Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kebutuhan Lahan TPA Sampah Berdasarkan Alternatif Skenario Pengurangan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Yuliana Sukarmawati; Ivan Agusta Farizhka; Sonya Sulistyono; Cahyadi Setya Nugraha; Robit Dahnial
Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jrsl.v6i1.31394

Abstract

The development of urban areas and the increasing number of residents causes the need for waste management infrastructure to continue to grow, one of which is the availability of dumping site or landfill. This study aims to compare landfill sites using different waste management scenarios through the application of 3Rs and composting compared to the analysis of land requirements without the application of 3Rs. Methods used in this research were field survey at TPA Tegalasri, Kabupaten Blitar, and quantification using tools Ms.Excel. The results showed that the landfill site requirement for the Tegalasri landfill in the fifth year of planning was 6.9 Ha (without 3Rs and composting) while the application of 3Rs and composting would only require 2.8 Ha. Likewise, for the 10th year, 15th year, and 20th year, the need for TPA land for a waste management system without 3R and composting is 13.2 Ha, 20.8 Ha, 29.7 Ha, while TPA land with the application of 3R and composting is 5.4 Ha, 8.6 Ha, and 12.2 Ha, respectively. The layout of the TPA land is designed based on the condition of the land slope as well as the design criteria of a sanitary landfill, which divides into Zones I, II, and III for waste dumping cells, waste processing zones, buffer zones, IPAL zones, offices, and operational roads. ABSTRAK Berkembangnya kawasan perkotaan dan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan infrastruktur pengelolaan sampah terus bertambah, salah satunya adalah kebutuhan penyediaan lahan untuk Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kebutuhan lahan TPA menggunakan skenario pengelolaan sampah yang berbeda yaitu dengan penerapan 3R dan pengomposan yang dibandingkan dengan analisis kebutuhan lahan tanpa penerapan 3R. Metode dalam penelitian ini adalah survey lapangan dengan studi kasus di TPA Tegalasri, Kabupaten Blitar serta perhitungan kuantitatif menggunakan alat bantu Ms.Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan lahan TPA Tegalasri di tahun kelima perencanaan adalah 6,9 Ha (tanpa 3R dan pengomposan) sedangkan dengan penerapan 3R serta pengomposan hanya akan membutuhkan 2,8 Ha. Demikian juga halnya untuk tahun ke-10, tahun ke-15 serta tahun ke-20 kebutuhan lahan TPA untuk sistem pengelolaan sampah tanpa 3R dan pengomposan berturut-turut yaitu 13,2 Ha, 20,8 Ha, 29,7 Ha, sedangkan kebutuhan lahan TPA dengan penerapan 3R dan pengomposan secara berturut-turut adalah 5,4 Ha, 8,6 Ha, dan 12,2 Ha. Tata letak lahan TPA dirancang dengan melihat kondisi kelerengan lahan dan prinsip desain lahan urug saniter yaitu adanya pembagian zona lahan menjadi Zona I, II dan III untuk sel penimbunan sampah, zona pemrosesan sampah, zona penyangga, zona IPAL, kantor, dan jalan operasional.
Pemberdayaan Masyarakat Kader Kesehatan Lingkungan (Kesling) Dalam Menangani Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Di Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali I Wayan Suparta; I Ketut Sutapa; Yuliana Sukarmawati
Jurnal Abdimas: Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Vol 4 No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.514 KB) | DOI: 10.30630/jppm.v4i2.839

Abstract

Desa Keliki, Kecamatan Tegallang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali terdiri dari tujuh (7) Banjar Dinas yaitu: Banjar Keliki, Banjar Triwangsa Keliki, Banjar Pacung, Banjar Salak, Banjar Sebali, Banjar Triwangsa Sebali dan Banjar Bangkiang Sidem, dengan luas wilayah 560 Ha, jumlah penduduk 4.773 jiwa dalam 1.028 kepala keluarga, saat ini telah ditetapkan sebagai salah astu Desa Wisata di Kabupaten Gianyar. Beberapa fasilitas yang ada di Desa Keliki yaitu: hotel 9 unit, villa 106 unit, restaurant 9 unit, warung 130 unit, dan minimarket 4 unit. Sampah yang dihasilkan di Desa Keliki saat adalah 7.134,35 kg/hari (profil Desa Keliki, 2021). Permasalahan sampah di Desa Keliki telah menimbulkan berbagai persoalan seperti penyebab terjadinya banjir, estetika lingkungan, dan juga masalah sosial, yang jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi masalah yang sangat serius. Permasalahan sampah adalah merupakan tanggung jawab semua pihak yaitu: Pemerintah, Masyarakat, stakeholder termasuk Perguruan Tinggi. Dalam pengelolaan sampah di Desa keliki Pemerintah Provinsi Bali telah membantu membangun tempat pengolahan sampah (TPS 3R) dari dana alokasi khusus fisik tahun 2021. Peran yang dapat diambil oleh Perguruan Tinggi untuk mengatasi permasalahan sampah ini adalah membantu masyarakat melakukan uji karakteristik sampah dan pemberdayaan masyarakat berupa pembentukan kader kesehatan lingkungan (kesling) dan pelatihan pemilahan sampah bekerjasama dengan BUMDES Yowana Bhakti Desa Keliki sebagai salah satu badan usaha milik desa sebagai pengelola persampahan di Desa Keliki. Tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan jumlah timbulan sampah yang ada di Desa Keliki, membentuk kader kesehatan lingkungan (kesling) dibawah koordinasi BUMDES dan melakukan pelatihan pemilahan sampah khusunya kepada kader kesling, sehingga sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Hasil yang diperoleh dari pengabdian ini adalah data tentang timbulan sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tagga di Desa Keliki yaitu 7,20 lt/or/hr dan terbentuknya kader kesehatan lingkungan (kesling) atau kader keberisihan Desa Keliki sebagai kader penggerak yang mampu dan terampil dalam pemilahan sampah dibawah koordinasi BUMDES Yowana Bhakti Desa Keliki.