Penjahit garmen sering merasakan postur kerja kaku akibat pekerjaan berulang-ulang dengan kecepatan tinggi serta produksi yang banyak. Hal tersebut menyebabkan keluhan MSDs, sehingga membutuhkan gerakan peregangan untuk mengurangi keluhan MSDs. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi keluhan MSDs serta pengaruh gerakan peregangan terhadap keluhan MSDs pada penjahit garmen. Faktor-faktor yang diteliti meliputi usia, masa kerja, indeks massa tubuh, gerakan repetitive, postur kerja, dan beban kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan quasi experimental dan desain non-equivalent control group. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dengan jumlah responden 32 dari 44 penjahit garmen. Penelitian ini terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok intervensi yang mendapatkan gerakan peregangan dan kelompok kontrol yang tidak diberi gerakan peregangan. Alat ukur yang digunakan kuesioner RULA dan NBM. Analisis data menggunakan uji somers’d dan uji Mann Whitney untuk keluhan MSDs pada kedua kelompok. Hasil penelitian memperlihatkan postur kerja mempengaruhi keluhan MSDs dengan nilai p = 0.005 (p < 0.05) berarti signifikan dan nilai signifikansi kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,025) artinya terdapat perbedaan keluhan MSDs antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah postur kerja mempengaruhi keluhan MSDs dan terdapat pengaruh gerakan peregangan untuk mengurangi keluhan MSDs.