Sutiyono Sutiyono
Departemen Peternakan, Fakultas Peternakan Dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA BETINA BERANAK TUNGGAL DAN KEMBAR DI KECAMATAN BAWEN DAN JAMBU KABUPATEN SEMARANG Atmaja, Darmawan Setia; Kurnianto, Edi; Sutiyono, Barep
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 1 (2012): Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.399 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ukuran-ukuran tubuh antara induk domba beranak tunggal, kembar dua dan kembar lebih dari dua. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2009 di Kecamatan Bawen dan Jambu Kabupaten Semarang-Jawa Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 132 ekor domba dari berbagai tipe kelahiran masing-masing 66 ekor domba beranak tunggal (A1), 49 ekor domba beranak kembar dua (A2) dan 17 ekor domba beranak kembar lebih dari dua (AL2). Parameter yang diamati adalah bobot badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar dada dan lebar pinggul. Data diolah dengan program SAS (Statistical Analysis System) 1998 dengan prosedur GLM (General Linier Model). Pada kelompok data terkoreksi, tinggi badan A1, A2 dan AL2 menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Berdasarkan analisis regresi dan korelasi sederhana didapatkan bahwa pada domba A1 terdapat hubungan yang erat (P<0,01) antara lingkar dada dengan bobot badan. Pada domba A2 lingkar dada juga memiliki hubungan yang erat (P<0,01) dengan bobot badan. Pada domba AL2 panjang badan memiliki hubungan yang erat dengan bobot badan (P<0,01). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada kelompok induk berumur 3 tahun, rata-rata ukuran tinggi badan induk domba beranak kembar lebih dari dua lebih besar dibandingkan dengan induk domba beranak tunggal. Ukuran lingkar dada dapat digunakan untuk memprediksi bobot tubuh dari domba beranak tunggal dan kembar dua, sedangkan pada domba beranak kembar lebih dari dua bobot badan dapat diprediksi dengan menggunakan ukuran panjang badan.Kata Kunci: domba, bobot badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar dada, lebar pinggul.
PENGARUH PEMBERIAN KULIT PISANG TERHADAP TIMBUNAN LEMAK PADA ORGAN REPRODUKSI AYAM PEDAGING DAN AYAM KAMPUNG BETINA (The Effect of Musa acuminate balbisiana C. on Fat Deposits in The Reproductive Organs The Broilers and Native Chicken) Afdela, Alfi; Soepriondho, Yon; Sutiyono, Barep
Animal Agriculture Journal Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2016
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.988 KB)

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit pisang terhadap timbunan lemak pada organ reproduksi ayam. Materi yang digunakan adalah ayam pedaging dan kampung betina masing-masing 12 ekor. Ayam pedaging dan ayam kampung  dipelihara selama 8 minggu, kemudian dipotong.  Metode penelitian menggunakan  Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan dengan ulangan  4 kali. Penelitian ini menggunakan campuran kulit pisang TO (0%), T1 (30%),  dan T2 (47%).  Parameter yang diamati adalah bobot lemak ovarium, bobot lemak saluran telur dan bobot lemak vagina. Data hasil pengamatan dilakukan analisis ragam jika terdapat perbedaan nilai dari perlakuan maka di uji dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil analisis Duncan bobot lemak ovarium berbeda nyata sedangkan pada lemak saluran telur dan lemak vagina tidak berbeda nyata. Perbedaan perlemakan organ reproduksi terjadi di ovarium. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan campuran kulit pisang 47% pada ayam pedaging dan ayam kampung dapat menjadi salah satu alternatif untuk pemeliharaan ayam.Kata kunci: kulit pisang; ayam pedaging; ayam kampung; organ reproduksi. ABSTRACT The purpose of this research was to determine the effect of a Musa acuminate balbisiana C  to the fat deposits on the reproductive organs of chicken. The research material used were 12 hens of native chicken. Broilers and native chicken were  maintained during  8 weeks and then slaughter off. Research method used  was completely randomized design with 3 treatment and four replications . A treatments used  were  a mixture of a Musa acuminate balbisiana C T0 (0%), TI (30%), and T3 (47%). Parameters measured were ovarian fat weight, oviduct fat weight and vagina fat weight. Duncan analysis results significantly different in ovarian used fat weight while in the oviduct fat and vagina’s fat not significantly different. Difference of reproductive organs fat happens  in the ovary. It can be concluded that feeding with a mixture of banana peel 47% in broilers and native chicken can be alternative to raising chickens.Keywords: broiler; Musa acuminate C; native chicken; reproductive organs
PENAMPILAN BERAHI SAPI JAWA BERDASARKAN POEL 1, POEL 2, DAN POEL 3 Abidin, Zaenal; Ondho, Yon Soepri; Sutiyono, Barep
Animal Agriculture Journal Vol 1, No 2 (2012): Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.647 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penampilan berahi sapi Jawa yang meliputi lama berahi, perubahan vulva, keberadaan lendir yang serviks, dan tingkah laku yang ditunjukkan sapi Jawa yang mempunyai umur berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2011 sampai tanggal 11 Agustus 2011 di KTT Cikoneng Sejahtera Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 ekor sapi Jawa yang telah poel 1 (1½ - 2 tahun) 4 ekor, poel 2 (diatas 2 – 3 tahun) 3 ekor, dan poel 3 (diatas 3 - 3½ tahun) 4 ekor. Parameter yang diamati adalah penampilan vulva, kelimpahan lendir serviks, tingkah laku, dan lama berahi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor penampilan vulva untuk sapi Jawa betina poel 1, poel 2, dan poel 3 secara berturut-turut adalah 1; 1; 1,5. Kelimpahan lendir serviks untuk sapi Jawa poel 1, poel 2, dan poel 3 secara berturut-turut adalah 1; 1; 2,5. Skor tingkah laku untuk poel 1, poel 2, dan poel 3 secara berturut-turut adalah 1; 1; 1,5. Lama berahi sapi Jawa betina poel 1, 2, dan 3 secara berurutan adalah 10 jam, 12 jam, dan 13,5 jam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sapi Jawa betina poel 3 menunjukkan penampilan berahi yang relatif lebih jelas dan lebih lama daripada sapi Jawa betina poel 1 dan poel 2.Kata kunci: sapi Jawa betina; Poel; penampilan berahi.ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the performance of Java cattle estrus that includes length of estrous, changes in the vulva, the presence of cervical mucus, and the behavior on different ages Java cattle. The study was conducted on July 18, 2011 until August 11, 2011 in KTT Cikoneng Sejahtera, Sub Banjarharjo, Brebes regency, Central Java. Materials used in this study were 11 cows Java has Poel 1 (1 ½ - 2 years) 4 heads, Poel 2 (over 2-3 years) 3 heads, and Poel 3 (above 3-3 ½ years) 4 heads. The parameters measured were the appearance of the vulva, cervix mucus abundance, behavior, and estrous length. The results showed that vulva performance scores of Java cattle Poel 1, Poel 2, and Poel 3 respectively are 1; 1; 1.5. The cervical mucus of Java cattle Poel 1, Poel 2, and Poel 3 respectively are 1; 1; and 2,5. Behavior score for Poel 1, Poel 2, and Poel 3 respectively are 1, 1; 1.5. Estrous length of Java cattle poel 1, 2, and 3 respectively is 10 hours, 12 hours, and 13.5 hours. The conclusion of this research is a female cow Java Poel 3 shows the appearance of a relatively more obvious passion and longer than females Java cows Poel Poel 1 and 2.Keywords: Java female cattle; Poel; the estrous performance.
PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN TESTIS, VOLUME SEMEN DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (Influence of Age on The Testiscular Size, Volume of Semen and Sperm Abnormalities at Simmental Cattle in Ungaran of Art Wiyanto, Aris; Yase Mas, I Ketut Gorde; Sutiyono, Barep
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 2 (2014): Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.627 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh umur pada pejantan terhadap ukuran testis, abnormalitas sperma dan volume semen. Penelitian menggunakan 15 ekor pejantan sapi Simmental yaitu sapi dengan umur kurang  36 bulan sebanyak 4 ekor,  36–<72 bulan sebanyak 7 ekor dan 72-<108 bulan sebanyak 4 ekor. Metode mengelompokkan sapi berdasarkan umur. Parameter penelitian adalah pengukuran panjang, lebar dan tebal testis serta kualitas dan kuantitas spermatozoa. Analisis statistik adalah Analysis of  Variance  (Anova) pada taraf kepercayaan 5%. Jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan Uji Duncan’s dan analisis korelasi regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengukuran  pajang testis adalah umur <36 bulan = 15,4 cm, umur 36-<72 bulan = 17,9 cm dan umur 72-<108 bulan = 21,9 cm. Rata-rata lebar testis adalah umur <36 bulan = 6,1 cm, umur 36-<72 bulan = 8 cm dan umur 72-<108 bulan = 8,3 cm. Rata-rata tebal testis adalah umur <36 bulan = 4,9 cm, umur 36-<72 bulan = 6,4cm dan umur 72-<108 bulan = 7,2 cm. Rata-rata abnormalitas primer spermatozoa umur <36 bulan = 12,5%, umur 36-<72 bulan = 8,1% dan umur 72-<108 bulan = 7,9%. Sedangkan rata-rata volume semen umur <36 bulan = 7,2 ml, umur 36-<72 bulan = 7,7 ml dan umur 72-<108 bulan = 9 ml. Berdasarkan analisis data umur pejantan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang testis, lebar testis, tebal testis dan abnormalitas spermatozoa. Sedangkan umur tidak berpengaruh nyata terhadap volume semen. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pejantan yang mempunyai umur 72-<108 bulan mempunyai kualitas spermatozoa baik dan mempunyai ukuran testis yang paling besar.Kata kunci : Sapi; Umur; Testis; Semen; Spermatozoa. ABSTRACT This research was conducted with the purpose to know the influence of age on the size of the testiscular, sperm abnormalities and semen volume. The research using 15 tails of Simmental cattle is less than 36 month of age as much as 4 tails, 36-<72 month as much as 7 tails and 72-<108 month as much as 4 tails The method is grouping cows by age group. The parameters of the research are measurements the length, width and thickness of testicular as well as the quality and quantity of spermatozoa. Statistical analysis is the Analysis of Variance (ANOVA) at 5% confidence level. If there is a difference then followed by Duncan's Test and regression and analysis of correlation regression.The results showed that the average measurements length of testicular age <36 month = 15,4 cm, age 36-<72 month = 17.9 cm and age 72-<108 month = 21.9 cm.  Average width of testicular age <36 month = 6.1 cm, age 36-<72 month = 8 cm and age 72-<108 month = 8.3 cm. Average thickness of testicular age <36 month = 4.9 cm, age 36-<72 month = 6,4 cm, age 72-<108 month = 7,2 cm. Average primary abnormality of spermatozoa age <36 month = 12.5%, age 36-<72 month = 8,1%and age 72-<108 month = 7,9%. While the average volume of cement age <36 month = 7.2 ml, age 36-<72 month = 7.7 ml and  age 72-<108 month = 9 ml. Base on the data analysis of cattle age significantly (p <0.05) against testicular length, testicular width, testicular thickness and abnormalities of primary spermatozoa. While age had no effect real against volume semen. The conclusions of this research are cow who have aged 72-<108 month having good sperm quality and testicular size have the greatest.Key words: Cattle; Age; testes; semen; spermatozoa.
DAMPAK SINKRONISASI BERAHI MENGUNAKAN PROGESTERON TERHADAP BERAHI DAN KEBUNTINGAN SAPI BETINA MILIK RAKYAT KABUPATEN SUKOHARJO Sutiyono Sutiyono; D. Samsudewa; A. Suryawijaya
JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36762/jurnaljateng.v12i1.315

Abstract

The aim of this study was to determine the effect of estrus synchronization using progesterone for old heifers and cows of breeder in Sukoharjo District. The research materials were 12 old heifers and 38 cows. The materials of research were synchronized used progesterone hormone on vagina sponge. The hormone progesterone was placing in the vagina and pulled out the sponge on day 18. All estrus heifers and cows were inseminated used frozen semen. The parameter of the research was number of estrus and pregnant. The data obtained were analyzed used Chi-square and statistics of descriptive. The results of the study showed 10 (91.67%) old heifers and 25 (65.79%) cows were estrus. The gestation rate for old heifers and cows showed 4 (44.44 %) and 13 (68.42%), respectively. The chi-square analysis showed highly significant different (P<0.01) for the number estrus between heifers and cows. In other hand, significantly different (P<0.05) were showed for chi-square analysis of pregnancy between heifers and cows. The conclusion The Conclusion, that the success of estrus old heifers not in line with the success of pregnant. Cows are estrus, became pregnant more than old heifers.
Performa Berahi Sapi PO Berbagai Umur yang Disinkronisasi Menggunakan Medroxy Progesterone Acetate di Satker Kendal Mustagfiroh Mustagfiroh; Sutiyono Sutiyono; E. Kurnianto
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 20, No 2 (2018): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.20.2.145-150.2018

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis performa berahi sapi Peranakan Ongole (PO) yang disinkronisasi dengan Medroxy Progesterone Acetate (MPA). Materi penelitian adalah 53 ekor sapi PO betina. Sapi-sapi dibagi berdasarkan umur menjadi 3 kelompok yaitu 2-5, >5-9 dan >9-12 tahun, kemudian sapi disinkronisasi menggunakan MPA dengan dosis 50 mg per ekor. Parameter yang diamati adalah jumlah sapi yang berahi, kecepatan berahi dan lama berahi. Data banyaknya sapi yang berahi dianalisis menggunakan analisis deskriptif sedangkan data kecepatan berahi dan lama berahi masing-masing kelompok umur dianalisis menggunakan one way anova dengan bantuan progam SPSS. Hasil penelitian menunjukkan persentase respon berahi sapi yang disinkronisasi menggunakan MPA pada masing-masing kelompok umur 20%, 50% dan 35%. Hasil analisis kecepatan berahi dan lama berahi antar kelompok umur sapi yang disinkronisasi dengan MPA menunjukkan tidak ada perbedaan. Simpulan penelitian adalah sinkronisasi menggunakan MPA tidak memberi perubahan terhadap performa berahi sapi PO berbagai umur.
Karakteristik Morfometrik Ayam Kampung Jantan dan Betina di Desa Tirtomulyo Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah A. N. N. Permadi; E. Kurnianto; Sutiyono Sutiyono
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.22.1.11-20.2020

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik morfometrik ayam kampung yang disukai dan tidak disukai di Desa Tirtomulyo, Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Materi menggunakan 105 ekor ayam kampung yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 100 ekor betina. 30 peternak sebagai responden untuk menentukan ayam disukai dan tidak disukai. Data dianalisis menggunakanujit, Principal Component Analysis dengan menggunakan alatbantuStatistical Analysis System (SAS) University Edition. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ayam jantan memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) pada lingkar tarsometatarsus dan panjang sternum, sedangkan ayam betina memiliki perbedaan  nyata (P<0,05) pada bobot badan dan tinggi jengger. Parameter pembeda pada ayam kampung jantan dan betina yang disukai dan tidak disukai adalah panjang sayap yaitu 0,619 dan 0,922. Peta penyebaran ayam jantan dan betina yang disukai dan tidak disukai mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan ayam jantan dan betina yang tidak disukai.
Identifikasi Gangguan Reproduksi Sapi Betina di Peternakan Rakyat (IDENTIFICATION OF REPRODUCTIVE DISORDERS IN FEMALE CATTLE AT LOCAL FARMS) Sutiyono Sutiyono; Daud Samsudewa; Alam Suryawijaya
Jurnal Veteriner Vol 18 No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.276 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.4.580

Abstract

The aim of this research was to determine the female reproductive disorders in cattle reared by local farmers in the Distric of Kaliori, Rembang Regency, Central Java Province. A total of 94 cattle were used, in which had minimal one of each incisors had been replaced. The study used survey methods, and data were collected by interviewing with ranchers, rectal palpation, identification of the incisors, and body condition score of the cattle. In the implementation of the study, cattle were taken to a place determined by the chairman of the group of farmers (field or home page). The parameters of study were unheard of oestrus or not, the amount of artificial insemination, the number of incisors changed, body condition score of each cattle, the feed given, and their maintenance. The data were analyzed using statistical descriptive analysis on the mode, range, and percentage. The results showed that of the 94 cattle, which have disorders of reproductive activity as much as 80. Samples with impaired reproductive activity were divided into three groups. The first group was the old heifers that had no oestrus 25.00%, the second group was cattle that were more than three times applied artificial insemination and had not been pregnant 45.00%, and the third group was cattle that more than three months after the last giving birth had no oestrus 30.00%. The other reproductive disorders that occured in individual of the cattle was inactive ovaries (follicle undeveloped) 2.50%, 6.25% ovary hypofunction, ovarian cystic 1.25%, endometritis 2.50% and 2.50% abnormal uterus. In conclusion, the largest reproductive disorders in cattle caused by nutritional factors that provided by the farmers, and small disturbances due to some diseases and abnormal reproductive organs.
Seleksi Pejantan Ayam Kampung Berdasarkan Breeding Value terhadap Gerak Massa, Abnormalitas dan Motilitas Spermatozoa A. A. Zen; Y.S. Ondho; Sutiyono Sutiyono
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 15, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.15.3.339-347

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dari masing - masing pejantan ayam kampung berdasarkan gerak massa, abnormalitas dan motilitas spermatozoa. Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 10 ekor ayam kampung berumur 10-12 bulan, berdasarkan panjang taji 2-3 cm serta bobot badan berkisar 2 – 2,5 kg. Alat yang akan digunakan adalah kandang individu, tempat makan, tempat minum, tabung evendof, bekker glass, pipet, mikroskop, bunsen, object glass, cover glass dan handtally counter. Bahan yang digunakan antara lain semen, tisu, eosin 2% dan pengencer NaCl. Penelitian  menggunakan rancangan non parametrik yaitu One Way ANOVA dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen dari masing-masing pejantan berbeda nyata (P?0,05), sedangkan pH, warna, konsistensi, bau, gerak massa, abnomalitas dan motilitas tidak berbeda nyata (P?0,05). Hasil analisis dari kualitatif dan kuantitatif spermatozoa masing-masing pejantan memiliki total nilai breeding value yaitu ayam 2(42), 6(42), 7(42), 8(42), 9(42), dan 10(42). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ayam yang dipilih adalah dari penilian total breeding value adalah ayam 2, 6, 7, 8, 9 dan 10.
Estimation of Genetic Superiority and Reproductive Performance of Dairy Cows at different rearing locations Yuliati Wahyu Setyorini; Edy Kurnianto; Sutopo Sutopo; Sutiyono Sutiyono
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 17 No 3 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.17.3.134-141

Abstract

The objective of this study was to estimate the genetic superiority using the estimated breeding value (EBV) and most probable producing ability (MPPA) and to elucidate the reproductive performance of dairy cows at two different rearing locations. This study used data from dairy cows in two areas, namely at the dairy breeding center (Group I) for 100 heads and the dairy farmers (group II) for 40 head cows. The survey method was used in this study. The parameters observed were total milk production, days open (DO), service per conception (S/C), and calving interval (CI). The data were analyzed descriptively and using a t-test. The results showed that productivity in groups I and II for the total milk production was 5,017.52±1,096.84 and 3,922.52±1,296.55 kg/head/lactation, respectively; DO was 141.45±64.30 and 281.68±92.42 days, respectively; S/C was 1.47±0.61 and 1.70±0.69 times, respectively; and CI was 421.59±63.47 and 565.23±95.33 days, respectively. In conclusion, differences in management systems in breeding center and dairy farmers group give different productivity. The results can be used for management improvement and increasing productivity strategies. Livestock selection in dairy breeding center and dairy farmers can be made by estimating the genetic superiority using the estimated breeding value and most probable producing ability.