Allan Lessil
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pattimura

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PERAN GEREJA DALAM PENANGANAN KONFLIK ANTARA NEGERI ABUBU DAN NEGERI AKOON KECAMATAN NUSALAUT KABUPATEN MALUKU TENGAH Allan Lessil
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 3 No 2 (2020): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol3issue2page100-118

Abstract

Konflik yang terjadi antara negeri Abubu dan negeri Akoon, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah sudah sangat lama terjadi. Diketahui bahwa faktor penyebab (Underlying Causes) konflik tersebut adalah permasalahan batas tanah di daerah perbatasan antara kedua negeri. Mengacu pada apa yang dikatakan oleh Coser, dapat dijelaskan bahwa konflik antara negeri Abubu dan Akoon terjadi secara terus menerus dengan faktor pemicu yang berbeda-beda dalam setiap konflik yang terjadi. Ibarat dua mata uang logam, konflik dan perdamaian merupakan dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan, konflik boleh saja terjadi dan damai juga ada, namun konflik dapat terjadi kembali sewaktu-waktu seperti boom waktu yang bisa saja meledak kapan saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Gereja dalam penanganan konflik diantara dua negeri (Akoon dan Abubu). Seperti yang diketahui, kedua negeri ini memiliki atau menganut kepercayaan yang sama yakni agama Kristen. Hasil peneliti dapat menjelaskan bahwa Peran gereja dalam rangka penanganan konfllik antara Abubu dan Akoon telah dilakukan, baik secara internal di jemaat masing-masing maupun secara kolegial antar jemaat atau negeri Abubu dan Akoon, serta antar wilayah gereja se-Nusalaut. Dalam pelaksanan perannya tersebut, terasa belum menemukan hasil yang maksimal karena belum dibarengi dengan penanganan hukum yang jelas dan tegas, khususnya terhadap aktor, sehingga terus menimbulkan kecurigaan, kemasan dan permusuhan secara laten diantara kedua pihak, khususnya bagi keluraga korban konflik.