Setelah menopause, wanita kehilangan efek protektif dari estrogen, sehingga merubah jalannya remodeling tulang dan akhirnya  terjadi  osteoporosis. T ujuan penelitian ini  untuk  mengetahui  apakah  ekstrak  kacang  tunggak  dengan  kandungan genistein didalamnya dapat  berperan sebagai fitoestrogen yang dapat  menjadi alternatif  terapi pengganti  estrogen pada tikus  yang  telah  diovarektomi.  Pada  penelitian  ini  digunakan  6  kelompok  yaitu:  1)  kelompok  tikus  normal  (K-neg),  2) kelompok  tikus  yang  di  ovarektomi  dan  dipertahankan  selama  1  bulan  (K-pos1),  3)  kelompok  tikus  yang  di  ovarektomi  dan dipertahankan selama 2 bulan (K-pos2),  4) kelompok yang diovarektomi dan dipertahankan selama 1 bulan kemudian diberi  ekstrak  kacang  tunggak  dosis  0,5  ml/kgBB (K-1),  5)  2,5  ml/kgBB (K-2),  dan  kelompok  6  dengan  dosis  5  ml/kgBB (K-3). T ulang  femur  distal  setiap  tikus  diambil  kemudian  dicat  menggunakan  Hematoxillin-Eosin.  Jumlah  osteoblas  dan  osteoklas kemudian dihitung dari 20 lapang pandang dengan perbesaran 1000x menggunakan mikroskop mikrofoto Olympus dan kemudian  dihitung  rata-ratanya.  Data  dianalisa  menggunakan  One Way  ANOVA.  Hasil menunjukkan  jumlah  osteoblas pada  pada  kelompok  tikus  yang  di  ovorektomi  selama  satu  bulan  dengan  pemberian  ekstrak  kacang  tunggak  dosis  2,5  dan 5  ml/kgBB  secara  signifikan  lebih  rendah  dibandingkan  kontrol  positif .