Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KEHIDUPAN DAN AKTIVITAS BUDAYA BAHARI MASYARAKAT NELAYAN NAGARI AIRHAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN Sri Haryati Putri; Gusti Asnan; Muhammad Nur
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 12, No 1 (2020): PATANJALA VOL. 12 NO. 1 April 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.268 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v12i1.553

Abstract

 Tulisan ini membahas tentang beragam budaya atau tradisi lokal yang dilakukan oleh masyarakat pesisir. Tradisi yang dilakukan selalu berhubungan dengan kehidupannya sebagai seorang nelayan dan umumnya dilakukan di tepi pantai, tidak jauh dari tempat aktivitas sehari hari. Menggunakan metode penelitian kebudayaan, tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas akan budaya maritim yang dimiliki oleh masyarakat pesisir di Nagari Airhaji. Budaya yang konon berasal dari zaman nenek moyang masih dilaksanakan hingga kini oleh masyarakat nelayan di Nigari Airhaji. Kebiasaan tersebut menjadi ciri khas tersendiri bagi masyarakat pesisir di nagari Airhaji yang membedakannya dengan masyarakat daerah Darek atau daerah pedalaman lainnya. Dengan adanya budaya bahari, dapat turut melestarikan kebudayaan atau tradisi lokal, juga dapat membuat masyarakat peduli dan menjaga kekayaan alam, karena semua budaya atau tradisi yang dipraktikkan selalu berhubungan dan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan menghormati laut dengan beragam ritual yang telah dilakukan. The paper discusses on how coastal communities to carry out their traditions. The traditions always related to the lives of fishermen. They usually carried those out in foreshore. The paper uses research methods such as Cross-Cultural Research Methods for the reason that the maritime cultural life of Nagari Airhaji coastal communities could be more widely known. The fishermen community in Nagari Airhaji keep managing to carry the maritim culture out as their heritage. It characterizes the coastal community of Nagari Airhaji and distinguishes them from the Darek communities and the other inland areas communities. The existence of maritime culture, which is always purposed to express gratitude and to honor the sea through variuous ritulas, has encouraged positively the preservation of culture and tradition and also has driven the community to consider and protect more the natural resources.
HUBUNGAN KERJA ANTARA JURAGAN DAN ANAK BAGAN DALAM KEHIDUPAN NELAYAN Sri Haryati Putri
Jurnal Sosial Humaniora Vol. 11 No. 1 (2020): APRIL
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.025 KB) | DOI: 10.30997/jsh.v11i1.2012

Abstract

Secara kasat mata, profesi nelayan dianggap sebagai kualifikasi masyarakat miskin, karena didera keterbatasan dibidang kualitas sumber daya manusia, akses, penguasaan teknologi, pasar dan modal. Ternyata, tidak semua nelayan dikategorikan dengan kehidupan terbelakang. Juragan sebagai pemodal bertindak sebagai induk semang hidup berkecukupan dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Penulisan ini menggunakan metode penulisan sejarah yang bertujuan untuk mengungkapkan sisi lain dari kehidupan nelayan, terutama nelayan buruh yang hanya bermodalkan tenaga beserta alat pancing sederhana, hanya menggantungkan penghidupannya pada seorang juragan selaku pemilik bagan. Maka, terjadilah relasi patron-klien antara juragan dan anak bagan. Sisi lain mengungkapkan bahwa hubungan antara juragan dan anak bagan mengandung unsur eksploitasi dan dominasi. Tetapi, pola hubungan patron-klien lebih halus dan tak terlihat. Klien (anak bagan) tidak merasa adanya eksploitasi tersebut, karena pemberian bantuan berupa hutang dari juragan jauh lebih besar dan berlangsung intensif serta dalam jangka panjang.
Badai Kehidupan Dalam Sejarah Masyarakat Nelayan di Nagari Air Haji Pesisir Selatan Sri Haryati Putri; Gusti Asnan; Mhd Nur
Bakaba : Jurnal Sejarah, Kebudayaan dan Kependidikan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/bakaba.2020.v8i2.3612

Abstract

Nagari Airhaji dapat ditemukan sebuah potret kehidupan desa nelayan tradisional, yang dalam menggerakkan aktivitas perekonomiannya adalah sektor kelautan dan sangat mengandalkan mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bertujuan untuk mengetahui dinamika  kehidupan masyarakat dalam menjalani kehidupan sebagai seorang nelayan. Pada prinsipnya, para nelayan di Nagari Airhaji menyebut dirinya dengan sebutan “urang kapa”. Hal ini disebabkan oleh kedekatan hubungan emosional dan sehari-hari begitu dekat dan akrab dengan dunia laut. Bukan tidak mungkin apapun dapat terjadi di dalam laut termasuk pertaruhan nyawa apabila badai dan gelombang menghancurkan kapal sebagai tempat berlindung bagi nelayan. Meskipun demikian, dengan segala resiko dan rintangan yang dihadapi, tidak jarang ditemukan nelayan yang selama puluhan tahun menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.
Konflik dan Harmoni Kehidupan Nelayan Nagari Airhaji Pesisir Selatan (1998-2017) Sri Haryati Putri Haryati
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 4 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.201 KB) | DOI: 10.22437/titian.v4i1.8557

Abstract

Nagari Air Haji, perkampungannya didominasi dengan wilayah perairan dan pantai. Sebagai wilayah pesisir pantai, dinamika masyarakat juga memiliki keterikatan yang erat dengan laut. Dinamika konflik antar sesama nelayan menjadi hal yang tidak bisa dielakkan. Penulisan ini membahas tentang konflik sosial nelayan tradisional di Air Haji. Persaingan nelayan trawl dengan nelayan tradisional tidak seimbang dan lebih merupakan penindasan. Tentu nelayan trawl makin berjaya di tengah tersingkirnya nelayan tradisional. Adapun organisasi sebagai wadah peningkatan kapasitas nelayan, ternyata hanyalah sebuah cara bagi mereka untuk mendapatkan program bantuan. Sementara peraturan dan ketetapan melaut yang tercantum dalam organisasi tetap mereka langgar. Namun, Organisasi telah mempertemukan ketiga elemen ini dan saling bekerja sama untuk memajukan perekonomian masyarakat nelayan. Baik bagi sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat dan nelayan dengan pemerintah. Organisasi secara tak langsung telah memberikan secercah pengharapan bagi nelayan untuk merubah hidup supaya keluar dari belenggu kemiskinan. Meskipun hasil yang didapatkan belum maksimal, tetapi telah menjadi dinamika konflik dan harmoni dalam kehidupan nelayan. Harmoni tersebut semakin terlihat pada prinsip patron-klien yang diterapkan oleh semua nelayan, baik juragan dan anak buah tercipta hubungan sosial yang begitu erat, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah kekerabatan. Kata Kunci: nelayan; konflik; harmoni; organisasi nelayan; patron-klien
Sekolah Menengah Kesenian: Cipta Karakter Pelestari Budaya di Sumatera Barat Sri Haryati Putri
Diakronika Vol 19 No 1 (2019): DIAKRONIKA
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.284 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol19-iss1/81

Abstract

This study aims to delve deeper into how the role of art in traditional culture can be used as character building for the next generation of the nation. The art school which is specialized in Vocational High Schools (SMK), offers expertise programs to junior high school graduates who are interested in exploring and learning traditional arts and culture. The presence of art-based formal schools, of course, can have a positive impact on the younger generation to maintain and preserve the art of traditional culture as forming a moral character, as well as the emergence of a sense of love for their own culture. Usually Vocational Schools are very identical with technical schools, machinery, and other fields of technology, but art Vocational Schools in West Sumatra, especially the city of Padang, offer different skills than vocational education in general, namely traditional arts. This is evidenced by the presence of Vocational High School 4, Vocational High School 8 and Padang Vocational High School 7, which are art vocational schools in West Sumatra, especially in Padang which make traditional arts and crafts of Minangkabau culture a skill program developed by their students. This school is maintained and is the pride of the people of Padang City.
Badai Kehidupan Dalam Sejarah Masyarakat Nelayan di Nagari Air Haji Pesisir Selatan Sri Haryati Putri; Gusti Asnan; Mhd Nur
Bakaba Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1171.026 KB) | DOI: 10.22202/bakaba.2020.v8i2.3612

Abstract

Nagari Airhaji dapat ditemukan sebuah potret kehidupan desa nelayan tradisional, yang dalam menggerakkan aktivitas perekonomiannya adalah sektor kelautan dan sangat mengandalkan mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bertujuan untuk mengetahui dinamika  kehidupan masyarakat dalam menjalani kehidupan sebagai seorang nelayan. Pada prinsipnya, para nelayan di Nagari Airhaji menyebut dirinya dengan sebutan “urang kapa”. Hal ini disebabkan oleh kedekatan hubungan emosional dan sehari-hari begitu dekat dan akrab dengan dunia laut. Bukan tidak mungkin apapun dapat terjadi di dalam laut termasuk pertaruhan nyawa apabila badai dan gelombang menghancurkan kapal sebagai tempat berlindung bagi nelayan. Meskipun demikian, dengan segala resiko dan rintangan yang dihadapi, tidak jarang ditemukan nelayan yang selama puluhan tahun menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.