I Putu Ardiyasa
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PHILOSOPHICAL MEANING ELEMENTS OF WAYANG KULIT LEMAH BALI PERFOMANCE ART I Putu Ardiyasa; Widya Puspita Sati
Maha Widya Duta : Jurnal Penerangan Agama, Pariwisata Budaya, dan Ilmu Komunikasi Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/duta.v2i2.660

Abstract

Puppet art has many types, one of which is Wayang (puppet) Lemah as a sacred performance that is used as an accompaniment to a yad ceremony. As the name implies, Wayang Lemah should be staged during the day and in line with the yad accompanied, but if the ceremony takes place at night, still use the Wayang Lemah Show, because its main function is accompanying the Panca yad namely: Manusa yadnya, Pitra yadnya, Dewa yadnya, Bhuta yadnya and yad receipt. This study seeks to examine more deeply the elements of Wayang Lemah Show from philosophical aspects. The data of this study were obtained through observation, interviews with five Puppeteer masters and looking for additional data through library studies. This research shows that every element (people, puppets, gamelan and supporting property) has interconnected philosophical meanings.Keywords: Philosophy, Wayang, Wayang Lemah
EKSISTENSI PERTUNJUKAN WAYANG KULIT TANTRI SEBAGAI KAJIAN ESTETIKA I Putu Ardiyasa
Maha Widya Duta : Jurnal Penerangan Agama, Pariwisata Budaya, dan Ilmu Komunikasi Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/duta.v3i2.741

Abstract

One of the forms of Balinese culture is wayang as a medium of worship and communication. Wayang Tantri as one of the genres of wayang performances in Bali lived on the art stage in the year - + 1982. This article contains information about the spiritual dimension related to the aesthetic dimension in Wayang Tantri, so as to preserve the existence on the screen of the elderly. This study uses data collection consisting of interviews and documentation. The data in this study are in the form of narrative description with data analysis techniques using descriptive analysis. Showing shows, the Wayang Tantri show is a puppet creation that began processing since the early 1980s. Using structures that rotate traditional Balinese Wayang Kulit (Parwa and Ramayana). The basis for cultivating Tantri puppets is the Balinese traditional wayang, plays, forms of puppets, and accompaniment. With different forms of puppets, the game techniques are different. This is as a form of reading the development of the puppet audience community that is more recent technological developments.Keywords: Existence, Aesthetics, Wayang Tantri
STRATEGI PENGELOLAAN SANGGAR SENI ANACARAKA DALAM MEWADAHI BAKAT ANAK-ANAK DI PEGUNUNGAN KINTAMANI BALI I Putu Ardiyasa
JURNAL TATA KELOLA SENI Vol 1, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana ISI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.621 KB) | DOI: 10.24821/jtks.v1i2.1639

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang pengelolaan Sanggar Seni Anacaraka dalam upaya mewadahi bakat anak-anak di Kintamani, Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab dua permasalahan yang diajukan : pertama strategi apa yang semestinya diterapkan oleh pengelola dalam rangka menjaga eksistensi di tengah persaingan global; kedua bagaimana rancangan penerapan strategi pada Sanggar Seni Anacaraka. Untuk membedah permasalahan tersebut, digunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan metode SWOT untuk mengkaji permasalahan baik dalam lingkup internal dan eksternal. Sumber data diperoleh di lokasi penelitian dengan menentukan key person yang berkompeten dan sumber data tertulis yang mendukung dan relevan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Sanggar Seni Anacaraka perlu melakukan pemilihan strategi berupa penggunaan setiap kekuatan (strenght) untuk menghadapi segala ancaman (treath) dengan melakukan penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan diversifikasi terkait. Selain itu, pengelolaan Sanggar Seni Anacaraka menggunakan strategi tumbuh dan membangun karena posisi sanggar yang baru berdiri dan belum memiliki kekuatan yang bisa mendukung pembangunan sanggar. Bentuk edukasi seperti ini akan terus berkembang dengan keterlibatan masyarakat dan pemerintah bersama pihak pengelola, sehingga ke depan mampu mengedukasi anak-anak secara berkelanjutan dalam rangka menjaga keberlangsungan hidup seni.
Struktur Dramatik Pertunjukan Wayang Parwa Lakon Erawan Rabi Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi I Putu Ardiyasa; I Dewa Ketut Wicaksandita; Sang Nyoman Gede Adhi Santika
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini adalah sebuah kajian Lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, yang disajikan oleh dalang Rai Mesi. Permasalahan penelitian yang dibahas yaitu mengenai struktur dramatik lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, oleh dalang Rai Mesi. Untuk membedah masalah, peneliti memakai Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Berkenaan dengan objek penelitian berupa rekaman kaset tape recorder, maka data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lakon Irawanmemilikistruktur dramatik yang menarik, terdiridari (1) babak I: eksposisi, konflik; (2) babak II: komplikasi; eksposisi (3) babak III: komplikasi, klimaks; (4) babak IV: resolusi dan konklusi. Tensi dramatik ini tersusun dalam alur yang terbuka, maju, dan tunggal, karena lakon Irawan Rabi terdapat satu alur cerita tanpa ada selipan cerita lain.