Hasni Hasni
Kementerian Perdagangan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS HUBUNGAN HARGA TIMAH BKDI DAN LME SERTA KEBIJAKAN EKSPOR TERHADAP KINERJA EKSPOR TIMAH INDONESIA Hasni Hasni
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1374.948 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v9i2.8

Abstract

Timah merupakan bahan tambang yang tidak terbarukan. Indonesia menempati peringkat kedua sebagai produsen bijih timah terbesar dunia. Sejak 30 Agustus 2013, ekspor timah Indonesia harus melalui mekanisme transaksi di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara harga timah BKDI dan harga timah di London Metal Exchange (LME) serta kebijakan ekspor terhadap kinerja ekspor timah Indonesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari BKDI, LME, Asian Metal dan BPS. Hasil penelitian dengan menggunakan metode Granger causality menunjukkan bahwa setelah satu tahun penerapan ekspor timah melalui BKDI, harga timah BKDI dipengaruhi oleh harga timah LME pada rentang waktu satu hari kerja. Dari sisi penerimaan ekspor, kebijakan ekspor melalui BKDI dapat meningkatkan nilai ekspor timah bulanan ke Singapura. Pemerintah harus melanjutkan kebijakan ekspor timah yakni ekspor melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia untuk mencegah ekspor timah ilegal dan meningkatkan daya saing serta nilai tambah produk timah ekspor Indonesia. Tin is a non-renewable mineral. Indonesia is the second largest producer of tin ore in the world. Since August 30 2013, Indonesian tin export has been done through The Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) transaction mechanism. This study aims to analyze the relationship between ICDX’s tin price and the London Metal Exchange (LME) price as well as the effect of tin export mechanism through ICDX on the Indonesia’s tin export performance. The secondary data were taken from BKDI, LME, Asian Metal and BPS. The results showed that using Granger causality analysis, after one year the policy is being implemented, there is a relationship between ICDX’s tin price and LME price on one (working days) time lag. Tin export policy through ICDX mechanism can increase the value of monthly tin exports to Singapore, therefore it increases the export earning. The government needs to continue the tin export policy through the ICDX to prevent illegal tin export as well as to strenghten the competitiveness and value added of Indonesian tin export.
PENENTUAN NEGARA PRIORITAS PENGEMBANGAN ATDAG DAN ITPC MELALUI METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Hasni Hasni; Fitria Faradila
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v10i1.30

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kriteria-kriteria penentuan negara prioritas untuk pengembangan Atase Perdagangan (Atdag)/Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC), dan mengidentifikasi negara-negara prioritas untuk mengembangkan Atdag/ITPC yang sudah ada atau mendirikan Atdag/ITPC yang baru. Metode pengkajian yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Data sekunder bersumber dari BPS, Fragile States Index, UN COMTRADE, World Bank dan CEPII. Sedangkan data primer diperoleh dari kegiatan FGD dengan para pelaku ekspor, akademisi dan pejabat Disperindag Jakarta dan Yogyakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria yang digunakan dalam pemilihan negara prioritas Atdag dan ITPC secara berturut-turut adalah country risk; commercial infrastructure; market growth; trade complementary index; market intensity; trade openness; dan trade cooperation. Keberadaan Atdag dan ITPC sebagai perwakilan perdagangan berperan penting dalam peningkatan ekspor, sehingga perlu penguatan dan pengembangan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan Atdag dan ITPC di 16 negara prioritas serta pembentukan Atdag dan atau ITPC baru di tiga negara prioritas, yaitu Myanmar, Swedia dan Austria. This study aims to develop the main criteria to determine priority countries for new Trade Attaché/ITPC Representatives and to identify priority countries for further development of the Trade Attaché/ITPC Representatives.This study employs an Analytical Hierarchy Process (AHP) methodology. The secondary data were collected from the BPS, Fragile States Index, UN COMTRADE, World Bank and CEPII. The primary data were collected from qualitative research using Focus Group Discussion (FGD) with the stakeholders in Jakarta and Yogyakarta. The results showed that the main criteria for choosing countries for establishing Atdag and ITPC in sequence were country risk, commercial infrastructure, market growth, trade complementary index, market intensity, trade openness, and trade cooperation. The presence of Trade Attaché/ITPC Representative in many countries has an important role in increasing Indonesia’s export. However, further efforts are required to strengthen their roles, particularly in 16 countries. This study recommends to establish trade attaché and or ITPC in three potential countries: Myanmar, Sweden and Austria.