August Daulat
Pusat Riset Kelautan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mitigasi Bencana Gunungapi Anak Krakatau (GAK) di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Berbasis Tempat Evakuasi Sementara (TES) Dini Purbani; Tubagus Solihuddin; Semeidi Husrin; Hadiwijaya Lesmana Salim; Muhammad Ramdhan; Aida Heriati; August Daulat; Budianto Ontowirjo
Jurnal Kelautan Nasional Vol 16, No 3 (2021): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (984.57 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v16i3.10275

Abstract

Kecamatan Rajabasa yang berada di pesisir Kabupaten Lampung Selatan mengalami tsunami akibat longsornya GAK pada 22 Desember 2018. Kejadian tersebut menyebabkan kematian 431 jiwa, lebih dari 7200 jiwa luka dan kehilangan tempat tinggal 46.646 jiwa. Waktu penjalaran di Kecamatan Rajabasa 35 menit dengan tinggi gelombang 4 meter. Menurut data BMKG tahun 2018 diperoleh data inundasi yang terjauhdi Kecamatan Rajabasa lokasi Desa Waymuli dari 152, 5 m-348, 3 m.Untuk mengantisipasi jumlah korban dilakukan upaya mitigasi bencana dengan menggunakanaplikasi network analysis  dari perangkat lunak SIG (Sistim Informasi Geografis).Data yang digunakan dalam proses network analysis adalah data jalan yang diperoleh dari Open Street Map tahun 2019 dan diperkuat dengan waktu penjalaran serta waktu kecepatan menuju TES. Penelitian ini menggunakan waktu kecepatan 0,751 m/detik, waktu yang diperlukan untuk orang tua berkelompok. Hasil dari proses network analisis menghasilkan rute yang terbaik menuju usulan Tempat Evakuasi Sementara (TES). Jumlah usulan TES dari hasil analisis berjumlah lima lokasi yaitu Usulan TES 1 : NN shop (Desa Betung), Usulan TES 2 :  Mesjid Nurul Islam (Desa Canggung), Usulan TES 3 :  bangunan rumah (Desa Banding), Usulan TES 4 : bangunan rumah (Desa Rajabasa) dan Usulan TES 5 : bangunan rumah (Desa Waymuli). Ke lima usulan tersebut berada di jalan Pesisir. Pasca tsunami Pemda menyediakan hunian sementara dan hunian tetapbagi korban bencana.
Pengaruh Perubahan Lingkungan Terhadap Stok Karbon pada Ekosistem Lamun di Pulau-Pulau Kecil, Studi Kasus: Gugusan Kepulauan Seribu Agustin Rustam; Yusmiana Puspitaningsih Rahayu; Devi Dwiyanti Suryono; Hadiwijaya Lesmana Salim; August Daulat; Mariska Astrid Kusumaningtyas
Jurnal Kelautan Nasional Vol 16, No 3 (2021): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (828.244 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v16i3.9099

Abstract

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir karbon biru, yang mampu memanfaatkan CO2 dan menyimpan dalam bentuk karbon organik dalam biomassa dan sedimen yang dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret dan Oktober 2014 di perairan pulau-pulau kecil Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini mendapatkan stok karbon pada ekosistem lamun berdasarkan perubahan lingkungan, serta pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Metode penelitian menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara disengaja mewakili seluruh lokasi penelitian yang terbagi menjadi tiga zona lokasi berdasarkan pengaruh lingkungannya, kemudian  menganalisis besarnya kandungan karbon dalam biomassa dan sedimen dari tiap zona lingkungan. Hasil penelitian menunjukan lamun jenis Enhalus acoroides di Pulau Burung (Zona A) memiliki nilai karbon tertinggi dari tujuh spesies lamun yang ditemukan dengan 2,58 MgC/ha, sedangkan total biomassa lamun tertinggi adalah di Pulau Panggang (Zona B) sebesar 4,39 MgC/ha dan terendah di Pulau Kotok Besar (Zona C) dengan 0,56 MgC/ha. Nilai rata-rata biomassa karbon lamun sebesar 1,81±0,32 Mg C/ha dengan komposisi terbesar di bagian bawah permukaan sebesar 75 % dari total karbon biomassa. Total stok karbon dalam sedimen ekosistem lamun berkisar antara 751,2 – 1490,4 MgC/ha sampai kedalaman satu meter. Pengaruh lingkungan berdasarkan zona lokasinya menunjukkan bahwa besaran nilai stok karbon semakin tinggi mengarah ke daratan, dengan jumlah jenis lamun yang lebih sedikit dibandingkan dengan zona yang jauh dari pengaruh daratan.Kata Kunci : Lamun, pulau-pulau kecil Kepulauan Seribu, karbon biru, lingkungan