Lulus Susanti
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH KETINGGIAN HABITAT KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP PENGEMBANGBIAKAN Bacillus thuringiensis H-14 DAN TOKSISITASNYA TERHADAP JENTIK (Anopheles aconitus) Susanti, Lulus; Ch.P, Blondine
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 23, No 1 Mar (2013)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/3062

Abstract

Abstrak Penggunaan Bacillus thuringiensis H-14 sebagai biolarvasida sudah banyak diketahui di masyarakat. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) telah menguji penggunaan media buah kelapa sebagai media pengembangbiakan B.thuringiensis H-14. Pada penelitian ini dilakukan pengembangbiakkan B.thuringiensis H-14 galur lokal dengan menggunakan media air kelapa yang diambil dari berbagai wilayah dengan memperhatikan ketinggian wilayahnya. Lokasi pengambilan sampel air kelapa adalah daerah dengan ketinggian < 20 m dpl (pantai Parangtritis), 21 – 250 m dpl (Kabupaten Purworejo), 251 – 500 m dpl (Kabupaten Semarang) dan 501 – 750 m dpl (Kota Salatiga). Penelitian ini dilakukan dengan mengambil air buah kelapa hijau umur 4 – 6 bulan atau berat mencapai > 600 gram dari masing-masing wilayah penelitian. Kemudian air kelapa dari masing-masing wilayah penelitian diambil secara random untuk dilakukan pengujian kandungan nutrisinya, sedangkan sisanya di sterilisasi untuk dijadikan media pengembangbiakan B.thuringiensis H-14. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil pengembangbiakan di media air kelapa yang didapatkan dari lokasi dengan ketinggian habitat yang berbeda-beda, serta efek toksisitasnya terhadap jentik Anopheles aconitus. Hasil uji analisa air kelapa dari pantai Parangtritis adalah kadar karbohidrat 1,82%, dengan lemak 0,02%, protein 0,04% dan gula reduksi sebesar 1,67%. Air kelapa dari kabupaten Purworejo kandungan karbohidrat 1,92%, lemak 0,01%. protein 0,06% dan gula reduksi 1,87%. Air kelapa dari Kabupaten Semarang kandungan karbohidrat 1,68%, lemak 0,01%, protein 0,12% dan gula reduksi 1,52%. Sedangkan kandungan karbohidrat dari air kelapa kota Salatiga adalah 3,12% merupakan kandungan yang tertinggi dibandingkan dari daerah lain, kandungan lemak 0,01%, protein 0,11% dan gula reduksi 2,97%, merupakan kandungan tertinggi dibandingkan dengan hasil dari daerah lain. Hasil pertumbuhan sel dan spora B.thuringiensis H-14 dari media air kelapa pantai Parangtritis pada pH 7,5 adalah 85,7 x1010 dan 11,1 x 1010, sedangkan dari kabupaten Purworejo jumlah sel dan spora yang dihasilkan adalah sebesar 2,3 x 1010 dan 2,5 x 1010. Media air kelapa dari kabupaten Semarang jumlah sel dan spora sebesar 24,9 x 1010 dan 23,9 x 1010, dan air kelapa yang berasal dari kota Salatiga 62,7 x 1010 dan 1,1 x 1010. Kesimpulan dari penelitian ini adalah B.thuringiensis yang dikembangbiakkan dalam media dari kabupaten Semarang memiliki Lc50 0,003 % dan Lc95 0,021%,yang merupakan Lc terkecil dibandingkan dengan B.thuringiensis yang dikembangbiakkan dalam media air kelapa dari daerah lain. Kata kunci : B.thuringiensis H-14, Air kelapa, toksisitas Abstract Using of Bacillus thuringiensis H-14 as a Biolarvacide are more commonly on this decade. Institute of Vector Control and Reservoir Disease (IVCRD) has used coconut as a medium for B.thuringiensis  H-14. This research used only coconut water that was took from many kind of places with difference on altitudes. Locations of this research were  from Parangtritis (with altitude < 20 m dpl)), Purwerojo district (150 m dpl), Semarang district (400 m dpl) and Salatiga municypality (650 m dpl). The objective of this study is to know what difference result of B.thuringiensis  H-14 spores that was growth from many kind of habitat (locations) which is diferent on altitudes, and the eficacy of B.thuringiensis H-14 to An.aconitus larvae. The nutrition that contain on coconut water was analise by Health Laboratory on Semarang District. Result of this research shows that coconut water from Parangtritis beach was contain of carbohidrat 1.82 %, fats 0.02%, protein 0.04% dan glucose 1.67%. Coconut water from Purworejo district was contain carbohydrat 1.92%, fats 0.01%, protein 0.06% and glucose 1.87%. There for coconut water from Semarang district was contain carbohydrats 1.68%, fats 0.01%, protein 0.12% and glucose 1.52%. And the coconut water from Salatiga Munycipality was contain carbohydrat 3.12%, that is the highest than others, fats 0.01%, protein 0.11% and glucose 2.97%. Number of sels and spores that growth on that medium were different. Number of sels and spores from parangtritis beach medium were85.7 x 1010 and 11.1 x 1010. Coconut water medium from Purworejo district may potencial to growth B. thuringiensis H.14. number sels and spores from Purworejo district medium were 2.3 x 1010 and 2.5 x 1010. Coconut water medium from Semarang district could resulting number of sels and spores were 24.9 x 1010 and 23.9 x 1010, and the medium from Salatiga municypality were 62.7 x 1010 and 1.1 x 1010. The efficacy from  B.thuringiensis to the An.aconitus larvae shows that lethal concentration from Semarang district were Lc50 0.003% dan Lc95 0.021%, which is the lowest concentration than B.thuringiensis that was growth on the medium from other places. Keywords : B.thuringiensis H-14, coconut water, An.aconitus
INSEKTISIDA SIPERMETHRIN 100 G/L TERHADAP NYAMUK DENGAN METODE PENGASAPAN Susanti, Lulus; Boesri, Hasan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor sudah lama dilakukan. Malathion sebagai salah satu insektisida yang banyak digunakan kini mulai dilaporkan terjadinya resistensi nyamuk terhadapnya. Maka diperlukan jenis insektisida lain yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengendalikan vektor penyakit khususnya nyamuk yang dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan maupun perusahaan. Permasalahan penelitian adalah bagaimana pengaruh insektisida cypermethrin terhadap nyamuk vektor DBD (Ae. aegypti), filariasis perkotaan (Cx. quinquefasciatus), dan malaria (An. Aconitus) dengan aplikasi pengasapan (thermal fogging). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh insektisida cypermethrin terhadap vektor nyamuk. Metode penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini telah dilakukan uji insektisida bahan aktif yaitu sipermethrin 100 g/l, terhadap nyamuk vektor DBD (Ae. aegypti), filariasis perkotaan(Cx.quinquefasciatus), dan malaria (An. Aconitus) dengan aplikasi pengasapan (thermal fogging). Hasil penelitian menunjukkan insektisida berbahan aktif cypermethrin 100 g/l pada dosis 100, 150, dan 200 ml/ha dengan pelarut solar yang diaplikasikan secara pengasapan (thermal fogging) efektif digunakan untuk membunuh nyamuk vektor DBD Ae.aegypti, vektor filariasis Cx. Quinqefasciatus dan vektor malaria An. Aconitus di dalam dan di luar rumah dengan tingkat kematian 100%. Simpulan penelitian adalah insektisida cypermethrin efektif untuk membunuh vektor nyamuk.The use of insecticides in vector control is long overdue. Malathion insecticide which widely used now beginning to be reported occurrence of mosquito resistance to it. It would require other types of insecticides that can be used as an alternative in disease vectors control, especially mosquitoes which can be used by the Department of Health as well as the company. Research problem was how the effect of Cypermethrin insecticide against mosquito vectors of dengue (Ae. aegypti ), urban filariasis ( Cx. quinquefasciatus), and malaria (A. aconitus) with fumigation applications (thermal fogging). The purpose of the study to determine the effect of sipermethrin as mosquito insecticide. Experimental research methods. In this study was to test the insecticidal active ingredient sipermethrin 100 g/l, the mosquito vector of dengue (Ae. aegypti), urban filariasis (Cx. quinquefasciatus), and malaria (A. aconitus) with fumigation applications (thermal fogging). The results showed insecticidal active ingredient Cypermethrin 100g/l at dose of 100, 150, and 200ml/ha with solvent applied solar evaporation (thermal fogging), effectively used to kill vector of dengue (Ae. aegypti), urban filariasis (Cx. quinquefasciatus), and malaria (A. aconitus) inside and outside the house with 100 % mortality rate. Conclusion of the research, Cypermethrin was effective as mosquito vectors insecticide.
PENGARUH INSEKTISIDA SIPERMETHRIN 100 G/L TERHADAP NYAMUK DENGAN METODE PENGASAPAN Susanti, Lulus; Boesri, Hasan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan  insektisida dalam pengendalian vektor  sudah  sejak  lama dilakukan. Malathion sebagai salah satu insektisida yang banyak digunakan kini mulai dilaporkan  terjadinya  resistensi nyamuk  terhadapnya. Maka diperlukan  jenis insektisida lain yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengendalikan vektor penyakit khususnya nyamuk yang dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan maupun perusahaan. Dalam penelitian  ini  telah dilakukan uji  insektisida bahan aktif: sipermethrin 100 g/l, terhadap nyamuk vektor DBD (Ae. aegypti), filariasis perkotaan(Cx. quinquefasciatus) dan malaria (An. Aconitus) dengan aplikasi pengasapan (thermal fogging). Insektisida berbahan aktif Cypermethrin 100 g/l pada dosis 100; 150 dan 200 ml/ha dengan pelarut solar yang diaplikasikan secara pengasapan (thermal fogging), efektif digunakan untuk membunuh nyamuk vektor DBD Ae.aegypti, vektor filariasis Cx. quinqefasciatus dan vektor malaria An. aconitus di dalam dan di luar rumah  dengan tingkat kematian 100%.     Abstract   The use of insecticides in vector control has long been done. As one of the insecticide malathion are widely used now beginning to be reported the occurrence of mosquito resistance to it. It would require other types of insecticides that can be used as an alternative in controlling disease vectors, especially mosquitoes which can be used by the Department of Health and companies. In this study tests were conducted  insecticide  active  ingredients:  sipermethrin  100  g/l,  against  dengue mosquito vectors  (Ae. aegypti), urban filariasis  (Cx quinquefasciatus) and malaria (An. Aconitus) with the application of curing (thermal fogging). Contain active insecticide Cypermethrin 100 g/l at a dose of 100; 150 and 200 ml/ha with the applied diesel solvent evaporation (thermal fogging), effectively used to kill dengue mosquito vector Ae.aegypti, filariasis vector Cx. quinqefasciatus and malaria vector An. aconitus inside and outside the home with 100% mortality rate.Keywords:Insecticides; Ae.aegypti; An.aconitus; and Cx. Auinquefasciatus; Cypermethrin 100 g/l
INSEKTISIDA SIPERMETHRIN 100 G/L TERHADAP NYAMUK DENGAN METODE PENGASAPAN Susanti, Lulus; Boesri, Hasan
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2012)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v7i2.2812

Abstract

Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor sudah lama dilakukan. Malathion sebagai salah satu insektisida yang banyak digunakan kini mulai dilaporkan terjadinya resistensi nyamuk terhadapnya. Maka diperlukan jenis insektisida lain yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengendalikan vektor penyakit khususnya nyamuk yang dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan maupun perusahaan. Permasalahan penelitian adalah bagaimana pengaruh insektisida cypermethrin terhadap nyamuk vektor DBD (Ae. aegypti), filariasis perkotaan (Cx. quinquefasciatus), dan malaria (An. Aconitus) dengan aplikasi pengasapan (thermal fogging). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh insektisida cypermethrin terhadap vektor nyamuk. Metode penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini telah dilakukan uji insektisida bahan aktif yaitu sipermethrin 100 g/l, terhadap nyamuk vektor DBD (Ae. aegypti), filariasis perkotaan(Cx.quinquefasciatus), dan malaria (An. Aconitus) dengan aplikasi pengasapan (thermal fogging). Hasil penelitian menunjukkan insektisida berbahan aktif cypermethrin 100 g/l pada dosis 100, 150, dan 200 ml/ha dengan pelarut solar yang diaplikasikan secara pengasapan (thermal fogging) efektif digunakan untuk membunuh nyamuk vektor DBD Ae.aegypti, vektor filariasis Cx. Quinqefasciatus dan vektor malaria An. Aconitus di dalam dan di luar rumah dengan tingkat kematian 100%. Simpulan penelitian adalah insektisida cypermethrin efektif untuk membunuh vektor nyamuk.The use of insecticides in vector control is long overdue. Malathion insecticide which widely used now beginning to be reported occurrence of mosquito resistance to it. It would require other types of insecticides that can be used as an alternative in disease vectors control, especially mosquitoes which can be used by the Department of Health as well as the company. Research problem was how the effect of Cypermethrin insecticide against mosquito vectors of dengue (Ae. aegypti ), urban filariasis ( Cx. quinquefasciatus), and malaria (A. aconitus) with fumigation applications (thermal fogging). The purpose of the study to determine the effect of sipermethrin as mosquito insecticide. Experimental research methods. In this study was to test the insecticidal active ingredient sipermethrin 100 g/l, the mosquito vector of dengue (Ae. aegypti), urban filariasis (Cx. quinquefasciatus), and malaria (A. aconitus) with fumigation applications (thermal fogging). The results showed insecticidal active ingredient Cypermethrin 100g/l at dose of 100, 150, and 200ml/ha with solvent applied solar evaporation (thermal fogging), effectively used to kill vector of dengue (Ae. aegypti), urban filariasis (Cx. quinquefasciatus), and malaria (A. aconitus) inside and outside the house with 100 % mortality rate. Conclusion of the research, Cypermethrin was effective as mosquito vectors insecticide.
Efektivitas Residu Insektisida Actellic 500EC pada Berbagai Macam Permukaan Dinding Terhadap Kematian Nyamuk Anopheles aconitus, Aedes aegypti, dan Culex quinquefasciatus Boesri, Hasan; Susanti, Lulus
Jurnal Kedokteran YARSI Vol 16, No 3 (2008): SEPTEMBER - DESEMBER 2008
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.446 KB) | DOI: 10.33476/jky.v16i3.252

Abstract

Insecticide spray has been commonly practiced for malaria eradication program. Well chosen and accurate dose of insecticide is required to obtain the best result. In this study, a small scaletrial of Actellic 500EC residual spray with dosage ranges of 1.0 ml/m2, 2.0 ml/m2, 4.0 ml/m2 and 5.0 ml/m was applied on wall, shelf and bamboo surfaces. Three malaria vectors e.g. Anopheles aconitus, Aedes aegypti, andCulex quinquefasciatus mosquitoes, 3-4 days old and well fed were used for the experiment using bioassay test kit cone (WHO standard 1975). The result showed that 4.0 ml/m dosages of Actellic 500EC were more effective than the other dosages. The mosquito mortality was 100% in one week for An. aconitus, Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus.