Peter Tandisau
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP JAGUNG (Zea mays Linn) PADA LAHAN KERING TANAH TYPIC USTROPEPTS Tandisau, Peter; Thamrin, Muhammad
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian Pemupukan  N, P, Dan K  Terhadap Jagung (Zea mays Linn) Pada Lahan Kering Tanah Typic Ustropepts. Assessment of N, P, and K fertilizer to upland maize on Typic Ustropepts.   Assessment was conducted in Jeneponto South Sulawesi, started on October 2004 until March 2005. The objective was to know respon of maize (hybrid and non hybrid variety) to N, P, K fertilizer on upland and to compare farmer’s practice and complete NPK application. A split plot design with five replications was used. Maize variety was used as main plot, and omission plot (fertilizer application) as sub plot. Result showed as follows : 1) Maize respond to N, P, K fertilizer: 2) Un complete fertilizers application caused growth and field quality of maize become lower (10-30%). Complete fertilizers application (N,P,K:200:35:100) indicated much more higher yield (5,5 t/ha) than farmer’s practice (<150 N) with yield of 3,8 t/ha. Hybrid variety of BISI-2 give higher yield (5,67 t/ha) than non hybrid variety of Lamuru (3,3 t/ha). On dry land of typic Ustropepts, under dry climate, nutrient deficiency of N, P, K (low nutrient status), in Jeneponto, N, P, K fertilizer application suggested were 200:35:100 kg/ha or equally to 440 kg Urea, 223 kg SP-36, 191 kg KCl/ha, plus 500 kg organic metter/ha, with dibbling application, plant spacing of 75 x 20 cm2, one plant/hill.  Kajian dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan pada bulan Oktober 2004 sampai Maret 2005. Tujuan kajian mengetahui tanggap tanaman jagung hibrida dan non hibrida terhadap pupuk N, P, dan K pada tanah Typic Ustropepts di lahan kering dan membandingkan aplikasi pemupukan cara petani dan lengkap NPK. Kajian dilakukan melalui pendekatan petak omisi dengan Rancangan Percobaan Petak Terpisah dengan lima ulangan, dimana varietas merupakan petak utama, sementara petak omisi (pemupukan) sebagai anak petak. Hasil kajian menunjukkan sebagai berikut: 1) Tanaman jagung tanggap terhadap pupuk N, P, dan K: 2) Pemberian pupuk yang tidak lengkap menyebabkan pertumbuhan dan hasil berkurang  (10-30%). Aplikasi pupuk lengkap N, P, dan K (200:35:100) menunjukkan hasil lebih tinggi (5,5 t/ha) dibanding cara petani (<150 N) yang hanya mencapai 3,8 t/ha. Jagung hibrida BISI-2 hasilnya lebih tinggi dari pada jagung non hibrida varietas Lamuru  (3,34 t/ha). Pada lahan kering Typic Ustropepts, iklim kering, kekurangan hara N, P, dan K (status hara rendah) di Jeneponto, anjuran aplikasi pupuk untuk jagung adalah 200:35:100 kg/ha atau setara dengan 440 kg Urea, 223 kg SP-36, 191 kg KCl/ha, disertai dengan 500 kg pupuk organik/ha. Aplikasi pupuk disarankan secara tugal, jarak tanam 75x20 cm2, satu tanaman/lubang.  
KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK SAMPAH KOTA MAKASSAR PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L) Tandisau, Peter; Darmawidah A., A.; , Warda; , Idaryani
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 3 (2005): November 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

An assessment aimed to find out the benefit application at organic fertilizer from city garbage on red pepperplanting in lowland-after rice with inceptisols Bajeng-Gowa district, South Sulawesi. The study was carried out fromJune to October 2000. Assessment was set in randomized block design with nine treatments and three replications.Treatments consist to several level of organic fertilizers from city garbage and combination of inorganic and organicfertilizers. Result showed that application of landfill’s organic fertilizer (LOF) and its combination with inorganicfertilizer were useful positively in term of growth and yield improvement of red pepper, as well as increased inincome. Application of 50 kg urea + 100 kg SP-36 + 100 kg KCl + 6,0 t LOF/ha resulted the highest production of redpepper (11,872 kg/ha) with net income of Rp. 33.132.000 and VCR of 3,0. The higher rate application of landfill’sorganic fertilizer, the more benefit would be gained. Application of 10,0 t LOF gave fresh fruit production of 9,616kg/ha, higher than that recommended fertilizer of 150 kg urea + 150 kg SP-36 + 150 kg KCl / ha (8,706 kg/ha), andyielded net income of Rp. 23.990.000, and VCR of 1,8. Subsequently, application of 50 kg urea + 20 t LOF / ha stillindicated good yield, fresh fruit production reached was 7,618 kg/ha, with net income of Rp. 22.443.000 / ha, andVCR of 2,5. Recommended fertilizer on red pepper planting in low land after rice with Inceptisols Soil in Bajeng was50 kg Urea + 2-6 t OF TPA/ha.Key words : garbage, organic fertilizers, wetland, Capsicum annum L., South Sulawesi Suatu kajian yang bertujuan untuk melihat manfaat penggunaan pupuk organik sampah dari tempatpembuangan akhir (TPA) pada tanaman cabai telah dilakukan di lahan sawah sesudah padi, pada tanah InceptisolBajeng, Gowa, Sulawesi Selatan. Kajian berlangsung bulan Juni sampai dengan Oktober 2000. Kajian disusunmenurut Rancangan Acak Kelompok dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan (petani representatif dari ulangan).Perlakuan terdiri dari berbagai takaran pupuk organik sampah TPA dengan kombinasi pupuk anorganik dan organik.Hasil kajian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik (PO) TPA dan kombinasinya dengan pupuk anorganikpositif terhadap perbaikan pertumbuhan dan hasil cabai, serta pendapatan. Penggunaan 50 kg urea + 100 kg SP-36 +100 kg KCl + 6,0 t PO TPA tunggal menghasilkan produksi cabai tertinggi (11.872 kg/ha) dengan keuntungan sebesarRp. 33.132.000 dan VCR 3,0. Aplikasi 10 t PO TPA/ha menghasilkan produksi buah segar 9.616 kg/ha, lebih tinggidaripada hasil yang diperoleh dengan penggunaan paket pupuk rekomendasi, 150 kg urea + 150 kg SP-36 + 150 kgKCl/ha (8.706 kg/ha), dengan tingkat keuntungan Rp. 23.990.000, dan nilai VCR sebesar 1,8. Selanjutnya, aplikasi 50kg urea + 2,0 t PO TPA/ha mampu memberi hasil yang cukup menggembirakan, produksi buah segar sebanyak 7.618kg/ha, keuntungan sebesar Rp. 22.443.000 /ha, dan nilai VCR 2,5. Rekomendasi pemupukan pada cabai yangdiharapkan dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi petani adalah 50 kg Urea + 2-6 t PO TPA/ha.Kata kunci : sampah, pupuk organik, lahan sawah, cabai, Sulawesi Selatan
Keragaan Kelembagaan Dalam Agribisnis Gula di Sulawesi Selatan Husnah, Nurdiah; Tandisau, Peter; Herniwati, .; Djuhry, Fadjry
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 6, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kelembagaan dalam pengembangan agribisnis gula merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyara-kat tani, yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan sarana ekonomi, serta penataannya, sumber daya manusia dan sumber daya alam. Permasalahan utama yang dihadapi berkaitan dengan agribisnis gula, yaitu (1) produktivitas yang cenderung turun yang disebab-kan antara lain karena penerapan teknologi on farm dan efisiensi pabrik gula yang rendah; (2) impor gula yang semakin meningkat; (3) harga gula domestik tidak stabil yang disebabkan oleh sistem distribusi yang kurang efisien dan (4) pemanfaatan kelembagaan penunjang agribisnis.  Dilihat dari berbagai aspek,seperti potensisumberdayayang dimiliki, arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik produk-produk agribisnis, Sulawesi Selatan memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis gula.  Hasil penelitian menunjukkanbahwasistem agribisnis gula meliputi beberapa subsistem yang terdiri atas subsistem hulu, sub-sistem on farm, subsistem hilir, dan subsistem lembaga penunjang agribisnis yang masing-masing memiliki peran dan sebagai sebuah sistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Secara integral terkait antara sektor perkebunan di on farm dan sektor industri di hulu dan hilir, kon-disi inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional.  Institutions in the sugar agribusiness is efforts to increase the quality of life of farmers, which is achieved through technology investment, the development of labor productivity, the development of the economy, as well as arrangement of human and natural resources. The main problems associated with sugar agribusiness, namely: (1) productivity tends to decline due in part because the application of the technology on farm and factory efficiency of sugar mill is low, (2) increasing sugar imports, (3) the price of domestic sugar unstable due to the inefficient distribution system, and (4) the utilization of institutional support agribusiness. Viewed from various aspects, such as the potential resources, the direction of national development policies, domes-tic market potential for the products of agribusiness, South Sulawesi has the prospect to develop the sugar agribusiness system. The results showed that the sugar agribusiness system includes multiple subsystems consisting of upstream subsystems, on farm subsystems, and downstream subsystem. Those support agri-business institutions that each have a role and as a system, which can not be separated from each other, merge with each other and mutually related. Integrally, related to the plantation sector in the industrial sec-torona frame of upstream as well as downstream, would create the conditions foreconomic growth nationally.
Ascertainment of K Nutrient Availability Class for Maize by Several Methods Sirappa, Marthen Pasang; Tandisau, Peter
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol. 20 No. 1: January 2015
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2015.v20i1.21-27

Abstract

Research was conducted in Gowa, South Sulawesi at dry land farmer during two years. The aims of the research was to get the best method in ascertainment of availability class of potassium (K) for maize in dry land. The research used a single location approach, which made some of K nutrient artificial. Result of this research indicated that K nutrients class which reached by several methods are: (1) by Cate-Nelson method : two class, ie low and high class, (2) by curve continue method: two until three classes, ie very low to moderate class, low and moderate, and low to high class; and (3) by analysis of variance modified method: three classes, ie low to high class. Ascertainment of K nutrient availability classes by modified analysis of variance method was the best methods compared to other methods. Critical level of K nutrient for maize according to modified analysis of variance method by several extractant is: 0.40 me K 100 g-1 for NH4OAc pH 4.8 extractant; 0.40 to 0.60 me K 100 g-1 for NH4OAc pH 7 extractant; 200-300 ppm K2O for Bray-1 extractant, and 215-250 ppm K2O for Olsen extractant. [How to Cite: Marthen PS and P Tandisau. 2015. Ascertainment of K Nutrient Availability Class for Maize by Several Methods. J Trop Soils 19: 21-27. Doi: 10.5400/jts.2015.20.1.21][Permalink/DOI: www.dx.doi.org/10.5400/jts.2015.20.1.21]