Hery Tiera
Department of Urology, Faculty of Medicine/Indonesia University, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemeriksaan Rapid Urinary Bladder Cancer Antigen untuk Deteksi Karsinoma Sel Transisional Buli pada Populasi Indonesia (Penelitian Awal) Tiera, Hery; Umbas, Rainy
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 2 (2013): Apr - Jun 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.785 KB)

Abstract

Pemeriksaan Urinary Bladder Cancer Antigen (UBC) merupakan salah satu pemeriksaan non-invasif terbaru dalam mendeteksi karsinoma buli dengan mengidentifikasi ekspresi sitokeratin 8 dan 18 di dalam urin. Tujuan penelitian ini adalah uji diagnostik dari pemeriksaan Rapid UBC pada populasi Indonesia dengan kecurigaan klinis tumor buli.Penelitian ini mengevaluasi 21 pasien secara prospektif di rumah sakit pusat rujukan nasional Indonesia pada 2011- 2012. Sebagai kriteria inklusi adalah pasien usia di atas 18 tahun dengan gross hematuria dan hasil pemeriksaan imajing menunjukkan adanya tumor buli, atau pasien Karsinoma Sel Transisional (KST) buli dengan riwayat reseksi tumor buli habis yang menjalani follow up sistoskopi rutin. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan infeksi saluran kemih atau dengan hasil pemeriksaan bakteri tahan asam di urin positif. Pemeriksaan Rapid UBC dilakukan sebelum sistoskopi dilakukan. Hasil pemeriksaan selanjutnya dibandingkan dengan hasil sistoskopi dan histopatologi. Analisis statistik dilakukan dengan perbandingan bivariat menggunakan SPSS v.17.0.Mayoritas subjek penelitian adalah laki-laki (71,4%). Nilai rerata usia adalah 56,1 ± 15,4 tahun. Lima belas pasien (71,4%) memiliki hasil UBC positif, dan 6 pasien (28,6%) memiliki hasil UBC negatif. Di antara pasien dengan hasil positif tersebut, 93,3% memiliki penemuan sistoskopi positif tumor buli dengan hasil histopatologi menunjukkan positif kasinoma sel transisional buli, dan 1 pasien memiliki hasil sistoskopi dan histopatologi negatif. Di antara pasien dengan hasil UBC negatif, 83,3% memiliki hasil sistoskopi positif menunjukkan adanya tumor buli dan hasil histopatologi karsinoma sel transisional buli. Satu pasien memiliki hasil sistoskopi dan histopatologi negatif. Nilaipositif predictive value pemeriksaan rapid UBC dalam mendeteksi KST buli adalah 93,3% dan nilai negative predictive value adalah 16,7%. Sensitivitas rapid UBC dalam penelitian ini sebesar 73,7% dan spesifisitas 50%, p=0,5.Sebagai kesimpulan, pemeriksaan rapid UBC memberikan nilai PPV yang cukup tinggi terkait temuan sistoskopi tumor buli dan hasil histopatologi karsinoma sel transisional buli. Pada penelitian awal ini, pemeriksaan Rapid UBC dapat menjadi pemeriksaan penunjang yang menjanjikan dan berguna untuk evaluasi cepat pada kasus dengan dugaan tumor buli. Dibutuhkan studi lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengevaluasi nilai diagnostik pemeriksaan Rapid UBC.Kata kunci: karsinoma buli, transisional sel; diagnosis; marker tumor; UBC
LAPAROSCOPIC LIVING DONOR NEPHRECTOMY: FEASIBILITY AND FIRST EXPERIENCE IN INDONESIA Mochtar, Chaidir A.; Wahyudi, Irfan; Rasyid, Nur; Rodjani, Arry; Birowo, Ponco; Atmoko, Widi; Satyawan, Yopie Tjandradiguna; Tiera, Hery
Indonesian Journal of Urology Vol 19 No 2 (2012)
Publisher : Indonesian Urological Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32421/juri.v19i2.55

Abstract

Objective: To report our first experience laparoscopic living donor nephrectomy (LLDN). Material & Method: A 37 year-old man was planned for the living-donor transplantation. The recipient was a 63 year-old man sufferingfrom end stage renal disease, and hypertensive heart disease. The donor and recipient were allowed for positive qualification evaluated preoperatively. We applied a transperitoneal approach for the left kidney. Results: The operation time was 300 minutes and the estimated blood loss was 600 mL. The first warm ischemia time was 15 minutes and 24 seconds. There were no major intraoperative and postoperative complications. The donor began oral intake and mobilization within 10 hours and was hospitalized for 4 days. The recipient’s serum creatinine levels reached near baseline levels (1,5 mg/dL) at day 6. Conclusion: LLDN is technically feasible in Indonesia and may increase the rate of kidney donation in Indonesia due to the minimally invasive nature of the procedure.Keywords: Renal transplantation, laparoscopic living donor nephrectomy, Indonesia.