Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TRANSFORMASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SCIENCE, TECHNOLOGY, ENGINEERING AND MATHEMATICS DI MASA PANDEMI COVID-19 Saputra, Beny; Sujarwanta, Agus
BIOLOVA Vol. 2 No. 1 (2021): VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/biolova.v2i1.491

Abstract

This research focuses on the transformation of project-based learning (PjBL) Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) during the Covid-19 pandemic, where learning in schools experienced a significant change from conventional learning (face-to-face) to online learning, follow the health protocol physical distancing recommended by the current government. STEM-PjBL online learning through platform was e-learning effectively carried out during the Covid-19 pandemic by providing projects to students involving science, technology, engineering and mathematics. STEM-PJBL learning enhances learning outcomes, learners' competencies and learning motivations, creates more meaningful learning, helps students solve problems, and supports future careers. The use of online applications for learning in the form of google classroom and social media becomes the main choice based on the level of ease of use. STEM-PJBL. This STEM-PjBL learning also demonstrates students' scientific abilities including reading, observing, and solving problems in daily life. The improvement of life skills includes personal, social, academic and vocational skills. This integration is more effective than conventional learning in improving learning outcomes in the form of creative thinking skills and science process skills. The constraints of online learning include limited internet services, as well as user infrastructure and infrastructure, some of which have not yet been fulfilled, for example smartphones and laptops, so that further and maximum efforts are needed from all parties.
IDENTIFIKASI BAKTERI PEREDUKSI SULFAT PADA KAWAH AIR PANAS NIRWANA SUOH LAMPUNG BARAT Saputra, Beny; Sutanto, Agus; Cholvistaria, Mia; Suprayitno, Suprayitno; Rahmawati, Nala
BIOLOVA Vol. 2 No. 2 (2021): Volume 2 Nomor 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/biolova.v2i2.1089

Abstract

Abstrak: Bakteri pereduksi sulfat atau Sulfate-reducing bacteria (SRB) adalah jenis bakteri obligat anaerob kemolitrotof memanfaatkan donor electron H2. Kemampuan SRB mereduksi sulfat menjadi sulfida mampu mengendapkan logam toksik meliputi Cd, Cu, dan Zn sebagai logam sulfida. SRB memerlukan substrat organik seperti asam piruvat yang dihasilkan oleh aktivitas anaerob lainnya. Mekanisme SRB dalam melakukan reduksi sulfat, sulfat digunakan sebagai sumber energi sebagai akseptor elektron dan menggunakan sumber karbon (C) sebagai donor elekton dalam metabolisme dan bahan penyusun sel. Pada kondisi anaerob bahan organik akan berperan sebagai donor elektron. Pembentukan senyawa sulfida melalui proses reduksi yang ditandai oleh penambahan elektron dari bahan organik yang menyebabkan turunnya konsentrasi sulfat dan naiknya pH lingkungan. SRB pada kawah air panas nirwana ini hidup secara anaerob pada suhu lingkungan 600C - 1000C dengan pH 7,4 tingkat kekeruhan air cukup keruh dan kandungan air yang mengandung blerang dengan indikator bau seperti telur busuk dan lingkungan sekitar terdiri dari sedimen batu kapur. Abstract : Sulfate-reducing bacteria (BPS) is a type of chemolithotroph obligate anaerobic bacteria that utilize H2 electron donors. The ability of BPS to reduce sulfate to sulfide is able to precipitate toxic metals including Cd, Cu, and Zn as metal sulfides. BPS requires organic substrates such as pyruvic acid which is produced by other anaerobic activities. The BPS mechanism in reducing sulfate, sulfate is used as an energy source as an electron acceptor and uses a carbon source (C) as an electron donor in metabolism and cell building material. Under anaerobic conditions, organic matter will act as an electron donor. The formation of sulfide compounds through a reduction process is characterized by the addition of electrons from organic matter which causes a decrease in sulfate concentration and an increase in environmental pH. BPS in this nirvana hot spring crater lives anaerobically at an environmental temperature of 600C - 1000C with a pH of 7.4 the level of turbidity of the water is quite cloudy and the water content contains sulfur with an indicator of smell like rotten eggs and the surrounding environment consists of limestone sediments
Pendampingan Pengelolaan Sampah Organik Komunitas Masyarakat Kota Metro Lampung Sutanto, Agus; Widowati, Hening; Santoso, Handoko; Sujarwanta, Agus; Mufahroyin, Mufahroyin; Saputro, Beny; Cholvistaria, Mia; Rista, Paulina Eva; Sholihah, Anisa; Maharani, Adinda Purnama; Vironica, Elysa; Aprilia, Anggi; Syaferi, Akhmad; Satriadi, Bekti
SINAR SANG SURYA Vol 9, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : UM Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/sss.v9i2.4173

Abstract

Program pengabdian ini bertujuan memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT), Bank Sampah (BS), serta Sekolah Dasar dan Menengah Muhammadiyah di Kota Metro yang terdiri dari 70 perwakilan dalam pengelolaan sampah organik melalui pelatihan pertanian organik dan budidaya sederhana. Tujuan pengabdiannya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dalam mengolah sampah organik menjadi kompos, pupuk cair, eco-enzyme, serta menerapkan budidaya ikan dalam ember (DIBER) dan holtikultura serta cabe jawa skala rumah tangga. Metode yang digunakan meliputi pelatihan partisipatif, demonstrasi praktik, dan pendampingan intensif dengan instrumen penilaian mencakup pemahaman awal, kesiapan bahan dan alat, motivasi, analisis kendala, pengalaman terkait, ekspektasi, serta penyesuaian materi.  Hasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta mengenai pertanian organik (85%), pengolahan kompos (78%), dan teknik DIBER, ecoenzym, budidaya cabe dan holtikultura  (72%). Sebanyak 65% peserta telah mempraktikkan pembuatan kompos, pupuk organik cair dan eco-enzyme di rumah, sementara 70% mulai menerapkan budidaya cabe jawa,  sayuran  dan ikan secara mandiri. Dampak program meliputi pengurangan sampah organik di lingkungan sekolah dan rumah tangga, peningkatan produktivitas pertanian skala kecil, serta terbentuknya kemandirian ekonomi melalui penjualan hasil budidaya.  Kendala utama meliputi keterbatasan waktu luang (45%), bahan baku (30%) dan ruang praktik/alat dan bahan  (25%), namun solusi seperti pemanfaatan limbah rumah tangga dan pendampingan berkelanjutan berhasil mengatasi tantangan tersebut. Ekspektasi peserta mencakup perluasan praktik ke komunitas lebih luas (80%) dan pendampingan teknis (60%). Indikator keberhasilan meliputi pemanfaatan 90% sampah organik, peningkatan produksi pertanian organik, dan adopsi teknologi sederhana seperti budidamber dan budidaya cabe jawa. Program ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah berbasis komunitas yang berkelanjutan.