Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis Joni Setiawan; Guring Briegel Mandegani; Evi Yuliati Rufaida
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1077

Abstract

ABSTRAKSejak diakuinya Batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, perkembangan industri batik mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan permintaan pasar. Pada saat ini peralatan utama untuk membatik (kursi, gawangan, canting, kompor, meja cap, canting cap, wajan cap, dan lain-lain) masih menggunakan peralatan batik yang lama, yang belum diteliti mengenai usability dan safety-nya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ukuran kursi dan gawangan pembatikan yang beredar di pasaran apakah telah sesuai dengan kebutuhan pembatik dan sesuai dengan konsep ergonomi. Pengumpulan data kursi dan gawangan dari berbagai tempat industri batik. Data yang diperlukan diwakili oleh N = 30 buah. Data-data ini kemudian dilakukan analisis statistik dengan metode histogram. Penggunaan kursi pembatikan di industri batik masih sangat jauh dari kondisi ideal (minimum tinggi 370 mm, lebar 380 mm dan kedalaman 380 mm). Ukuran tinggi kursi pembatik yang ada, rata-rata hanya berketinggian alas duduk 263,7 mm, lebar alas duduk 353 mm, kedalaman alas duduk 305 mm, dan tanpa menggunakan sandaran punggung.Kata kunci: kursi pembatikan, ergonomi, antropometriABSTRACTSince the approval of batik as an intangible cultural heritage by UNESCO, the improvement of batik industry have evolved along with the increase in market demand. At this time the main equipment for batik processes are still using the old batik equipment that has not been studied regarding its usability and safety. The purpose of this study was to assess the size of the seat and gawangan batik on the market whether in accordance with the requirements in accordance with the concept of batik and ergonomics. The data collected from several places batik industry. The data required to make is represented by N = 30 pieces. These data are then performed statistical analysis with the histogram method. The use of seat batik batik industry is still very far from ideal conditions. The size of the existing seat are: average high seat is 263.7 (Indonesian women knee high to sit: average 339,2 mm), average width of seat is 353 mm (Indonesian women hips size: average 366,8 mm), average depth of seat is 305 mm (Indonesian women knee to buttocks length: average 470,7 mm) and without using the backrest.Keywords: batik chair, ergonomy, anthropometry
Teknologi Proses Sasirangan dengan Variasi Teknik Jelujur Eustasia Sri Murwati; Isti Kartika; Guring Briegel Mandegani
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i0.1085

Abstract

ABSTRAKKain sasirangan merupakan produk tekstil kerajnan yang dibuat dengan proses pewarnaan rintang dengan menggunakan benang atau bahan lain sebagai perintang warna menurut motif tertentu. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan kain sasirangan dan memperoleh berbagai macam produk fesyen ataupun bentuk yang lain. Bahan baku yang digunakan yakni kain mori voalissima, sutra super T54, dan menggunakan pewarna indigosol. Kain yang telah diwarna, kemudian difiksasi dengan asam klorida (HCl) hangat dan Natrium Nitrit. Kemudian dianginangikan, setelah kering, jahitan dilepas terbentuk produk sasirangan dengan desain motif produk sandang. Urutan prosesnya : penarikan jahitan, pewarnaan, pelepasan jahitan produk sasirangan. Benang yang dipakai adalah benang poliester yang tidak dapat terwarnai pada proses pewarnaan. Motif sasirangan dipengaruhi oleh jarak jahitan dan bentuk jelujur sehingga akan menghasilkan produk sasirangan yang beraneka macam. Lima macam variasi jelujur dilakukan dan menghasilkan produk sasirangan yang berlainan. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan kering, menunjukan nilai rata-rata 3-4 s/d 4, dapat diartikan baik untuk voalissima maupun sutra. Sedangkan untuk gosok basah kurang baik untuk voalissima, nilai 2-3. Pada sutra, baik dengan nilai 4. Kata kunci: sasirangan, voalissima, sutra, benang poliester.ABSTRACTSasirangan fabric is a handicraft textile product that is made using resist-dyeing technique, with yarn or other material to block the colors according to the patterns given. This research was aimed to find out the making process of sasirangan fabric and produce some kinds of fashion products, as well as non-fashion ones. The main materials used are voalissima cambrics, silk super T54, and indigosol dyes. After being dyed, the fabric then fixed using warm Hydrochloric Acid (HCl) solution and Sodium Nitrite. The fabric is dried without being exposed to direct sunlight, then the stitches are being removed and the sasirangan pattern will appear in the product. Steps of the making process are: pulling the stitched yarn, dyeing, and removing stitches from the sasirangan product.The yarn used is polyester yarn that cannot be dyed in the dyeing process. Sasirangan patterns are determined by stitch distance and basting stitch forms to produce many kinds of Sasirangan products. Fivekinds of basting stitch variations are done to make different Sasirangan products. The color fastness test to washing and dry rubbing gives average result values of 3-4 to 4, which can be interpreted as ‘good’, both for voalissima and silk. As for the color fastness test to wet rubbing, the result value is 2-3 or less good for voalissima, and 4 or good for silk.Key words: sasirangan, voalissima, silk, polyester yarn.