Siti Lathifatus Sun’iyah
Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

POLA PEMIKIRAN SAINS DAN FILSAFAT PASCA AL-GHAZALI Siti Lathifatus Sun’iyah
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 4 No 2 (2017): Oktober
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.612 KB)

Abstract

Abstrak Munculnya tokoh-tokoh pemikir muslim pasca al Ghazali seperti Ibn Rusyd, Ibn Taymiyyah dan Suhrawardi membawa kemajuan tersendiri dalam bidang keilmuan tertentu. Pada masa Ibn Rusyd dianggap sebagai masa kebangkitan filsafat pasca al-Ghazali. Sedangkan pada masa Ibn Taymiyyah kemajuan terletak pada aspek ajaran agama yang berusaha mempertahankan ajaran al Qur’an dan hadith. Sementara Suhrawardi al Maqtul adalah tokoh yang punya kontribusi besar dalam mensintesakan antara ajaran filsafat dan tasawuf sehingga tidak bertentangan. Fluktuasi pemikiran dalam hal ini adalah bersifat alami yang terus berkembang dalam satu sisi dan mundur dalam sisi yang lain dari waktu ke waktu.
BAHTSUL MASAIL SEBAGAI BUDAYA PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING Siti Lathifatus Sun’iyah
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 5 No 1 (2018): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan pada era globalisasi, dituntut adanya kemajuan tidak sekedar mencukupi kebutuhan kognisi level rendah. Pendidikan diharapkan berorientasi pada kemampuan aplikatif bahkan analisis. Terjadinya ledakan pengetahuan menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mengingat fakta menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis. Bahtsul Masail adalah forum diskusi agama yang mengakar kuat dan menjadi tradisi di kalangan pesantren. Forum ini secara normatif diadopsi dan diatur dalam kelembagaan NU. Bahtsul Masail dalam kelembagaan Syuriah NU merupakan usaha perumusan fatwa kolektif melalui diskusi bersama oleh para pakar, baik yang termasuk anggota struktural maupun dari kalangan para kiai pesantren. Kesepakatan hukum dari fatwa kolektif adalah representasi kelompok yang lebih kuat dari fatwa individu. Fatwa kolektif yang lahir dari ijtihad kelompok memiliki kelebihan, yaitu: menerapkan prinsip musyawarah, serta mewujudkan sikap saling melengkapi. Forum Bahtsul Masail melatih para pesertanya untuk berpikir terbuka dan tidak kaku dalam memutuskan persoalan. Bahtsul Masail merupakan aktivitas yang telah berlangsung sebagai praktik yang hidup di tengah masyarakat muslim nusantara, menjadi pengejawantahan tanggung jawab ulama dalam membimbing dan memandu kehidupan keagamaan masyarakat sekitarnya. Bahtsul Masail merupakan forum yang dinamis, demokratis, berwawasan luas. Karakteristik Bahtsul Masail sebagai pembelajaran Konstruktivistik adalah aplikasi pembelajaran aktif. Hasil nyata Bahtsul Masail adalah rasa tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam pemecahan masalah umat melalui pemilihan konten pembelajaran dan pemerluasan konteks pembelajaran yang dihadapkan pada situasi riil.
MEDIA PEMBELAJARAN DARING BERORIENTASI EVALUASI PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PAI DI TINGKAT PENDIDIKAN DASAR Siti Lathifatus Sun’iyah
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 7 No 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan Pandemi Covid-19 menjadikan pemerintah Indonesia mengambil kebijakan Belajar di rumah di berbagai tingkat pendidikan. Kebijakan ini diserai dengan intruksi penerapan Pembelajaran Daring. Implementasi pembelajaran Daring terutama pada tingkat pendidikan dasar, masih menimbulkan permasalahan dari kalangan guru dan peserta didik. Revolusi teknologi industri 4.0 memunculkan teknologi yang membantu aktivitas manusia, salah satunya adalah pembelajaran Daring. E-Learning atau pembelajaran Daring adalah pembelajaran berbasis Elektronik yang dapat mewujudkan efektivitas pembelajaran. Meskipun demikian, pembelajaran Daring tidak berkembang secara masif sampai terjadi Pandemi Covid-19. Grup media sosial menunjang kebutuhan guru terkait pelatihan pembuatan media pembelajaran Daring. Pembelajaran Daring sejalan dengan teori pembelajaran Konstruktivistik dimana peserta didik menyusun pengetahuan yang digali dari sumber pembelajaran yang disediakan oleh guru. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran diharapkan lebih meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Pembelajaran Daring pada tingkat pendidikan dasar pada umumnya menggunakan media evaluasi pembelajaran online. Media evaluasi pembelajaran online termasuk dalam kategori independent media. Google forms merupakan media evaluasi pembelajaran online yang paling familiar di kalangan guru SD. Software yang pada awalnya ditujukan untuk kepentingan survei dan kuesioner ini, dianggap yang paling mudah diakses oleh peserta didik. Berikutnya terdapat aplikasi seperti Kahoot dan Quizizz, yang merupakan aplikasi evaluasi pembelajaran yang berbentuk kuis. Aplikasi yang memiliki fitur yang lebih beragam adalah Proprofs dan Wordwall. Penggunaan media evaluasi pembelajaran online dapat menggeser paradigma negatif penggunaan smartphone oleh anak. Pembelajaran Daring merupakan media interaksi anak dengan teman-temannya dalam dunia virtual. Pembelajaran Daring tidak hanya pemberian tugas namun juga bimbingan online dari guru, Penggunaan aplikasi online mudah untuk diterapkan, asalkan guru mau meluangkan waktunya.
SINERGI PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MEWUJUDKAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN PAI TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DI ERA PANDEMI COVID-19 Siti Lathifatus Sun’iyah
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 7 No 2 (2020): Oktober
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orang tua memiliki banyak waktu untuk mendampingi belajar di rumah merupakan salah satu hikmah adanya Pandemi Covid-19. Amanah bagi orang tua bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi anak sebelum potensi itu dikembangkan oleh pendidik. Situasi Pandemi menarik orang tua dalam peranannya sebagai pendidik sejati melalui bimbingan yang diwujudkan dalam perhatian dan motivasi. Perhatian dan motivasi dalam pendidikan Islam diistilahkan sebagai metode Targhib dan Tarhib. Bimbingan orang tua mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter anak. Sinergi peran orang tua dan guru dapat dilakukan dengan pola komunikasi yang baik. Inovasi dan kreativitas guru dalam menerapkan media pembelajaran Daring yang bermutu sebagai langkah proaktif untuk menjalin komunikasi dengan orang tua. Guru dapat mengarahkan pembelajaran Jarak Jauh yang teorganisir untuk membiasakan anak mengerjakan ibadah melalui pendampingan orang tua di rumah. Pengawasan orang tua yang teintegrasi dengan arahan guru dalam menyikapi pergaulan anak di dunia maya.
PERAN AGPAII DALAM LEARNING COMMUNITY DAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM BAGI GURU PAI Siti Lathifatus Sun’iyah
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 8 No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan yang meliputi guru PAI dari mulai yang berkaitan dengan pemenuhan administrasi pembelajaran sampai pemerjuangan nasib dan kesejahteraan mereka, menghendaki adanya sebuah organisasi profesi. Asosiasi guru pendidikan agama Islam Indonesia (AGPAII) merupakan organisasi profesi yang mempunyai peran penting dalam peningkatan kompetensi dan upaya memperjuangkan kesejahteraan guru PAI. Keberhasilan AGPAII ditunjukkan dengan program AGPAII Digital. Aplikasi KTA AGPAII adalah salah satu AGPAII Digital yang punya peran sebagai Learning Community. Interkoneksi antar aplikasi AGPAII Digital menunjukkan peran sebagai Learning Management System, yang memudahkan guru dalam pengajaran PAI terutama di masa Pandemi. Program-program AGPAII lainnya seperti; Moderasi di Sekolah, Sekolah Damai, Preventing Violent Extrimism, dan AGPAII Summit. Eksistensi AGPAII juga diwujudkan dengan kepedulian terhadap masyarakat, bangsa, dan Negara.
PENILAIAN PAI BERBASIS ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM DAN SURVEI KARAKTER PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR Siti Lathifatus Sun'iyah
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 9 No 1 (2022): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Output pendidikan di Indonesia yang rendah menuntut adanya inovasi pada sistem penilaian pembelajaran. Inovasi yang diharapkan lebih mengedepankan penerapan suatu pengetahuan. Pendidikan Agama Islam yang seharusnya dapat memberikan perubahan sosiokultural belum optimal dalam perannya tersebut. Inovasi pengembangan penilaian pembelajaran diperlukan agar suatu proses pembelajaran mampu beradaptasi dengan isu yang berkembang. Asesmen Kompetensi Minimum merupakan bagian dari Asesmen Nasional yang diproyeksikan sebagai evaluasi pendidikan yang mengedepankan berpikir kritus dengan pengembangan kapasitas diri dalam menyelesaikan isu yang berkembang di masyarakat. Karakteristik mapel PAI yang kaya akan literatur sangat memungkinkan dikembangkan seperti Asesmen Literasi membaca pada AKM. Asesmen Literasi Numerasi pada AKM juga dapat menjadi acuan mapel PAI dalam pengembangan penilaiannya karena PAI tidak bisa dipisahkan dari penerapan kompetensi menghitung. Substansi kedua kompetensi literasi merepresentasikan kemampuan kognitif yang berorientasi pada High Order Thinking Skill (HOTS). Karakteristik AKM yang berbasis CBT dan menggunakan tipe soal yang lebih bervariasi diaplikasikan pada penilaian PAI. Survei karakter yang merupakan pengukuran hasil belajar sosial-emosional peserta didik dalam Asesmen Nasional. Instrumen penilaian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam silabus mapel PAI. Penilaian ini dimaksudkan sebagai assesment as learning. Hasil dari penilaian PAI berorientasi AKM dan Survei Karakter ditindaklanjuti agar dapat menciptakan pembelajaran yang mengedepankan berpikir kritis dalam pemecahan isu yang berkembang di masyarakat.
PERAN AGPAII DALAM LEARNING COMMUNITY DAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM BAGI GURU PAI Siti Lathifatus Sun’iyah
Dar el-Ilmi : jurnal studi keagamaan, pendidikan dan humaniora Vol 8 No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/darelilmi.v8i1.2445

Abstract

Permasalahan yang meliputi guru PAI dari mulai yang berkaitan dengan pemenuhan administrasi pembelajaran sampai pemerjuangan nasib dan kesejahteraan mereka, menghendaki adanya sebuah organisasi profesi. Asosiasi guru pendidikan agama Islam Indonesia (AGPAII) merupakan organisasi profesi yang mempunyai peran penting dalam peningkatan kompetensi dan upaya memperjuangkan kesejahteraan guru PAI. Keberhasilan AGPAII ditunjukkan dengan program AGPAII Digital. Aplikasi KTA AGPAII adalah salah satu AGPAII Digital yang punya peran sebagai Learning Community. Interkoneksi antar aplikasi AGPAII Digital menunjukkan peran sebagai Learning Management System, yang memudahkan guru dalam pengajaran PAI terutama di masa Pandemi. Program-program AGPAII lainnya seperti; Moderasi di Sekolah, Sekolah Damai, Preventing Violent Extrimism, dan AGPAII Summit. Eksistensi AGPAII juga diwujudkan dengan kepedulian terhadap masyarakat, bangsa, dan Negara.
KONVERSI AGAMA DAN KECENDERUNGAN RELIGIUS DI ERA MODERN Siti Lathifatus Sun’iyah
Dar el-Ilmi : jurnal studi keagamaan, pendidikan dan humaniora Vol 3 No 1 (2016): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam sejarah agama, menurut Joachim Wach, dikenal dua macam pertumbuhan spiritual. Pertama, pertumbuhan yang bersifat mendadak, yang diikuti dengan pemeliharaan. Kedua, pertumbuhan yang terjadi secara teratur dan bersifat terus-menerus. Pertumbuhan spiritual dalam pengertian diatas, juga mencangkup pertumbuhan dan perubahan keagamaan, yang sering disebut dengan konversi agama. Oleh karena itu, sebagaimana dalam sejarah agama, teori pertumbuhan ini pun berlaku dalam pertumbuhan dan perubahan keagamaan pada diri seseorang. Konversi agama, yang secara umum dapat diartikan sebagai perubahan agama atau peralihan keagamaan, baik yang berkonotasi positif atau negatif pada dasarnya merupakan salah satu cara dari pertumbuhan spiritual sebagai mana yang dimaksud Joachim Wach. Banyak hal dalam hal konversi agama ini yang bisa diamati dengan tesis Wach dalam bukunya The Comparative Study of Religions, dengan mengadopsi teori pertumbuhan tersebut diatas di samping penjelasan William James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience yang banyak mengutip pendapat tersebut. Konversi agama terdiri dari kata konversi dan agama. Menurut etimologi konversi berasal dari kata “conversio” yang berarti tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata Inggris conversion yang mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another). Berdasarkan kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa konversi agama mengandung pengertian bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama. Sebagai makhluk sosial, manusia yang kehilangan citra dan harga diri akan mengalami beban mental. Cara melepaskan beban mental ini adalah mengembalikan simpati masyarakat terhadap dirinya, yakni melalui tindakan penyesuaian diri. Dalam pendekatan psikologis tindakan ini dikenal dengan mekanisme pertahanan. Penyesuaian yang dilakukan dengan mekanisme pertahanan, ada yang masih dapat dinilai wajar, ada pula yang sudah termasuk tingkah laku yang tidak wajar. Dari sejumlah pengalaman, dalam konteks konversi agama, agaknya penyesuaian yang sering jadi pilihan adalah kompensasi. Penyesuaian melalui kompensasi ini ditampilkan dalam aktivitas yang berlebihan di bidang yang dianggap sebagai kelemahannya. Tingkah laku kompensatif ini semata-mata untuk menutupi kelemahan, dan sekaligus minta pengakuan dari lingkungan atau masyarakatnya. Mengharapkan dukungan dan solidaritas. Agama dinilai sebagai sarana yang paling efektif. Dalam pandangan Elizabeth K. Nottingham, salah satu fungsi agama dalam kehidupan adalah sebagai pemupuk solidaritas.