Indah Nuraini
ISI Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pembinaan Kesenian Gunungan di Gondang Sari, Ketep Magelang, Jawa Tengah Indah Nuraini
Jurnal Pengabdian Seni Vol 2, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v2i1.5736

Abstract

Tari Gunungan merupakan sebentuk kesenian baru dalam Kelompok Kesenian Gunungan Dusun Gondang Sari yang dibuatĀ  pada tahun 2016 dengan bantuan mahasiswa ISI Yogyakarta pada program P3Wilsen dari LPM ISI Yogyakarta. Selanjutnya oleh masyarakat dusun ini, GununganĀ  dijadikan sebagai salah satu kesenian andalan dan identitas kesenian setempat. Penyuluhan ini bertujuan melakukan pembinaan seni kepada Kelompok Kesenian Gunungan yang berada di Gondang Sari, Ketep, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Program dari LPM ISI Yogyakarta ini dilaksanakan selama lima bulan dari Maret hingga Agustus 2020, terjeda oleh masa krisis pandemi Covid-19. Metode yang diterapkan adalah ceramah, workshop, dan evaluasi. Materi penyuluhan ini adalah menyangkut teori dan praktik kesenian Gunungan. Hasil penyuluhan yang didapatkan meliputi tiga hal, yakni pembenahan gerak tari, pembenahan pola lantai dan koreografi, serta pembuatan kemasan tari Gunungan sebagai sajianĀ  pariwisata.
Bedaya Duradasih, Sebuah Ekspresi Budaya pada Masa Sunan Pakubuwana III-IV di Keraton Surakarta Indah Nuraini; Supriyanti Supriyanti
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 4, No 2: November 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.228 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v4i2.6452

Abstract

Bedaya Duradasih: A Cultural Expression During the time of Sunan Pakubuwana III-IV in the Surakarta Palace. Bedaya Duradasih is a form of bedaya dance created at the Surakarta Palace. Its creator was Sunan Pakubuwana IV who at that time, still had the title of Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom. Sunan Pakubuwana IV was a king who had a very significant artistic spirit, so it cannot be denied that artistic and cultural life was very flourishing during his reign. Bedaya Duradasih was one of the cultural expressions at that time. The created expression was inspired by the mood of being infatuated/falling in love with the Madurese princess. Looking at the words Duradasih and Madura can be connected with several opinions regarding the meaning of the word Duradasih. It is said that Duradasih derived from the words Dura and dasih, which mean a woman from Madura. Then it is also mentioned from the words Dara and dasih, which means girl/virgin who brings happiness. Furthermore, it is interpreted from the words Dora and dasih, which means lying for political interests at that time, which ended up with a love affair. From these descriptions, it can be concluded that Bedaya Duradasih reflects one of the cultural expressions.Keywords: bedaya; Surakarta; expression