Daya saing dan trend diperlukan untuk melihat kemampuan kakao Indonesia bersaing di pasar internasional dan berkembang dalam jangka panjang. Kakao adalah salah satu komoditas ekspor komoditas unggulan nasional yang pada 2017 memberikan sumbangan devisa negara sebesar US$ 1,2 miliar. Tahun 2017, Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kakao terbesar ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Tahun 2015 Indonesia mengekspor biji kakao sebesar 355.321 ton atau senilai US$ 1.307.771.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ekspor kakao Indonesia ke lima negara tujuan yaitu China, Jerman, Malaysia, Singapura dan USA serta menganalisis trend ekspor kakao Indonesia untuk peramalan 5 tahun kedepan. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis data sekunder. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai dan volume ekspor dari tahun 2010-2019 yang bersumber dari uncomtrade. Metode analisis data yang digunakan yaitu RCA, EPD dan analisis trend linier.Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis komparatif metode RCA komoditas cocoa beans, cocoa butter, cocoa pasta dan cocoa powder Indonesia tahun 2010-2019 memiliki nilai RCA > 1 yang berarti mampu berdaya saing dan memiliki keunggulan komparatif di negara tujuan yaitu Malaysia, Singapura, China, Jerman dan USA. Berdasarkan analisis kompetitif dengan metode EPD, komoditas cocoa beans, cocoa butter, cocoa pasta dan cocoa powder Indonesia pada tahun 2010-2019 memiliki nilai EPD retreat dan falling star. Berdasarkan analisis trend linier, nilai ekspor cocoa beans Indonesia tahun 2020-2024 diprediksi akan terus menurun, nilai ekspor cocoa butter dan cocoa powder Indonesia tahun 2020-2024 diprediksi akan terus meningkat, dan nilai ekspor cocoa pasta Indonesia tahun 2020-2024 diprediksi akan meningkat kemudian mengalami penurunan.