Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kearifan Penyuluh Islam dalam Pluralitas Agama M Lutfi
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 25, No 1 (2021): Dakwah Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v25i1.23186

Abstract

“Pluralisme” memandang kemajemukan secara positif-optimis dengan menerimanya     sebagai  kenyataan    dan    berbuat  sebaik  mungkin  berdasarkan kenyataan itu. Pluralisme tidak semata-mata menunjuk pada kenyataan adanya kemajemukan, tetapi juga keterlibatan aktif terhadap kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dan budaya dapat  dijumpai dalam  kehidupan sehari-hari, baik di tempat kerja dan di kampus maupun di tempat pelayanan umum dan pusat-pusat perbelanjaan. Akan tetapi seseorang baru dapat dikatakan memiliki sifat “pluralis” apabila ia mampu berinteraksi secara positif dan toleran dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dalam Islam realitas pluralitas merupakan sesuatu fakta yang menyejarah, dan diakui sebagai bagian dari keanekaragaman manusia di muka bumi. Sehingga bisa dipastikan bahwa, tidak ada seorang pun yang boleh memaksakan sesuatu terhadap orang lain, termasuk dalam masalah keyakinan atau agama (baca antara lain : Qs. Al-Baqarah [2] : 256, Qs. Al-Kafirun [109] : 1-6). Tetapi yang dibutuhkan adalah “kearifan” dari masing-masing pemeluk agama, sehingga melahirkan “toleransi” dan “kedewasaan” dalam mengamalkan ajaran agama, atau dalam bahasa populernya “berdamai dengan perbedaan”. Penyuluh agama yang memiliki peran dan fungsi strategis dalam pembinaan kehidupan beragama bagi masyarakat seyogianya mempunyai kearifan itu, yang dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam menyikapi dinamika kehidupan masyarakat beragama.
Pembinaan Mental Prajurit AL Melalui Bimbingan Dan Konseling Islam Kasus Di Markas Kimal Kota Bumi Lampung Utara M Lutfi; Rina Rahmawati
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 26, No 2 (2022): Dakwah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v26i2.29324

Abstract

Narapidana merupakan seseorang yang melakukan tindak kejahatan melanggar hukum dan norma-norma di masyarakat. Dari perbuatannya itu mengakibatkan dirinya harus diberikan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan dirampas hak kebebasan bergeraknya dalam kurun waktu yang berbeda-beda sesuai dengan jenis pelanggaran hukum dan keputusan pengadilan yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu dibimbing dalam memperbaiki mentalnya, mengembalikan harga dirinya, dan menumbuhkan kesadaran atas perbuatannya tersebut. Bimbingan mental dilakukan guna memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui bimbingan jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan. Penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pengelolaan dan problematika bimbingan mental terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane Semarang. Penelitian yang dilakukan bersifat kajian naratif, penulis mengumpulkan beberapa artikel terkait lalu mengidentifikasi artikel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan bimbingan mental terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane Semarang melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Problem manajemen pengelolaan bimbingan mental terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane Semarang terkait adanya perbedaan latar belakang narapidana yang sangat heterogen, seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat kejahatan, pemahaman keagamaan sehingga mengalami kesulitan dalam pelaksanaan bimbingan mental.
Bimbingan Qur’ani-Ruhani-Islami bagi Perawatan Kesehatan Mental Pasien M Lutfi; Muhammad Fauzi Rais Lutfi
Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/alhadharah.v21i2.7390

Abstract

The various disturbances and difficulties that a person faces in his life may reduce his physical and mental health, The quality of each person's work is also closely related to the condition of his physical and mental health. If his body is mentally ill, he also suffers from illness which is marked by feelings of anxiety, pale face, decreased enthusiasm, difficulty sleeping, emotional instability, irritability (sensitive), negative thinking, and easily gives up and feels that the illness he is suffering from is a threat to him.Based on the results of surveys and observations conducted at various hospitals around Greater Jakarta and its surroundings, generally when a person experiences a physical disorder that requires him to receive medical treatment at a hospital (patient) will experience disturbances and psychological/mental. Of course, these phenomena and facts are related to the severity and severity of the illness, as well as the length or absence of the treatment period. Therefore, the presence and existence of qur'ani-ruhani-Islamic guidance and mentors as "friends" of patients in mental health care when they are sick is really needed to accompany them and their families who are facing sickness tests from Allah SWT.
Bimbingan Qur’ani-Ruhani-Islami bagi Perawatan Kesehatan Mental Pasien M Lutfi; Muhammad Fauzi Rais Lutfi
Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/alhadharah.v21i2.7390

Abstract

The various disturbances and difficulties that a person faces in his life may reduce his physical and mental health, The quality of each person's work is also closely related to the condition of his physical and mental health. If his body is mentally ill, he also suffers from illness which is marked by feelings of anxiety, pale face, decreased enthusiasm, difficulty sleeping, emotional instability, irritability (sensitive), negative thinking, and easily gives up and feels that the illness he is suffering from is a threat to him.Based on the results of surveys and observations conducted at various hospitals around Greater Jakarta and its surroundings, generally when a person experiences a physical disorder that requires him to receive medical treatment at a hospital (patient) will experience disturbances and psychological/mental. Of course, these phenomena and facts are related to the severity and severity of the illness, as well as the length or absence of the treatment period. Therefore, the presence and existence of qur'ani-ruhani-Islamic guidance and mentors as "friends" of patients in mental health care when they are sick is really needed to accompany them and their families who are facing sickness tests from Allah SWT.