Ani Rostiyati
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERANAN PEMIMPIN INFORMAL PADA MASYARAKAT GURADOG Ani Rostiyati
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 1, No 2 (2009): PATANJALA VOL. 1 NO. 2 JUNE 2009
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.785 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v1i2.249

Abstract

AbstrakKebergantungan masyarakat pada pemimpin informal yang berperan sebagai  pemimpin adat, sangat tinggi. Hal itu disebabkan warga masyarakat meyakini, bahwa  pemimpin adat mempunyai kemampuan dan kelebihan tertentu. Masyarakat percaya bahwa kehadiran pemimpin adat dapat memberi ketenangan dan harmoni. Ia dapat merepresentasikan masyarakat untuk berhubungan dengan leluhur. Pemimpin adat merupakan mediator antara masyarakat dengan leluhurnya.Dengan demikian, pemimpin informal/pemimpin adat mempunyai kedudukan dan peran yang penting. Ia bukan sebagai pemimpin adat yang berperan sebagai pemimpin masyarakat dalam hukum adat dan melindungi tradisi leluhur, tetapi juga sebagai figur yang berperan sebagai mediator pemerintah di bidang sosial dan adat. Pemimpin informal dengan peran demikian itu antara lain terdapat pada masyarakat Guradog, Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Abstract       People’s  dependency at informal leader who personating leader of custom, is very high. It is caused by society citizen believe, that leader of custom have certain excess and ability. Society believe that attendance of leader of custom can give harmony and calmness. He can give presentation society to deal with ancestor. Leader of custom represent mediator between society with its ancestor.       Thereby, informal leader / leader of custom have an important status and role. He is not only as leader of custom who personate leader of society in customary law and protect ancestor tradition but also as figure which personate government mediator in social area and custom. Informal leader with role that way  for example there are at society of Guradog, Regency of Lebak Province of Banten.
UPACARA SIRAMAN DAN NGALUNGSUR GENI DI DESA DANGIANG KABUPATEN GARUT Ani Rostiyati
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 3, No 1 (2011): PATANJALA VOL. 3 NO. 1 MARCH 2011
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4663.233 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v3i1.270

Abstract

Abstrak Upacara tradisional merupakan kegiatan upacara yang berhubungan dengan tradisi berbagai macam peristiwa pada masyarakat yang bersangkutan. Upacara tradisional juga bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, upacara tradisional dapat mengikat rasa solidaritas warga  dan memiliki nilai-nilai penting sebagai pedoman perilaku masyarakatnya. Namun,  bukan tidak mungkin upacara itu satu demi satu tersingkirkan. Di antaranya upacara dirasakan tidak lagi bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya. Kekhawatiran tersebut mendorong perlu dilakukannya penelitian upacara tradisional, agar masyarakat terutama para generasi muda bisa tetap mengetahui tinggalan leluhur. Salah satu upacara tradisional yang masih berlangsung adalah upacara Siraman dan Ngalungsur Geni di Desa Dangiang, Kec. Banjarwangi, Kab. Garut. Upacara ini bertujuan  untuk menghormati leluhur dengan ziarah ke makamnya dan memelihara tinggalan leluhur yang berupa benda keramat milik leluhur berupa keris, golok, dan meriam. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang melihat pada aspek nilai dan konsep berpikir pada masyarakat tersebut, serta penggalian data melalui observasi dan wawancara.      AbstractTraditional ceremony is a kind of ceremony that has something to do with the society in question. It is also an integral part of the culture of the society itself. Therefore, traditional ceremony can make a bond within members of the society and has valuable meaning as guidance for the behaviour of the members of the society itself. Yet, the ceremonies are vanished one after another. The reason is that the society does not think they are useful enough for them. This research is based on that condition, hoping that young generation will preserve this legacy. Upacara Siraman and Ngalungsur Geni are ones that are still conducted in Desa Dangiang Kecamatan banjarwangi, Kabupaten Garut. These two traditional ceremonies are intended to give honour to the ancestors by visiting their tombs and preserving their legacy such as sacred things like kris, machete, and canon. This is a descriptive research with qualitative approach, seeking aspects of values and the society’s concept of thinking. Data are obtained through observation and interview.
SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT GIRI JAYA Ani Rostiyati
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 2, No 1 (2010): PATANJALA VOL. 2 NO. 1 MARCH 2010
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.363 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v2i1.210

Abstract

AbstrakPada hakekatnya pengobatan tradisional merupakan bagian kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan atau tulisan. Oleh sebab itu kepercayaan terhadap pengobatan tradisional dapat terus bertahan, walaupun praktik biomedik kedokteran mengalami perkembangan. Untuk penyembuhan penyakit, dalam sistem pengobatan tradisional dicari lebih dahulu penyebab sakit atau etiologinya. Konsep etiologi ini perlu diketahui sebagai dasar untuk mendiagnosa penyakit yang kemudian diperlukan untuk menentukan cara-cara pengobatannya. Demikian pula pada masyarakat di Desa Giri Jaya Kabupaten Sukabumi yang menjadi lokasi penelitian, sebagian besar masyarakatnya masih melakukan pengobatan tradisional meskipun pengobatan modern telah dikenal. Untuk itu tulisan ini akan mengupas bagaimana persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit, etiologi (sebab sakit), ciri penyakit, dan cara pengobatannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tipe penelitian deskriptif. AbstractIn essence, traditional medicine is part of culture passed from generation to generation orally or in writing. Therefore, trust to the traditional treatment can continue to survive, although the practice of biomedicine medical growth. To cure disease, the traditional treatment system first sought the cause of illness or etiology. The concept of etiology is necessary to know as a basis for diagnosing a disease that then needed to determine the ways of treatment. Similarly in Desa Giri Jaya the regency of Sukabumi who became the location of research, most people still make traditional medicine even though modern medicine has known. Therefore this writing will discuss how the public perception of healthy and sick, etiology (cause pain), characteristic of the disease and how to treat it. This research uses qualitative approach and descriptive research type.