Hospitalisasi atau suatu kondisi dirawat di rumah sakit/pelayanan kesehatan lain, merupakan suatu keadaan yang menimbulkan stres bagi seorang anak. Hospitalisasi sangat tidak menyenangkan bagi seorang anak, karena mereka tidak mengerti mengapa mereka harus dirawat di rumah sakit (Lewer, 1993). Kondisi ini merupakan manifestasi kecemasan dari anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Kecemasan ini disebut dengan kecemasan hospitalisasi. Kondisi tersebut tentunya memerlukan strategi yang tepat agar anak usia pra sekolah yang dirawat di rumah sakit dapat menerima tindakan medis atau keperawatan yang telah diprogramkan. Salah satu strategi komunikasi yang bisa diterapkan pada anak usia pra sekolah adalah tehnik komunikasi ”story telling” atau tehnik bercerita. Tehnik bercerita ini dapat membantu membuka pikiran anak dan dapat merubah persepsi anak terhadap kondisi stress menjadi kondisi yang tidak menakutkan. Perawat dapat memvariasikan cerita dengan topik-topik fiktif yang mendidik atau menggunakan cerita-cerita fabel, dongeng dan lain sebagainya. Mendengarkan cerita juga merupakan distraksi dari rasa sakit yang dialami anak. Dengan bercerita, perawat juga dapat mengubah koping mekanisme anak dari maladaptif menjadi adaptif, mengurangi stress hospitalisasi, sehingga anak dapat menerima tindakan yang diprogramkan untuk mempercepat proses penyembuhannya. Penelitian pra eksperiment ini berlokasi di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Selong Lombok Timur, menggunakan one group pre test and post test design, dengan uji analisis statistik T-Test, untuk mengetahui pengaruh tehnik story telling terhadap kecemasan hospitalisasi anak usia sekolah. Dari hasil perhitungan T-test dengan menggunakan pre-post test dapat di peroleh T-hitung sebesar 12,283 dengan jumlah responden 19 orang di peroleh Df= N-1 = 18. Derajat kebebasan bernilai 18 pada T-tabel dengan taraf signifikasi 0,05 bernilai = 2,101 sehingga Ha dapat di terima artinya ada penurunan tingkat kecemasan pada pasien anak pra sekolah yang dirawat di RSUD Selong Lotim antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi story telling dengan hasil mean post-test sebesar 14,84 sesudah diberikan terapi.