Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Teknik Periwayatan Hadis: Cara Menerima dan Meriwayatkan Hadis Sulaemang Sulaemang
Al-'Adl Vol 1, No 1 (2008): Al-'Adl
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.033 KB) | DOI: 10.31332/aladl.v1i1.753

Abstract

Umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukannya setelah Al-Qur’an. Keharusan mengikuti hadis bagi umat islam baik berupa perintah maupun larangannya, sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur’an. Hal ini karena hadis merupakan mubayyin terhadap    Al-Qur’an, yang seharusnya siapapun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an tanpa dengan memahami dan menguasai hadis. Begitu pula halnya, menggunakan hadis tanpa Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama yang didalamnya berisi garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadis dengan al-qur’an memiliki kaitan sangat erat, yang untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.Oleh karena itu maka perlu diketahui Teknik Periwayatan Hadis dari Nabi terhadap sahabat, serta cara sahabat meriwayatkan hadis, sehingga kita dapat membedakan mana hadis shahih dan mana yang ditolak.Nabi Muhammad SAW dalam kedudukannya sebagai nabi dan rasul Allah, telah berhasil membimbing umat kepada ajaran agama yang dibawanya. Walaupun ia sukses dalam membimbing umatnya, tetapi kehidupan sehari-harinya tetap sederhana, tidak jarang ia terlihat menjahit sendiri pakaiannya yang sobek dimana ia juga berstatus sebagai kepala rumah tangga yang hidup ditengah-tengah masyarakat.Apabila kedudukan Nabi tersebut dilihat dan dihubungkan dengan bentuk-bentuk hadis yang terdiri dari sabda, perbuatan, taqrir dan hal ihwalnya, maka dapatlah dinyatakan bahwa hadis Nabi telah disampaikan oleh Nabi dalam berbagai cara. Pertama, Nabi menyampaikan hadisnya secara lisan dan perbuatan dihadapan orang banyak di masjid pada waktu malam dan subuh. Kedua, terkadang Nabi menyampaikan Hadisnya berupa teguran terhadap orang yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Ketiga, Nabi manyampaikan Hadisnya berupa jawaban atas pertanyaan dari sahabatnya. Keempat, dengan cara berupa permintaan penjelasan, berupa taqrir yang harus dicontohkan perbuatan Nabi yang menyangkut ibadah dan sebagainya.Selanjutnya cara menerima dan meriwayatkan Hadis Nabi SAW. adalah suatu proses penerimaan hadis oleh seorang Rawi dari seorang gurunya, yang setelah dipahami, dihafal, dihayati, diamalkan, ditulis lalu disampaikan kepada orang lain sebagai murid dengan menyebutkan sumber pemberitaan riwayat tersebut.Jadi ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam periwayatan Hadis yakni, kegiatan menerima Hadis dari Periwayat hadis, kegiatan menyampaikan Hadis itu kepada orang lain, dan ketika Hadis itu disampaikan susunan rangkaian periwayatan disebutkan.
SEDEKAH YANG MENYAKITKAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI TAHLILI Q.S. AL-BAQARAH [2] : 263-264) Erba Putra Diansyah; Abdul Gaffar; Sulaemang Sulaemang; Ni’matuz Zuhrah
EL-MAQRA' Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.079 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v1i1.3311

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hakikat sedekah yang menyakitkan dalam QS. al-Baqarah[2]:263-264, Penelitian ini merupakan kajian pustaka atau library research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan linguistik dan psikologi. Kemudian teknik analisis yang digunakan adalah teknik[metode tahlili>, adapun dalam menganaisis data-data tersebut peneliti menggunakan teknik interpretasi yang meliputi interpretasi tekstual, kontekstual dan intertekstual.Hasil penelitian ini menemukan bahwa wujud sedekah yang menyakitkan pada masa kini meliputi, bersedekah kemudian menyakiti, bersedekah dengan disertai tindakan menyakiti dan menyakiti kemudian bersedekah. Adapun dampak dari sedekah yang menyakitkan dirasakan oleh tiga pihak, yaitu pemberi sedekah, penerima sedekah dan masyarakat sekitar.Kata kunci: Sedekah, Menyakitkan, Tahlili>.