Ali Akhbar Abaib Mas Rabbani Lubis
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

POLITIK RUANG NKRI: BPUPKI sampai Majelis Konstituante Ali Akhbar Abaib Mas Rabbani Lubis
Shar-E : Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah Vol. 6 No. 1 (2020): Shar-E: Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah
Publisher : Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37567/shar-e.v6i1.15

Abstract

Tulisan ini mencoba menjelaskan gambaran penting ruang yang ingin diciptakan oleh keinginan bersama-sama, yang sebelumnya masyarakat Indonesia masih terkunci oleh penjajahan kolonialisme. Ruang yang ingin diciptakan tersebut berwadah negara yang mandiri dan merdeka, namun bagaimana ruang tersebut tercipta ?. pasti ada perebutan dan perdebatan sengit dalam memproduksi negara yang dapat dipetik dinamikanya. penulis berangkat dari penelitian kualitatif, dimana data-data tersebut diperoleh dari studi kepustakaan (library ressearch) dalam bentuk analisis deskriptif. Tahapan analisa data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil kesimpulannya bahwa perdebatan dasar dan bentuk negara adalah perebutan politik ruang untuk mendominasi negara, namun perebutan dan perdebatan tersebut sebuah keniscayaan karena memang sudah terjadi sebelum kemerdekaan Indonesia. Sehingga bagi peneliti bahwa perdebatan dan perebutan politik ruang Negara Indonesia ini merupakan hal yang sememangnya hasil dari akomodasi sejarah kemerdekaan, sekaligus ini sangat wajar karena ruang yang diproduksi adalah ruang demokrasi. Hanya saja perlu ditekankan bahwa setiap dinamika seyogyanya mesti sesuai dengan konstitusi yang berlaku, bukan dengan cara radikalisme.
Relasi Hukum Islam dan Adat dalam Tradisi Pamogih pada Perkawinan Masyarakat Muslim Bondowoso Ali Akhbar Abaib Mas Rabbani Lubis; Muhammad Abdul Khaliq Suhri
Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi Vol. 3 Issue 2 (2020) Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi
Publisher : Faculty of Sharia, Islamic State University (UIN) Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.925 KB) | DOI: 10.24090/volksgeist.v3i2.4014

Abstract

This study aims to discusses pamogih tradition in Bondowoso Muslim community marriages. Pamogih tradition is basically similar to ben-giben, seserahan, pasrahan tukon, uang japuik, and others. In addition to the uniqueness of the term, this research also involves legal procession and consequences. This research uses qualitative methods and fieldwork clusters. The result shows that pamogih tradition is the bridegroom obligation to give handover as a form of tradition including necklaces, rings, clothes and other household furniture as agreed by both parties. The gift is considered to have a magical value for the people. Usually, this practice is carried out before and after the marriage covenant, generally the provision of goods is done after the marriage covenant. The pamogih tradition is carried out according to the rules of ponggebeh as an elder. The legal consequences of this tradition is, if the bridegroom violates or does not carry out this tradition, it is believed that they might have bad luck experience and slander as well as exclusion from the community. The pamogih tradition is part of living law as a social phenomenon that makes this tradition as an adat law and its implementation is integrated with the practice of marriage in Islam.