Ketersediaan kedelai masih sangat tergantung kepada impor, sehingga gejolak pasokan dan harga di pasar internasional secara langsung memengaruhi gejolak di dalam negeri. Berdasarkan data BPS (2017), jumlah impor komoditas ini sebanyak 207,8 ribu ton dengan nilai US$ 92,6 juta, di April 2017 mengalami peningkatan dengan volume menjadi 242,2 ribu ton dengan nilai US$ 108,0 juta. Tujuan penelitian ini 1) untuk mengetahui respons petani terhadap program UPSUS kedelai, dan 2) untuk mengetahui pendapatan yang diterima petani peserta Program UPSUS kedelai. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai, berupa pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden, Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat penerimaan usahatani kedelai dilakukan dengan menggunakan analisis R/C ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan (ratio) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost), a = Py x Y/(Fc+VC). Hasil penelitian, rata-rata umur petani 45,23 tahun (usia produktif), seluruh petani responden pernah mengikuti pendidikan formal, dan di antaranya terdapat 17 orang (56,67 %) berpendidikan dasar. Anggota keluarga yang dimiliki oleh petani responden yang terbanyak adalah 3 orang atau 14 orang (46,67 %). Kebanyakan pengalaman bertani kisarannya antara 26 s.d. 32 tahun, dan luas kepemilikan lahan >= 1,7 ha. Perolehan pendapatan petani peserta Upsus kedelai dalam 1 kali proses produksi (rata-rata 4 bulan) diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 4.960.000,- Hasil analisis R/C rationya diperoleh nilai sebesar 2,03 yang berarti bahwa budidaya kedelai yang dilakukan petani peserta Upsus layak diusahakan.