Suratno Suratno
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

VARIASI BULANAN GELOMBANG LAUT DI INDONESIA Roni Kurniawan; Muhammad Najib Habibie; Suratno Suratno
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.78 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v12i3.104

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, maka segala aktivitas di laut menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Fenomena laut yang sangat mempengaruhi efisiensi dan keselamatan di laut adalah gelombang tinggi, oleh karena itu diperlukan informasi tentang variasi dan karakteristik tinggi gelombang di perairan Indonesia. Gelombang laut yang paling dominan diakibatkan oleh faktor angin, maka perhitungan tinggi gelombang laut dalam kajian ini menggunakan model gelombang Windwaves-05, dimana model ini menghitung tinggi gelombang berdasarkan energi dari angin permukaan. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, variasi gelombang di perairan Indonesia berkaitan erat dengan pola angin musiman yang terjadi di wilayah Indonesia. Pada saat monsun Asia dan Australia (DJF dan JJA), rata-rata tinggi gelombang lebih tinggi dibanding pada masa peralihan (MAM dan SON) dan puncak rata-rata gelombang tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Juli. Rata-rata tinggi gelombang di wilayah perairan terbuka lebih tinggi dibandingkan dengan perairan antar pulau, kondisi ini terjadi karena adanya perbedaan panjang fetch yang terbentuk di wilayah perairan tersebut.Indonesia archipelago mostly consists of waters. All activities in the oceans become an important part of Indonesian society. One of the phenomena affects the efficiency and safety on the oceans is ocean wave heights, therefore, information about characteristics and variations of wave height is crucial to be studied. Wind wave is the most dominant factor on the ocean, so this study utilized Windwaves-05 model to produce the wave height value based on the surface wind energy. The results of this study indicate that the ocean wave variations are closely related to seasonal wind patterns over Indonesia. During the Asian and Australia monsoon (DJF and JJA), mean of wave height is higher than during the transition period (MAM and SON). Mean of the highest ocean waves occurrs on February and July. Mean of wave height on the offshore waters is higher than on the inter-islands waters, this condition caused by different fetch length.
VERIFIKASI LUARAN MODEL GELOMBANG WINDWAVES-05 DENGAN SATELIT ALTIMETER Roni Kurniawan; Donaldi Sukma Permana; Suratno Suratno; Muhammad Najib Habibie
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 14, No 3 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.422 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v14i3.166

Abstract

Di negara kepulauan seperti Indonesia, informasi tentang tinggi gelombang sangat penting untuk menunjang aktivitas di laut. Mengingat hal tersebut, akurasi prakiraan tinggi gelombang perlu mendapat perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa model prediksi gelombang laut Windwaves-05 yang digunakan BMKG sejak tahun 2004 terhadap data observasi satelit altimeter AVISO dengan menghitung nilai korelasi, kesalahan absolut, dan kesalahan relatif model selama periode tahun 2010. Dari hasil verifikasi, diperoleh nilai korelasi antara luaran model Windwaves05 dengan AVISO bervariasi diatas 0,7, dengan nilai korelasi terendah (0,77) diperoleh pada bulan Februari dan yang tertinggi pada bulan Mei (0,94), dan nilai bias absolut tinggi gelombang yang diperoleh umumnya bervariasi kurang dari 0,8 meter, serta kesalahan relatif rata-rata model sebesar 24%. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa model gelombang laut Windwaves-05 mempunyai performa yang cukup baik dan dapat digunakan untuk prakiraan tinggi gelombang di perairan Indonesia.In a maritime continent Indonesia, information about sea wave height is highly important for supporting human activities in the ocean. Therefore, the accuracy of wave height prediction must require intensive attention. This study investigated the spatial performance and accuracy of Windwaves-05 ocean model prediction that has been used by BMKG since 2004 against the altimetry satellite observation data from AVISO for 2010 by computing the linear regression correlation, absolute error and its relative error. The verification results show that the correlation is greater than 0.75 for all months of 2010, with a minimum in February (0.77) and maximum in May (0.94). The absolute error varies between 0.2 - 0.8 meter with an average relative error of 24%. These results exhibit a relatively good performance of Windwaves-05 and support its application in wave height prediction in Indonesian waters.
PEMANFAATAN DATA LUARAN MODEL PRAKIRAAN CUACA CONFORMAL-CUBIC ATMOSPHERIC MODEL (CCAM) SEBAGAI INPUT MODEL GELOMBANG WIND WAVE-05 Roni Kurniawan; Suratno Suratno; Hastuadi Harsa; Muhammad Najib Habibie; Utoyo Ajie Linarka
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 1 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13706.201 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v12i1.88

Abstract

Pada kajian ini dilakukan uji coba pemanfaatan data model cuaca CCAM untuk dijadikan sebagai input model WindWave-05. Data kondisi awal yang digunakan adalah dari data GFS, NCEP-NOAA tanggal 20 dan 23 Oktober 2010, diperoleh data angin hasil luaran model CCAM pada sigma level 1 dan  GFS pada ketinggian 10 meter untuk  prediksi 7 hari per 6 jam (dari jam ke 0 sampai 168). Adapun wilayah kajian adalah 90°-141°BT dan 15°LS–12°LU. Hasil kajian diperoleh bahwa data CCAM dapat digunakan sebagai input WindWave-05. Hasil verifikasi visual dari luaran model WindWave-05 menggunakan input data GFS dan CCAM menunjukkan kemiripan pola spasial, namun diperoleh perbedaan intensitas nilai yang cukup besar, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan pengertian level ketinggian angin yang digunakan, dimana CCAM menggunakan sigma level 1 yang berada pada kisaran nol meter, sedangkan pada GFS level ketinggian angin 10 meter. Terkait dengan ketersediaan data, output CCAM dapat dijadikan sebagai alternatif untuk input Windwave-05, akan tetapi perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memperoleh parameter angin yang lebih sesuai dan dilakukan validasi dengan data observasi. This research accomplished the utilization of the CCAM output as input data for WindWave-05 model. The initial conditions data is the GFS NCEP-NOAA at 20 and 23 October 2010, and the wind data predictions from the CCAM model at sigma level 1 and GFS at 10 meters of altitude, for 7 days per 6 hours (from 0 to 168 hours), for the corresponding time scale. The coverage area of this study is 90°-141°E and 15°S-12°N. The results  showed that CCAM output can be used as input for WindWave-05. Visual verification method showed that the outputs of WindWave-05 have similar spatial patterns when using GFS and CCAM as input. The differences occured in the output of intensity values for each dataset. This occurred due to the difference of understanding the level of altitude winds that are used. CCAM used sigma level 1 to mesure the heights in the range of zero meters, while the GFS model used 10 meters of height. The results also proved that CCAM's output can be used as an alternative data for WindWave-05. Nevertheless, it is suggested to perform further research to obtain a more suitable, verified, and validated wind parameters according to the observation data.
SIMULASI GELOMBANG EKSTRIM AKIBAT SWELL DI INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL WAVEWATCH-III Muhammad Najib Habibie; Donaldi Sukma Permana; Suratno Suratno
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v14i2.159

Abstract

Posisi Indonesia yang diapit Samudera Hindia dan Pasifik, menyebabkan wilayah ini rawan terhadap ancaman gelombang tinggi yang berasal dari kedua samudera. Salah satu keadaan ekstrim terjadi pada tanggal 17-19 Mei 2007 yang menyebabkan kerusakan infrastruktur di beberapa tempat sepanjang pantai barat Sumatera hingga selatan Nusa Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan model gelombang WAVEVATCH-III dalam mensimulasikan kejadian ini. Simulasi model dilakukan menggunakan input angin Global Forcasting System (GFS) dan batimetri US Geological Survey (USGS). Hasil simulasi diverifikasi menggunakan data ERA-Interim serta catatan media massa. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa kejadian gelombang ekstrim tanggal 17-19 Mei 2007 dipicu oleh adanya badai di Tanjung Harapan selatan Afrika. Siklon ini menyebabkan angin bertiup persisten dengan kecepatan lebihdari 22 m/s ke arah Indonesia yang berlangsung selama tanggal 9-14 Mei. Hal ini menimbulkan gelombang ekstrim dengan tinggi lebih dari 3 meter dipantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara sampai dengan Flores. Gelombang ini merupakan swell yang dibentuk oleh angin persisten tersebut dan melintasi Samudera Hindia menuju Indonesia. Verifikasi simulasi model WAVEWATCH-III berdasarkan tempat dan waktu kejadiannya menggunakan data reanalysis ERA-Interim menunjukkan korelasi sebesar 0,92-0,97 dan nilai MAE 0,13-0,45 m. Periode gelombang di daerah pantai yang tercatat berdasar simulasi ini adalah 20 detik. Panjang gelombang ratusan meter ini ketika menghantam pantai mengalami wave setup akibat gesekan dengan dasar laut sehingga menjadikan gelombang ini bersifat merusak. Selain itu pada saat gelombang ekstrim terjadi, bertepatan dengan puncak pasang surut yangmenyebabkan superposisi antara swell dan pasang surut dan menambah ketinggian swell. Indonesia lies between Hindia and Pacific ocean, it caused hight risk in extreme wave from both of them. One of extreme wave events occured on May 17-19, 2007. This event damaged many infrastructure over western coast of Sumatra until southern Nusa Tenggara. The purpose of this research is to investigate WAVEWATCH-III performance to simulate the extreme wave in Indonesia waters. 10 m of wind from Global Forcasting System (GFS) and bathimetry from US Geological Survey (USGS) used as input model to simulate the wind wave on global and regional domain during May 1-31, 2007, and than verified by ERA-Interim data. The simulation shown that these extreme wave event triggered by tropical cyclone in Cape of Hope, southern of Africa. The cyclone caused persistent wind more than 22 m/s speed and leads to Indonesia waters. This condition took place during May 4-10, 2007 and generated extreme wave more than 3 meter over the western coast of Sumatra, the southern coast of Java to Flores. The extreme wave considered as swell. The persistent wind generated wind sea and grown to swell leads to Indonesia waters across Hindian Ocean. The model has been verified by ERA-Interim reanalysis data, it has a good correlation (0,92-0,97) and MAE between 0,13-0,45 m. But the model data higher than ERA-Interim because the resolution of the model higher too. Based on the simulation, more than 20 seconds wave period recorded in coastal areas. This hundreds meters of wavelength having setup due to bottom friction, so these wave are destructive and dangerous. These event resembling with spring tide, so superposition about swell and tide caused wave setup.