Energi terbarukan adalah pilihan yang tepat untuk menggantikan energi fosil dalam pembangunan berkelanjutan seperti energi panas bumi. Menurut data dari Badan Geologi pada tahun 2019 Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 23,9 GW. Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia telah banyak dilakukan, tetapi eksplorasi tersebut tentunya membutuhkan biaya yang besar, dan memakan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei komprehensif menggunakan aplikasi pengindraan jauh untuk memetakan daerah yang memiliki potensi panas bumi, Metode penginderaan jauh menjadi alternatif dalam mempermudah tantangan eksplorasi yakni dari segi efektivitas waktu, keekonomisan dan aksebilitas terhadap lokasi eksplorasi. Salah satu potensi tersebut terletak di Batu Bini, Kalimantan Selatan yang memiliki sistem panas bumi non-vulkanik, ditandai adanya manifestasi berupa mata air panas, keberadaan manifestasi ini dapat berasosiasi dengan struktur geologi yang membentuk zona permeabel. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan area prospek panas bumi dengan menggunakan analisis citra satelit Landsat 8 OLI dan di-integrasikan terhadap data DEM. Pengolahan data citra satelit dilakukan agar dapat menafsirkan pola kelurusan dan unit geomorfologi secara visual. Diperlukan penerapan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk memetakan pola sebaran kerapatan vegetasi dan Land Surface Temperature (LST) untuk mengetahui pola sebaran suhu permukaan, kedua analisis tersebut kemudian di-intergrasikan dengan analisis Fault Fracture Density (FFD). Hasil integrasi tersebut berupa area yang mempunyai prospek panas bumi dengan parameter zona permeabel, manifestastasi panas bumi, kerapatan vegetasi dan suhu permukaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang digunakan dalam pengembangan eksplorasi panas bumi dan menjadi acuan untuk eksplorasi lanjut.