Phetisya Pamela Frederika Sumolang
Peneliti P2B2 Donggala

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA PALU Chadijah, Sitti; Sumolang, Phetisya Pamela Frederika; Veridiana, Ni Nyoman
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 1 Mar (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.851 KB)

Abstract

AbstrakPenyakit Kecacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Penyakit kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara pengetahuan, perilaku dan sanitasilingkungan dengan angka kecacingan pada anak Sekolah Dasar (SD) di Kota Palu. Penelitian dilakukan di Kelurahan Watusampu dan Kelurahan Lolu Utara di Kota Palu, Sulawesi Tengah selama delapan bulan, yaitu bulan April sampai November 2011. Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan menggunakan disain cross sectional study. Datadikumpulkan dengan cara wawancara dan pengambilan sampel tinja dari 288 siswa SD. Pemeriksaan tinja dilakukan di Balai Litbang P2B2 Donggala dengan penggunakan metode langsung. Pengumpulan tinja dilakukan selama tiga hari berturut-turut setelah kunjungan ke sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 288 sampel, 90 sampel adalahpositif terinfeksi cacing. Jenis cacing paling dominan menginfeksi adalah Ascaris lumbricoides (83,34%). Prevalensi kecacingan pada anak SD di Kota Palu sebesar 31,6%. Tidak ada bukti yang cukup menunjukkan hubungan antara pengetahuan, perilaku, dan sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak SD di Kota Palu. (p-value > 0,05;p = 0,466, p = 0,382, p = 0,349).Kata kunci: prevalensi kecacingan, anak sekolah dasar, pengetahuan, perilaku, sanitasi lingkungan, Kota PaluAbstractSoil transmitted helminth diseases are wide spread in urban and rural areas. Soil transmitted helminth disease is still a public health problem in Indonesia due to the prevalence is still high with range 45-65%. The aim of this study was to determine the prevalence and the association between knowledge, practice, and environmental sanitation and soil transmitted helminth disease prevalence in elementary school students in Palu Municipality, Central Sulawesi. This study was carried out in Watusampu and Lolu Utara villages in Palu Municipality, Central Sulawesi for eight months, from April to November 2011. This was an observational study with a cross-sectional design. Data were collected from interviewand stool examination of 288 students. The stool samples were examined in laboratory of vector borne disease research and development by using “direct method”. The stool samples were collected for three days in a row after visiting schools. The results showed that from 288 samples, 90 samples were positive for soil transmitted helminth. Most of thesamples were positive for Ascaris lumbricoides (83.34%). The prevalence of soil transmitted helminth in elementary school students in Palu Municipality was 31.6%. There was no evidence of the association between knowledge, practise, and enviromental sanitation and soil transmitted helminth disease in elementary school students in Palu Municipality (pvalue > 0.05; p = 0.466, p = 0.382, p = 0.349).Key words : Soil transmitted helminth prevalence, elementary school student, knowledge, practise, enviromentalsanitation, Palu Municipality
Hubungan Anemia Gizi dengan Infeksi Kecacingan pada Remaja Putri di Beberapa SLTA di Kota Palu Syahnuddin, Muchlis; Gunawan, Gunawan; Sumolang, Phetisya Pamela Frederika; Lobo, Leonardo Taruk
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 27, No 4 (2017)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.001 KB) | DOI: 10.22435/mpk.v27i4.5607.223-228

Abstract

Anemia is a medical condition in which the number of red blood cells or the hemoglobin is less than normal. Normal hemoglobin levels in adolescent girls is > 12 g/dl. Adolescent girls are said to be anemic if Hb <12 g/dl. The high number of worm infection and the high incidence of anemia among adolescent girls are closely related because worm infection is one of the causes of anemia. This study aimed to analyze factors affecting anemia among high school adolescent girls in the city of Palu. This study was an observational study with case-control study design. Stool sample tested by using direct method showed that 8 out of 72 samples (11.11%) were found positively infected by the worm eggs. There was no association between anemia and worm infection. Most respondents consumed insufficient daily intake of iron and vitamin C. Type of worms was mostly hookworm and follwed by Trihuris trichiura. In order to improve insufficient nutrient intake to prevent anemia in adolescent girls, there should be a communication between teachers and parents to get them more concerned about consuming varied and iron-rich foods, and preventing worm infection.   Abstrak Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah > 12 gr/dl. Remaja putri dikatakan anemia jika kadar Hb < 12 gr/dl. Tingginya angka kecacingan serta masih tingginya angka kejadian anemia pada remaja putri secara nasional sangat berhubungan karena infeksi kecacingan merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada anemia remaja putri di beberapa SLTA Kota Palu. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian metode case-control. Hasil pemeriksaan sampel tinja menunjukkan bahwa dari 72 sampel tinja yang terkumpul, sebanyak 8 sampel (11,11%) ditemukan positif terinfeksi telur cacing. Tidak ada hubungan antara anemia dan kecacingan. Sebagian besar responden tidak tercukupi jumlah asupan zat besi dan asupan vitamin C harian. Spesies cacing yang ditemukan terbanyak berturut-turut adalah hookworm dan Trichuris trichiura. Untuk mengantisipasi ketidakcukupan asupan zat gizi pada remaja putri perlu dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa agar memperhatikan asupan makanan yang beragam dan cukup zat besi serta mencegah kejadian kecacingan.Â