Muhibbin Muhibbin
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mitos Watu Loso Dan Praktik Slametan Masyarakat Using Dusun Krajan Desa Alasmalang Singojuruh Banyuwangi Nita Kurniawati; Muhibbin Muhibbin
Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah Vol. 2 No. 2 (2021)
Publisher : IAIN Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/meyarsa.v2i2.4586

Abstract

Mitos merupakan cerita irrasional yang dikaitkan dengan suatu kepercayaan agama yang merupakan warisan bangsa primitif. Meskipun di zaman modern seperti sekarang ini, masih banyak orang yang masih memegang teguh mitos yang merupakan warisan nenek moyang yang di wariskan dari generasi ke generasi. Kepercayaan terhadap mitos bagian dari kebudayaan yang telah mengakar. Seperti mitos Watu Loso dan praktik slametan yang sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat Using Dusun Krajan Desa Alasmalang Singojuruh Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskripif dengan jenis pendekatan naratif. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa: Mitos Watu Loso dalam praktik slametan diproduksi sebagai upaya memohon keselamatan. Proses reproduksi mitos tidak bisa lepas dari peran beberapa tokoh dengan masyarakat yang saling berkomunikasi secara efektif untuk melestarikannya. Tokoh yang paling dominan dalam reproduksi mitos adalah Muraji yang merupakan tokoh adat sekaligus keturunan Buyut Karti (generasi ke-4). Kepercayaan terhadap mitos Watu Loso diperkuat dengan beberapa momen mistis ketika mengadaka hajatan dan melakukan semedi di Watu Loso. Hujan angin, desel mati, dan janur roboh merupakan dampak karena tidak melalukan slametan di Watu Loso. Adanya sosok kerbau berkepala ular yang selalu menampakkan diri pada orang yang melakukan semedi, dipercaya sebagai (danyang) penunggu Watu Loso agar tidak memiliki niatan untuk mendapatkan sesuatu dari Watu Loso dengan jalan pintas.
KEBERAGAMAAN ETNIS MUSLIM TIONGHOA DI JAWA TIMUR; Studi Terhadap Jamaah Masjid Cheng Hod di Jember dan Surabaya: Ethnic Diversity of Chinese Muslims in East Java; A Study Of Cheng Hod Mosque Worshipers in Jember and Surabaya Muhibbin Muhibbin; Ali Hasan Siswanto
Fenomena Vol 18 No 1 (2019): FENOMENA: Journal of the Social Sciences
Publisher : LP2M UIN KH.Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/fenomena.v18i1.14

Abstract

Keberadaan masjid Chengho di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah ekpedisi laksamana chengho yang singgah di nusantara, baik yang ada di daerah perkotaan Surabaya dan Pedesaan Jember. Dilihat dari bangunan, arsitek dan ornament-ornamentnya, masjid chengho sangat unik dan memiliki ciri khas sendiri. Masjid chengho dengan berbagai ornamennya merupakan symbol dari ekspresi keberagamaan etnis muslim tionghoa untuk meneguhkan identitas keislamannya dan ketionghoannya. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada ekspresi keberagamaan etnis tionghoa di Surabaya dan jember dengan tiga rumusan masalah yaitu tipologi etnik tionghoa jamaah masjid chengho di Jember dan Surabaya. Etnik muslim Tionghoa memfungsikan masjid Chengho di Surabaya dan Jember dan ekpresi keberagamaan etnik muslim tionghoa jamaah masjid Chengho di Surabaya dan Jember. Untuk menjawab rumusan masalah ini, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Geertzian dan Weberian. Melalui dua pembacaan ini dihasilkan Pertama; tipologi masyarakat etnit tionghoa yang berada di jember dapat dilihat dari tiga komponen yaitu agama yang dipeluknya, pilihan profesiya dan kesenian budayanya. Kedua; masyarakat memfungsikan masjid chengho baik di Surabaya maupun di jember dapat dilihat pada tiga hal yaitu fungsi ibadah, fungsi social budaya dan fungsi politik. Ketiga; Ekspresi keberagamaan etnis muslim tionghoa dapat dilihat dari tiga area yaitu area budaya, area ibadah dan area social-politik. The existence of the cheng ho mosque in Indonesia cannot be separated from the history of Admiral cheng ho's expedition that stopped in the archipelago, both in the urban area of Surabaya and Rural Jember. Judging from the buildings, architects, and ornaments, the cheng ho mosque is unique and has its characteristics. Cheng ho mosque, with its various decorations, is a symbol of the expression of Chinese Muslim ethnic diversity to reinforce its Islamic identity and ketionghoannya. Therefore, this study focused on the face of Chinese ethnic diversity in Surabaya and jember with three problem formulations, namely the typology of Chinese ethnic cheng ho mosque worshipers in Jember and Surabaya. Ethnic Chinese Muslims function at Cheng ho mosque in Surabaya and Jember and express the diversity of ethnic Chinese Muslims congregation Chengho mosque in Surabaya and Jember. To answer the formulation of this problem, this study uses qualitative methods with Geertzian and Weberian approaches. Through these two readings generated first, the typology of the Chinese ethnic community in jember can be seen from three components, namely the religion it embraces, the choice of profession, and Cultural Arts. Second, the community functioning of the cheng ho mosque both in Surabaya and in jember can be seen in three things: the function of worship, socio-cultural functions, and political processes. Third, the expression of Chinese Muslim ethnic diversity can be seen in three areas: cultural, worship, and socio-political.