Regen Wantalangi
Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Model Pembinaan Warga Gereja Bagi Generasi Milenial Regen Wantalangi; Anly frinsisca Killa; Juliana Panjaitan; David Eko Setiawan
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 2 No. 2 (2021): November 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v2i2.55

Abstract

AbstractThis paper aims to find the right model for coaching for millennials. Millennials are known as the generation that participates the most in the late 20th and early 21st century in the discovery and development of technology and other applied sciences, is also a generation that enjoys working, thinking innovatively and creatively and has a high competitive, open, and flexible sense. The research method used in this study is literature studies. The results of this study show that there needs to be a renewal and relevance of each model of church development for millennials considering millennials are independent generations. Therefore the model of fostering the synthesis of contextual is the most appropriate model for millennials.AbstrakTulisan ini bertujuan untuk menemukan model yang tepat untuk pembinaan bagi generasi milenial. Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang berpartisipasi paling banyak di akhir abad 20 dan awal abad 21 dalam penemuan dan pengembangan teknologi dan ilmu terapan lainnya, juga merupakan generasi yang senang bekerja, berfikir inovatif dan kreatif serta memiliki rasa kompetitif yang tinggi, terbuka, dan fleksibel. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perlu adanya pembaharuan dan relevansi dari setiap model pembinaan gereja bagi generasi milenial menimbang generasi milenial adalah generasi yang independen. Oleh karena itu model pembinaan sintesis kontekstual adalah model yang paling tepat bagi generasi milenial.
El-Shadday dan Korelasinya dengan Dewi Karema dalam Mitologi Penciptaan Manusia Di Suku Minahasa Firman Panjaitan; Regen Wantalangi
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.328 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.68

Abstract

Understanding of God is very important in religious life, especially when religion is confronted with culture. There needs to be contextualization efforts in understanding God comprehensively so that it can be accepted from a religious as well as cultural perspective. Through this, God is not only understood correctly Biblically, but at the same time is understood based on the context of the local community. This article aims to find the understanding of God in the Minahasa context by contextualizing the understanding of God in the Bible with the local context. This article uses a qualitative method with a literature study approach for research into the Minahasa cultural context coupled with a critical interpretation of biblical research, especially Genesis 1:26-28. The results of the study prove that God, known as El Shadday in the Bible understanding can be contextualized with the understanding of Dewi Karema, so that God in the form of El Shadday understood by Minahasa culture is not just a masculine God but also a feminine God. Thus the God of El Shadday in the Bible is not a foreign God in the life of the Minahasa tribe, but a God who is very close to human life, especially in the figure of Dewi Karema. Pemahaman tentang Allah menjadi hal yang sangat utama dalam kehidupan beragama, terutama ketika agama diperhadapkan pada budaya. Perlu ada upaya kontekstualisasi dalam memahami Allah secara komprehensif sehingga dapat diterima dalam perspektif agama sekaligus budaya. Melalui hal ini, Allah tidak hanya dipahami dengan benar secara Alkitabiah, tetapi sekaligus dipahami berdasarkan konteks masyarakat setempat. Artikel ini bertujuan untuk menemukan pemahaman Allah dalam konteks Minahasa dengan cara mengkontekstualisasikan pemahaman tentang Allah dalam Alkitab dengan konteks setempat. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur bagi penelitian terhadap konteks budaya Minahasa ditambah dengan tafsir kritis terhadap penelitian Alkitab, khususnya Kejadian 1:26-28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Allah, yang dikenal dengan nama El Shadday dalam pemahaman Alkitab dapat dikontekstualisasikan dengan pemahaman Dewi Karema, sehingga Allah dalam wujud El Shadday yang dipahami oleh budaya Minahasa bukan sekadar Allah yang maskulin melainkan Allah dalam wujud feminine, sehingga kehidupan El Shadday sangat dekat dengan kehidupan manusia.