Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MASA KLASIK Sahlani Sahlani
QATHRUNÂ Vol 4 No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa dalam suatu periode tertentu. Dalam arti yang lebih luas, kurikulum sebenarnya bukan hanya sekadar rencana pelajaran, tapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Dengan kata lain, kurikulum mencakup baik kegiatan yang dilakukan pada jam belajar maupun di luar jam belajar, sepanjang hal itu berlangsung di lembaga pendidikan. Karena itu ada istilah ekstra-kurikuler, yaitu berbagai kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka di ruangan kelas. Akan tetapi, tentu saja kurikulum dalam pengertian seperti itu baru dikenal pada sistem pendidikan modern, baik sekolah maupun madrasah. Pada masa sebelumnya meskipun sudah dikenal, muatan kurikulum tidak seketat pengertian tersebut. Kurikulum pendidikan madrasah merupakan pengembangan lebih lanjut dan lebih "standar" (dalam arti dapat digunakan secara seragam oleh siapa saja) dari kurikulum yang pernah dikenal pada masa Nabi Saw.. Kurikulum pendidikan pada masa Nabi Saw. ditentukan secara pribadi oleh beliau sendiri yang bertindak sebagai perancang pendidikan, konsultan sekaligus guru. Pada saat itu belum ada undang-undang pendidikan yang mengatur segala bentuk pengelolaan dan pengembangan pendidikan. Pada masa Khulafa al-Rasyidun dan Bani Umayyah kurikulum pendidikan ditentukan oleh para ulama dan khalifah yang memerintah pada masa itu. Sementara itu pada masa Dinasti Abbasyiah, ketika lembaga pendidikan model madrasah sudah mulai dikenal, kurikulum dan metode pendidikan diurus oleh ulama, sedangkan khalifah tidak terlalu dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan. Ini dilakukan dalam kerangka penghormatan mereka terhadap otorita lembaga pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan para ulama., selain karena mereka disibukkan dengan urusan politik.
Efektifitas Pendidikan Dalam Pendekatan Problem Solving Dan Meningkatkan Kemampuan Soft Skill Di Era Milenial Anis Fatihatul Madaniah; Infadzah Al Shidqi; Torik Mabruri; Sahlani Sahlani; Meity Suryandari
Student Scientific Creativity Journal Vol. 1 No. 1 (2023): Januari: Student Scientific Creativity Journal
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/sscj-amik.v1i1.1133

Abstract

Berpikir adalah aktivitas kebiasaan manusia yang memungkinkan manusia mengatasi keterbatasan nya sehingga manusia dapat mengarahkan dirinya dan tindakannya ke arah yang lebih baik di masa depan. metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif melalui studi pustaka, penelitian buku, majalah artikel ilmiah yang diperoleh dari media elektronik seperti internet dan google scholar. peran pendidikan karakter dalam membentuk kemampuan befikir kritis generasi muda di Indonesia sangat lah penting untuk dibahas. aspek perilaku yang mentargetkan perubahan adalah perubahan cara berpikir, berperilaku, dan bertindak lebih baik mengembangkan keterampilan inovatif generasi muda. hal ini tidak terlepas dari kesadaran setia negara akan potensi generasi mudanya. untuk meningkatkan kecerdikan dan harmoni teknologi dan industrialisasi dalam kehidupan sehari-hari. pengembangan soft skill generasi muda di setiap negara memiliki metode dan indikasi yang berbeda. “Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual”. dunia kerja tidak hanya memprioritaskan pada kemampuan akademik (hard skills) yang tinggi saja, tetapi juga memperhatikan kecakapan dalam hal nilai-nilai yang melekat pada seseorang atau sering dikenal dengan aspek soft skills. oleh karena itu, generasi milenial saat ini harus meningkatkan keterampilan mereka dan menyadari pentingnya mengembangkan soft skill agar lebih kompetitif baik di tempat kerja, di dunia akademis maupun di dunia lingkungan masyarakat nya.