Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN ENZIM XILANASE DARI Trichoderma viride Sukmana, Edi; Sutrisno, Sutrisno; Roosdiana, Anna
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.186 KB)

Abstract

Enzim xilanase merupakan protein yang mempunyai kestabilan pada keadaan tertentu. Kestabilan dari suatu enzim dapat diketahui dari aktivitas enzim sisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim xilanase. Enzim xilanase diisolasi dari Trichoderma viride yang dimurnikan dengan pengendapan fraksi 40-80% menggunakan amonium sulfat dan dialisis. Enzim xilanase hasil pemurnian disimpan pada suhu 30, 40, 50, 60, dan 700C selama 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 jam. Aktivitas enzim ditentukan dengan mereaksikan xilan 1% dengan 1 mL enzim hasil pemurnian selama 50 menit pada suhu 600C dan gula pereduksi yang dihasilkan direaksikan dengan reagen DNS dan ditentukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian diperoleh xilanase paling stabil pada penyimpanan pada suhu 600C. Semakin lama waktu penyimpanan maka aktivitas xilanase semakin menurun. Pada suhu 30, 50 dan 600C xilanase stabil sampai 25 jam dengan aktivitas enzim sisa berturut-turut  54,14; 53,84; dan 59,02%. Pada suhu 400C stabil sampai 20 jam dengan aktivitas enzim sisa 56,95%. Pada suhu 700C stabil sampai 15 jam dengan aktivitas enzim sisa 54,88%. Kata kunci:Aktivitas Xilanase, Suhu, Waktu Penyimpanan Xilan
OPTIMASI TEKNIK WESTERN BLOT UNTUK DETEKSI EKSPRESI PROTEIN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) Susianti, .; Sukmana, Edi; Lesmana, Ronny; Supratman, Unang
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 6 No. 2 (2019): December 2019
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.722 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v6i2.3249

Abstract

Optimization of Western Blot Technique for Protein Expression of Rice Plant (Oryza sativa L.) Western blot (WB) technique has been widely used for analyzing protein expression and for identifying specific proteins derived from animals, plants, and microorganisms. During the use of WB, especially in agricultural studies, some difficulties are encountered such as unclear or unspecific protein bands, the presence of bubbles, and the absence of protein bands on membrane. This study aims to determine the WB conditions appropriate for the protein expression of rice plants (Oryza sativa L.). Protein from rice plant was extracted and the obtained protein lysate was then used for proteomic analysis using western blot with β-actin antibody. Our experiment showed that some optimized parameters like blocking buffers, the concentration of primary antibody and the ratio of secondary antibody determined the clarity of the results. β-actin was used as internal control that measured the success of the WB technique. Results showed that lysis process was important in determining good WB results in addition to the optimal blocking solution using a BSA of 0.2%, a primary antibody concentration of 1 μg mL–1, and a secondary antibody of 1:10,000. Optimizing techniques during extraction, incubation, and documentation facilitated good WB results.Keywords: β-actin; optimization; protein; rice plant; western blotABSTRAKTeknik western blot (WB) telah banyak digunakan untuk analisis ekspresi protein dan mengidentifikasi protein spesifik dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Dalam implementasi teknik WB, khususnya studi dalam bidang pertanian, beberapa kesulitan ditemui seperti pita protein tidak jelas, tidak spesifik, adanya gelembung, hingga tidak munculnya pita protein pada membran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi WB yang tepat untuk deteksi protein tanaman padi (Oryza sativa L.). Protein tanaman padi diekstraksi, kemudian lysate protein yang didapat dianalisis dengan metode westernblot menggunakan antibody β-actin. Penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa parameter yang dioptimasi seperti larutan blocking, konsentrasi antibodi primer dan rasio antibodi sekunder akan menentukan hasil yang jelas. β-actin digunakan sebagai kontrol internal yang menjadi tolok ukur keberhasilan teknik WB. Hasil menunjukkan bahwa proses lisis menjadi hal penting dalam menentukan hasil WB yang baik disamping larutan blocking yang optimal menggunakan BSA 0,2%, konsentrasi antibodi primer 1 µg mL–1 dan antibodi sekunder 1:10.000. Mengoptimalkan teknik selama ekstraksi, inkubasi dan dokumentasi membantu mendapatkan hasil WB yang baik.