Asnath Niwa Natar
Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Trauma Healing bagi Perempuan Korban Konflik: Belajar dari Konflik Maluku dan Poso Asnath Niwa Natar
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 1 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i1.205

Abstract

Abstract. Conflicts that often occur in Indonesia claimed many victims. Among these victims, women were the largest impacted. They were not only being victims of violence and physicaly lost, but also experienced in psychological trauma. But this traumatic problem was hardly overcome by so it must be stayed and at the end would be choked the survival. This article aimed to discuss trauma healing efforts for women who are conflict impacted through literature study methods. Through this study it was concluded that giving opportunities for women conflict victims to tell their stories and experiences were the effective trauma healing efforts to heal the wounds they experienced.Abstrak. Konflik sering terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Indonesia yang merengkut banyak korban. Di antara korban-korban tersebut perempuan mengalami dampak yang paling besar. Mereka bukan hanya menjadi korban kekerasan dan kerugian secara fisik, namun juga secara psikis, termasuk mengalami trauma. Namun masalah traumatis ini jarang mendapatkan penanganan sehingga menjadi menetap dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan hidup selanjutnya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji upaya trauma healing bagi perempuan korban konflik melalui metode studi pustaka. Melalui kajian tersebut ditarik kesimpulan bahwa memberi kesempatan perempuan korban konflik untuk mengungkapkan kisah dan pengalamannya adalah upaya trauma healing yang efektif untuk menyembuhkan luka-luka yang mereka alami.
Tenun sebagai Media Terapi dalam Konseling Pastoral bagi Perempuan Korban Kekerasan di Sumba Asnath Niwa Natar
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 1 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v8i1.1221

Abstract

Abstract. Sumbanese women often experience silencing in their lives so that they are unable to speak out including on the violence they experience. This silencing also occurs in the field of pastoral care, because it has been going on for long, causes women to be unable to speak up and tell their problems, even when given the opportunity to speak once. It is, therefore, necessary to think of creative ways, other than verbal conversation, to encourage women, especially those who have experienced violence, to tell their stories using cultural elements that are around them and that they live with on a daily live, namely woven fabric. Woven fabric is one example of the use of art as a medium in pastoral counseling. For this reason, a description and analysis of art therapy and Sumba woven fabric from a feminist perspective was carried out. The results of the analysis showed that art therapy through Sumbanese woven cloth can encourage the involvement (emancipation) of women victims of violence in efforts to discover and heal themselves.Abstrak. Perempuan Sumba sering mengalami pembungkaman dalam kehidupan mereka sehingga mereka tidak mampu bersuara termasuk atas kekerasan yang mereka alami. Pembungkaman ini juga terjadi dalam bidang pendampingan pastoral, yang karena sudah terlalu lama berlangsung, menyebabkan kaum perempuan tidak mampu untuk berbicara dan menceritakan masalah mereka, bahkan ketika diberi kesempatan bicara sekali pun. Karena itu perlu dipikirkan cara-cara kreatif, selain bentuk percakapan verbal, untuk mendorong kaum perempuan, secara khusus mereka yang mengalami kekerasan untuk bercerita dengan menggunakan unsur budaya yang ada di sekitar mereka dan yang mereka hidupi sehari-hari, yaitu kain tenun. Kain tenun menjadi salah satu contoh penggunaan seni sebagai media dalam konseling pastoral. Untuk itu akan dilakukan deskripsi dan analisis tentang terapi seni dan kain tenun Sumba dari perpektif feminis. Hasil analisis menunjukkan bahwa terapi seni melalui kain tenun Sumba dapat mendorong keterlibatan (emansipasi) perempuan korban kekerasan dalam upaya penemuan dan penyembuhan dirinya.