Kajian ini merupakan penilaian dampak kesepakatan perdagangan barang ASEAN– China FTA (ACFTA) bagi Indonesia dan Cina. Pendekatan kuantitatif dengan analisis ekonometrik digunakan untuk menilai pengaruh dari ACFTA terhadap kedua pihak dari sisi kontribusi ekspor dan pertumbuhannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa Indonesia belum memanfaatkan secara optimal skema ACFTA sehingga memperoleh manfaat lebih sedikit dibandingkan Cina. Sebagai dampak keikutsertaan dalam ACFTA, ekspor Indonesia ke Cina meningkat sebesar US$ 116 juta per tahun atau 5,83% per tahun. Sementara ekspor Cina ke Indonesia sebesar US$ 5,6 miliar per tahun atau 18,55% per tahun. Untuk itu, Indonesia harus berupaya lebih agresif mengimbangi Cina antara lain melalui kesepakatan bilateral, penguasaan standar nasional Cina, meminimalkan dampak penyesuaian sektoral di lima sektor yang paling terpengaruh dan memanfaatkan secara optimal kebijakan anti dumping. This study acts as an impact assessment on ACFTA Trade in Goods Agreement toward two countries: Indonesia and China. A quantitative approach of econometric analysis is employed to assess the effect of ACFTA to the two countries from two sides: export contribution and its growth. The result shows that Indonesia has enjoyed less benefits than China from the ACFTA preferential tariff. Joining ACFTA Indonesia performed an increase in export to China by US$ 116 million per year or 5.83% increase per annum. Meanwhile, China’s export to Indonesia amounted to US$ 5.6 billion per year or increase 18.55% per annum. It is suggested that Indonesia should work more aggressively to balance the ACFTA benefit such as through bilateral agreement, China national standard acquisition, minimizing sectoral adjustment impact in the five most affected sectors, and optimizing anti-dumping policy.