 29 orang (96,7%), sedangkan sikap terbanyak negatif 17 orang (57%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan berdasarkan hasil kuisioner pengetahuan terbanyak kurang: 22 orang (73,3%), sedangkan berdasarkan hasil observasi terbanyak berpengetahuan baik 27 orang (90%), dan 30 orang menunjukkan sikap positif (100%). Uji statistik dengan program SPSS versi 17 menggunakan McNemar Test untuk pengetahuan dengan taraf signifikan 0,05 (5%) diperoleh p value 0,039 < 0,05, dan sikap diperoleh p value 0,000 < 0,05, maka Ha diterima.Kesimpulan penelitian ini bahwa ada pengaruh model pendidikan kesehatan tentang cara merawat tali pusat terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan Tali pusat pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Ampenan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DALAM PERAWATAN DAN PENGOBATAN TB PARU PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BESAR BANJARBARU
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 4 No 1 (2016): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jck.v4i1.45

Abstract

ABSTRAK Peneliti :Marwansyah, Yeni Mulyani, Khairir RizaniJurusan Keperawatan Poltekkes Banjarmasin Penyembuhan  TB paru membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu peran keluarga dalam perawatan penderita sangat penting. Permasalahan kesehatan maupun keperawatan yang dialami oleh keluarga  dapat teratasi jika keluarga mempunyai kemampuan dalam melaksanakan ke lima tugas kesehatan keluarga. Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan tugas kesehatan  keluarga dalam perawatan dan pengobatan TB paru terhadap penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar.Penelitian  merupakan penelitian deskriptif , dengan rancangan Crossectional. Penelitian dilaksanakan pada wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru. Waktu pelaksanaan penelitian mulai penyusunan proposal sampai penyajian laporan penelitian selama 8 bulan (bulan Januari s.d Juli 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai penderita TB paru, terdaftar dan sedang menjalani program pengobatan pada periode bulan Januari  sampai dengan Desember 2014 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru berjumlah 41 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita TB paru yang sedang menjalani pengobatan pada bulan Januari s.d Desember 2014. Teknik sampling menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan variabel penelitian Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Data kemudian dianalisis secara deskriptif  dan disajikan berupa tabel  distribusi frekuensi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran tugas keluarga dalam mengenal masalah kesehatan sebagaian besar dalam katagori cukup  63,4%, mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat  sebagian besar dalam katagori cukup 63,4%, memberi perawatan kepada anggota yang sakit katagori tinggi 85,4%, mempertahankan lingkungan fisik rumah yang menunjang kesehatan katagori tinggi 68,3% dan menggunakan fasilitas kesehatan katagori tinggi 97,6 %.Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan primer hendaknya lebih mengoptimalkan upaya pemberdayaan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga khususnya pada aspek kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan TB Paru dan perawatannya.
GAMBARAN TINGKAT STRES PADA KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR BANJARBARU TAHUN 2016
JURNAL CITRA KEPERAWATAN Vol 5 No 1 (2017): JURNAL CITRA KEPERAWATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.799 KB) | DOI: 10.31964/jck.v5i1.71

Abstract

Penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga didunia setiap tahunnya. Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Tingkat stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian. Tekanan darah atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan arteri tinggi, dimana tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg. Penelitian dengan metode deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran  tingkat stress pada kejadian hipertensi di puskesmas Sungai Besar Banjarbaru dan menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi di Puskesmas Sungai Besar sampel 59 orang pasien hipertensi dan menggunakan teknik simple random sampling.Data tingkat stress dikumpulkan dengan DASS dan tekanan darah dengan pengukuran langsung. Hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat stress yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru mengalami tingkat stress sedang sebanyak 19 responden (32%) dan penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru mengalami hipertensi grade I sebanyak 34 responden (58%). Hal ini dijelaskan bahwa stress normal tekanan darah antara grade I dan grade II seimbang, stress ringan dan stress sedang cenderung tekanan darahnya grade I sedangkan stress berat dan sangat berat cenderung tekanan darahnya grade II dan III. Namun pada stress berat dan sangat berat terdapat peningkatan tekanan darah ke grade III dengan persentase kecil. Kegiatan pelayanan kesehatan terkait hipertensi dapat ditingkatkan kembali.