Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Ritual Mappadendang Dalam Rangkaian Upacara Syukuran Panen Padi Pada Masyarakat Agraris Di Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (1900-2000) Mujalil Idris; Najamuddin Najamuddin; Abdul Rahman A Sakka
Phinisi Integration Review Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v5i1.31771

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Latar belakang munculnya tradisi Mappadendang di kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan, dan bagaimana pandangan masyarakat di kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene Dan Kepualauan terhadap tradisi Mappadendang (1900-2000) serta bagaimana eksistensi tradisi Mappadendang  di dalam masyarakat Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan tahun 1900-2000. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian historis dengan pendekatan sosiologis sebagai sebuah tinjauan sejarah budaya. Metode sejarah digunakan untuk mencari eksistensi tradisi Mappadendang dalam rangkaian upacara syukuran panen Padi Pada Masyarakat Agraris di Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan  Tahun 1900-2000 dengan cara mewawancarai berbagai narasumber yang mengetahui tentang bagaimana Mappadendang dalam rangkaian upacara syukuran panen padi pada masyarakat agraris di kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan (1900-2000). Hasil penelitian menujukkan bahwa antara tahun 1900 sampai 2000 Ritual Mappadendang adalah kegiatan wajib yang mesti dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Ma’rang setelah mendapat persetujuan (Komando) dari Karaeng (Arung) yang berkuasa pada saat itu, karena kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pesta panen setelah upacara Mappalili (Upacara turun sawah) karena jika tidak dilakukan akan mengakibatkan bencana baik itu alam ataupun kondisi-kondisi diluar nalar dengan kehadiran binatang-binatang yang menyerupai Anjing yang menungging (Asu Panteng) bahkan gagal panen pada masa berikutnya serta wabah penyakit yang datang silih berganti, setelah memasuki tahun 2000 sampai tahun 2020, terjadi pergeseran nilai dimana Mappadendang sudah ditinggalkan karena mulai kurangnya lahan untuk bertani diganti dengan lahan tambak, pendidikan yang mulai maju, teknologi yang berkembang pesat, sistem pemerintahan yang tidak kuat menjaga budaya dan tradisi, rendahnya ukuran komunitas serta digantinya ritual Mappadendang ini dengan ritual Mattombolo diberapa daerah yang masih memiliki banyak lahan pertanian di kecamatan Ma’rang kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan.