Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

4. Studi perubahan nilai budaya masyarakat etnis samawa di kawasan tambang PT. Newmont Nusa Tenggara: Aplikasi nilai teori Nuning Juniarsih
JURNAL AGRIMANSION Vol 7 No 2 (2006): JURNAL AGRIMANSION AGUSTUS 2006
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v7i2.142

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan nilai budaya masyarakat Etnis Samawa ditinjau dari aplikasi nilai teori, yaitu landasan masyarakat dalam bertindak dan berprilaku. Penelitian menggunakan metode survei yang didesain dengan model studi kasus. Objek penelitian adalah masyarakat Etnis Samawa yang berdomisili di pusat pertumbuhan, yaitu Desa Maluk dan Desa Benete. Pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu:dengan mengkombinasikan 4 teknik secara bersamaan, yakni: pengamatan lapang, wawancara terstruktur, wawancara mendalam dan studi pustaka. Analisis data menggunakan metode deskriptif. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian-uraian penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum masuk proyek pertambangan, masyarakat Etnis Samawa dalam mengaplikasikan nilai teori dilandasi oleh nilai-nilai mistis sistemis, pengalaman, perasaan dan gerak intuisi; menggunakan peralatan tradisional, dan dalam melakukan kegiatan gotong royong dan tolong menolong masih menggunakan barang dan tenaga kerja (basiru) menurut kebiasaan. Setelah masuk proyek pertambangan, meskipun masih dilandasi oleh nilai mistis sistemais, tapi penyelenggaraan semakin praktis, mulai menggunakan kekuatan berfikir secara rasional dan ilmiah; peralatan semakin modern dan kegiatan gotong royong dan tolong menolong menggunakan uang atas dasar efisiensi. Perubahan-perubahan tersebut menandakan masyarakat Etnis Samawa mulai berubah dari ciri-ciri masyarakat tradisional pedesaan menuju ciri-ciri masyarakat modern perkotaan. ABSTRACT This study examined changes in cultural values of Samawa ethnics, as perceived from the application of theoretical values such as basic philosophy, attitude and behavior. Samawa ethnic groups living in development centers such as Maluk and Benete villages were the object of this research. Data were collected with a technical triangulation method, combining several research techniques, namely: field observation, structured interview, in-depth interview and desk study. Collected data were analyzed with descriptive statistics. The research results were, as follows. In the period before the establishment of mining project, the ethnic groups applied theoretical values which were based on systematical mystics, experience, feeling and intuition; used traditional tools, carried out the gotong royong, helped each other in daily life, used goods and labors on cultural bases. After the project, the groups applied more practical values. They used more logical and scientific values, modern utensils and efficient economic decisions. These changes in cultural values shifted the Samawa society to modern urban society, from traditional rural society.
4. Studi perubahan nilai sosial pada masyarakat etnis Samawa di Kawasan Tambanga PT. Newmont Nusa Tenggara Nuning Juniarsih
JURNAL AGRIMANSION Vol 7 No 3 (2006): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2006
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v7i3.149

Abstract

Abstrak Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji perubahan nilai budaya masyarakat Etnis Samawa ditinjau dari perubahannya dalam mengaplikasikan nilai sosial. Penelitian menggunakan metode survei yang didesain dengan model studi kasus. Objek penelitian adalah masyarakat Etnis Samawa yang berdomisili di pusat pertumbuhan, yaitu Desa Maluk dan Desa Benete. Pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu: pengamatan lapang (field observation), wawancara terstruktur (structured interview), wawancara mendalam (in-depth interview) dan studi pustaka (desk study). Analisis data menggunakan metode deskriptif. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian-uraian penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum masuk proyek pertambangan, landasan masyarakat Etnis Samawa dalam mengaplikasian nilai sosial atau dalam menjalin hubungan antar sesama lebih menghargai orang yang berpengalaman atau berketurunan, berkemampuan umum (generalis), memiliki status sosial, dan mempunyai hubungan kekerabatan. Setelah masuk proyek pertambangan landasan masyarakat tersebut berubah dengan lebih menghargai orang berpendidikan dan berprestasi; dan mulai menghargai kemampuan yang bersifat khusus (spesialis) dan hubungan individu atau hubungan kerja. Kecenderungan perubahan aplikasi nilai sosial tersebut menandakan berubahnya masyarakat dari ciri-ciri masyarakat tradisional pedesaan menuju ciri-ciri masyarakat modern perkotaan. Abstract This study mainly aims at examining the change of the Samawa cultural values perceived from the application of social value. The survey method is applied to this case study. The research object is the Samawa ethnic group living in the development center, namely the Maluk and Benete villages. Data are collected by technical triangulation, i.e. by combining some of the research techniques, namely field observation, structured interview, in-depth interview and desk study. The descriptive method is used in analysing the data. The data is provided in tables and explanation. The results show that foundations of Samawa in application social values in people relationship before the establishment mining project are: more respecting experienced people, have high social status, generalist and from close relative. After the establishment of mining project the foundation change to be respecting educated and expert people, specialist, from similar job background. This indicates the changes from rural traditional culture to urban modern.
6. Studi perubahan aplikasi nilai teori pada masyarakat etnis Samawa di kawasan pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara Nuning Juniarsih
JURNAL AGRIMANSION Vol 8 No 1 (2007): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2007
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v8i1.159

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan nilai budaya masyarakat Etnis Samawa ditinjau dari aplikasi nilai teori (landasan masyarakat dalam bertindak dan berprilaku). Penelitian menggunakan metode survei yang didesain dengan model studi kasus. Objek penelitian adalah masyarakat Etnis Samawa yang berdomisili di pusat pertumbuhan, yaitu Desa Maluk dan Desa Benete. Pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu:dengan mengawinkan 4 teknik secara bersamaan, yakni: pengamatan lapang (field observation), wawancara terstruktur (structured interview), wawancara mendalam (in-depth interview) dan studi pustaka (desk study). Analisis data menggunakan metode deskriptif. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian-uraian penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum masuk proyek pertambangan, landasan masyarakat dalam mengaplikasian nilai teori didasari oleh nilai-nilai mistis sistemis; pengalaman, perasaan dan gerak intuisi; menggunakan peralatan tradisional, kegiatan gotong royong dan tolong menolong masih menggunakan barang dan tenaga kerja (basiru) berdasarkan kebiasaan. Setelah masuk proyek pertambangan, meskipun masih didasari oleh nilai mistis sistemis, tapi penyelenggaraan semakin praktis, mulai menggunakan kekuatan berfikir yang rasional dan ilmiah; peralatan semakin modern dan kegiatan gotong royong dan tolong menolong menggunakan uang atas dasar efisiensi. Perubahan-perubahan tersebut menunjukkan perubahan masyarakat dari ciri-ciri masyarakat tradisional pedesaan menuju cirri-ciri masyarakat modern perkotaan. Abstract This study mainly aims at examining the change of the Samawa cultural values perceived from the application of theoretical values (basic philosophy, attitude and behavior). The survey method is applied to this case study. The research object is the Samawa ethnic group living in the development center, namely the Maluk and Benete villages. Data are collected by technical triangulation, i.e. by combining some of the research techniques,namely field observation, structured interview, in-depth interview and desk study. The descriptive method is used in analysing the data. The result of the research showed that basic principle of society to apply theoretical value before mining project are mistic systems, experience, feeling and intuition, using traditional tools, helping each other in daily life, using their goods and labourers based on customary attitude. After the establishment of mining project, although the people life is still based on the value of mistic systemic, the application is more practical, starting to use rasional and logical thought, using modern tools, helping each other based on remuneration for the sake of efficiency. Those changes indicate the cultural movement from rural to urban society.
3. ANALISIS RANTAI PEMASRAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN BIMA Nurjumiyati Nurjumiyati; I Ketut Budastra; Nuning Juniarsih
JURNAL AGRIMANSION Vol 19 No 3 (2018): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2018
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v19i3.248

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) memetakan rantai pemasaran bawang merah di Kabupaten Bima; (2) menganalisis fungsi pelaku pemasaran bawang merah di Kabupaten Bima; dan (3) menganalisis margin pemasaran bawang merah pada tingkat pelaku dan tingkar rantai di Kabupaten Bima.Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Ditemukan bahwa pemasaran bawang merah di Bima melibatkan tiga rantai, yaitu:(i)Petani (P)-Pedagang pengumpul desa (PPD)–Pedagang pengecer (PP) Bima–Konsumen (K) di Bima; (ii) P–PPD–Pedagang antar pulau/besar (PAP/B)–PPdi Mataram - K; dan (iii) P – PPD – PAP/B – PPdi Provinsi lain – K di Provinsi Lain. Proporsi aliran produksi bawang merah adalah 42% melalui Rantai I, 25% melalui Rantai II, dan 34% melalui Rantai III.Harga yang diterima petani bawang merah tidak berbeda menurut rantai pemasaran, yakni: Rp. 1.800.000 per kwintal.Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan olehpetani adalah penjualan, penyimpanan, pengangkutan, sortasi, dan penanggungan risiko. Semua fungsi ini juga dilakukan oleh PPD, dan PAP/B, ditambah dengan fungsi-fungsi berikut: pembelian, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar.Semua fungsi pemasaran yang dilakukan oleh PPD dan PAP/B adalah juga dilakukan oleh PP, kecuali: fungsi pembiayaan. Marjin pemasaran pada Rantai I adalah 12,84 persen dari harga konsumen, lebih rendah dibandingkan dengan margin pemasaran pada Rantai II yang sebesar 11,51% dari harga konsumen. Margin rantai pemasaran III tidak dianalisis karena data tidak lengkap. Perbedaan margin pemasaran antar rantai pemasaran tersebut adalah terutama disebabkan oleh faktor selisih harga konsumen dan harga petani, bukannya oleh faktor biaya pemasaran. Proporsi margin pemasaran terhadap harga jual masing-masing jenis pedagang bervariasi antar rantai pemasaran: PPD menerima antara 5,71% dan 6,25%; PAP/B antara 0,52% dan 5,21%; dan Pengecer antara 2,26% dan 7,02%. Penerapan manajemen rantai pemasaran berpotensi untuk menurunkan beban biaya pemasaran yang ditanggung para pelaku dan untuk meningkatkan pendapatan petani bawang di kabupaten Bima. Ini dapat diupayakan melalui: (i) koordinasi vertikal untuk meminimalisasi repetisi fungsi pemasaran lintas pelaku; dan (ii) koordinasi horizontal (kelompok) petani untuk meraih manfaat dari skala ekonomi bersama. ABSTRACT The study’s objectives are (1) to map the marketing chains of onion in Bima district; (2) to analyze the functions of the marketing players; and (3) to analyze the marketing margins at actor and chain levels. For the objectives, the study used the descriptive methodology. It was found that the marketing of onion in Bima involved three different chains of onion, namely:(i)Farmer(P)-Villlage CollectorTrader (PPD)–Retail Trader(PP) in Bima–Consumer (K) Bima; (ii) P–PPD–InterIsland/Big Trader (PAP/B)–PPin Mataram - K; and (iii) P – PPD – PAP/B – PPin onthet province – K in other province. The flows of onion products by chains were 42% chain I, 25% chain 2 and 34% chain 3. The price received by farmers IDR 1,800,000 was not different across the markating chains. Marketing functions carried out by farmers included: saling, storing, transporting, sorting/grading, and risk bearing.All these functions were alo carried out by PPD, and PAP/B, together with: buying, financing, and market information. PP carried out the same functions as those of PPD dan PAP/B, exept for the financing function. Measured as percentage of the selling price, the marketing margin was 12.84 % of the consumers’ pricein the first chain, higher than the margin in the second chain which was 11,51%. The marketing margin for the third chain was not calculated because of incomplete data. The marketing margin difference was mainly because of consumer-farmer price margin factor rather than marketing cost factor. The marketing margins by actors were varied: PPD received between 5.71-6.25%; PAP/B received between 0.52%-5.21%; and PP received between 2.26%-7.02%. Applicantion of effective marketing chain manajemen was considered potensial to reduce the burden of marketing cost bared by the chain actors, and to increase farmer incomes in Bima. This should include (i) vertical coordination to minimize number of functions repetitively done by two or more chain actors; and (ii) horizontal coordination of the farmers to achieve the benefits of farmer group’s economics of scale.
ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA Yunita Yunita; Efendy Efendy; Nuning Juniarsih
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 30 No 3 (2020): Jurnal Agroteksos Desember 2020
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.327 KB) | DOI: 10.29303/agroteksos.v30i3.626

Abstract

Tujuan penelitian ini (1) untuk mengetahui saluran pemasaran bawang merah di Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa, (2) untuk menganalisis efesiensi pemasaran bawang merah di Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa, dan (3) untuk meganalisis biaya yang dikeluarkan oleh masing – masing saluran pemasaran bawang merah di Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa. Penentuan responden secara random sampling sebanyak 30 orang dan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan menggunakan snowball sampling pada 4 orang pedagang pengumpul, 3 orang pedagang pengecer dan 1 orang pedagang Antar Pulau. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi efesiensi pemasaran, dan analisis perilaku pasar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Ada 2 saluran pemasaran bawang merah yang ada di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa yaitu: Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Antar Pulau – Konsumen dan Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir. (2) Pemasaran bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa cukup efesien karena total biaya terhadap total nilai produk berkisar antara 3,32% - 4,86%. Terhadap saluran pemasaran II lebih efisien dari saluran pemasaran I dan bahwa perubahan harga ditingkat pedagang ditransimisikan dengan sempurna ke tingkat petani sehingga pemasaran bawang merah tersebut efesien. (3) Besarnya total biaya pemasaran, total marjin pemasaran dan total keuntungan pada saluran pemasaran I yaitu dengan total biaya pemasaran yg dikeluarkan sebesar Rp. 1.406 (7,79%), total margin pemasaran sebesar Rp. 10.594 (57,14%), dan total keuntungan sebesar Rp. 12.000 (66,11%). Sedangkan pada saluran pemasaran II yaitu total biaya pemasaran sebesar Rp. 724 (4,53%), total margin pemasaran sebesar Rp. 4.276 (26,72%) dan total keuntungan sebesar Rp. 5.000 (31,25%) yang dikeluarkan dan diterima pada pemasaran bawang merah di Desa Brang Kolong Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa.