Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

DISTRIBUSI MINERALOGI PASIR BESI PADA JALUR PANTAI SELATAN KEBUMEN – KUTOARJO Chusni Ansori; Sudarsono Sudarsono; Saefudin Saefudin
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 6 No. 2 (2011): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1603.665 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v6i2.109

Abstract

Mineral yang didapatkan berupa mineral magnetik dan bukan magnetik yang merupakan mineral pengotor. Mineral magnetik berupa magnetit lepas dan magnetit ikat dengan mineral olivin, piroksin, biotit, dan hornblenda. Sedangkan mineral bukan magnetik berupa kuarsa, plagioklas, K-feldspar, zirkon, rutil, dan karbonat/fosil. Pada pasir halus (ukuran 100 #) kandungan magnetit ikat serta asosiasi mineral lain yang mengandung unsur besi mencapai 37,41% sedangkan magnetit lepas 16,73%. Pada pasir kasar-sedang (ukuran 50 #) kandungan magnetit ikat 22,47% dan magnetit lepas 11,47%. Mineral magnetik sebagian besar terdapat pada pasir halus dengan ukuran +100# hingga -100#. Pola sebaran mineral bersifat magnetik pada fraksi kasar maupun halus cenderung meningkat ke arah timur (Kutoarjo). Sedangkan mineral bukan magnetik seperti kuarsa, plagioklas, k-feldspar dan zirkon semakin tinggi kandungannya ke arah barat. Perbedaan karakteristik sebaran mineral karena kontrol geologi dan proses liberasi magnetit yang berbeda.
PENENTUAN TIPE FLUIDA, GEOTERMOMETER RESERVOIR DAN HILANG PANAS ALAMIAH BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOKIMIA PANAS BUMI DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Chusni Ansori; Fitria Amalia Wardhani
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 10 No. 3 (2015): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.846 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v10i3.148

Abstract

Kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa daerah potensi panas bumi. Manifestasi fluida panas bumi teramati pada sembilan lokasi di Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Kalibening dan Kecamatan Susukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakter fluida panas bumi, temperatur reservoir dengan melakukan analisis geokimia fluida panas dan analisis kandungan anion-kation. Analisistipe dan asal fluida ditentukan berdasarkan plotting pada ternary diagram ClHCO 3 -SO 4 dan Cl-Li-B. Temperatur reservoir ditentukan berdasarkan perhitungan geotermometer NaK-Ca,K-Na-Mg dan Na-K, Berdasarkan hasil analisis, fluida panas bumi bertipe bikarbonat, klorida dan sulfat. fluida panas bumi bersumber langsung dari reservoir ataupun telah berinteraksi dengan batuan sedimen di sekitarnya. Terdapat empat reservoir panas bumi di daerah penelitian. Reservoir-1 terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banjarnegara di Desa Gumelem Susukan, suhu reservoir 81°C, potensi hilang panasalamiah 95,5 KW. Reservoir-2 berada di sekitar Kecamatan Wanayasa dan Kalibening dengan suhu reservoir berkisar 222°C- 264°C, potensi hilang panas alamiahnya 4,691 MW. Reservoir -3 berada di Dieng bagian Utara, Kecamatan Batur dengan suhu reservoir sekitar 137°C, potensi hilang panas alamiahnya 246,4 KW. Reservoir-4 berada di Dieng bagian Selatan Kecamatan Batur dengan suhu reservoir berkisar 334 °C – 374°C, potensi hilang panas alamiahnya 26,58 MW. 
Tipe Magmatik Batuan Beku Formasi Gabon di Tinggian Karangbolong, Kebumen Chusni Ansori; Fitriany A Wardhani
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 2 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v20i2.406

Abstract

Karangbolong High located in Java Southern Mountain range is dominated by volcanic rocks of Gabon Formation in the form of volcanic breccia, some intrusion bodies and lavas. Research on the type of magma at Karangbolong high has never been done. This activity is intended to know the distribution, change the type of magma and tectonic position.This research includes field sampling and laboratory work which includes petrographic analysis using polarization microscope and geochemistry analysis 4 litho ICP-WRA for major element and ICP-WRA4B2 for trace elements and REE. Results of geochemistry analysis are.plot in Total Alkali Silica (TAS) diagrams, AFM diagram , SiO2 vs FeO(t) / MgO diagram, SiO2 Vs K2O and the spider diagram.for trace elements and REE.Most of the igneous rocks at Karangbolong Region are andesite pyroxene, basaltic andesite and slightly basalt olivine. To the northward, igneous rocks are tend to more acid as reflected by the increase of SiO2, Na2O and K2O and the decreasing of MgO and Fe2O3 content. The affinity of the magma in the northern part is mostly Calc-Alkaline series (KR-18, KR-28, KR-6, KR-23) and slightly Island Arc Tholeiite as intrusion and lava at southern part (KR-33 and KR- 17). The tectonic position of rock formation resides in Island Arc Plate Margin. The Calk-alkaline magma is enriched with the light rare earth elements (LREE) compared to the Tholeiite magma, while trace element Sr, K, Rb, Ba, and Th strongly enriched in.Keywords : Karangbolong High, igneous rock, magmatic type, tectonic position
Protolith Oceanic Island Arc dari Granitoid Tipe M dan I di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah Chusni Ansori; Shaban Godang; Defry Hastria; Isyqi isyqi
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 4 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v20i4.485

Abstract

Granitoid rocks which found at Luk Ulo melange complex as rock fragments with  pale gray colour and faneritic texture. Petrogenesis and geotectonic of the granitoid is under debate. Some geologists consider as plagiogranite, which is formed from the Mid Ocean-ridge (MOR); or leucogranite which is formed from continental collision, and others argue as arc-related granitoid type.The field studies ware carried out on 5 (five) tracks around Luk Ulo River and 1 (one) track at Lokidang River. The pale grey Karangsambung granitoid is composed of the mainly  K-feldspar (34-55%), plagioclase (10-25%) and quartz (25-35%), and chemically contains SiO2 (61.25 - 66.06%); Al2O3 (13.94 – 14.61%), K2O (2.53 - 4.00%), Na2O (3.42 - 4.10%), CaO (2.32 - 4.76%), Fe2O3 total (5.85 – 8.71%), MgO (0.98 – 1.97%). The granitoid is M- and I-type that were formed at 760o - 800o C with a depth of about 20-30 km, resulting from the differentiation of magma from a fragment origin of the K-enriched oceanic island arc originating from drifting of the IAB fragment. The sample of basalt 17D has a relatively high of Nb/Ta ratio (20), low Rb (<2 ppm), low Ba (17 ppm), and is interpreted as interacting with MORB mantle magma containing rutile-melt;whereas quartz monzonite (17A) has a relatively low of Zr/Sm ratio (3.86), which is indicated to have been contaminated by a carbonatite magma. The spidergram pattern of mantle metagabbro (sample no. 13) similar with the basalt from IAB-Bransfield Strait (Antarctica). Results of a comprehensive geochemical study proposes that the current condition of the Karangsambung zone is part of geotectonic of ACM-Eurasia, that composed of a combination of four rock fragments, i.e. (a) the rocks which sourced from IAB fragments, (b) mantle MORB, (c) continental crust from the origin of ACM-Eurasia, (d) the origin fragment from carbonatite magma.Keyword: Luk Ulo Melange Complex, pale grey granitoid, Island-arc granitoid, M  and I-type granitoid
IDENTIFIKASI AKUIFER BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK SUSUNAN SCHLUMBERGER DI KECAMATAN PEJAGOAN, KEBUMEN Nandian Mareta Hermawan; Chusni Ansori
Wahana Fisika Vol 4, No 1 (2019): June
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/wafi.v4i1.14303

Abstract

IDENTIFIKASI AKUIFER BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK SUSUNAN SCHLUMBERGER DI KECAMATAN PEJAGOAN, KEBUMENNandian Mareta1*, Chusni Ansori11Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, LIPI, Jl. Kebumen-Karangsambung KM 19, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah *Penulis Penanggungjawab. E-mail: nand015@lipi.go.id /nandianthea@gmail.com ABSTRAKIdentifikasi airtanah menggunakan metode geolistrik susunan Schlumberger telah dilaksanakan di kecamatan Pejagoan, Kebumen. Pejagoan ini merupakan salah satu kecamatan di Kebumen yang cukup cepat perkembangan penduduknya, sehingga kebutuhan sumberdaya air juga meningkat. Setiap musim kemarau resiko kekurangan air selalu terjadi di bagian utara wilayah kecamatan. Penelitian tentang potensi airtanah dalam masih jarang dilakukan, sehingga dilakukanlah kegiatan ini. Susunan Schlumberger merupakan salah satu metode dalam geolistrik untuk mengetahui variasi litologi bawah permukaan melalui perbedaan tahanan jenis batuan. Pengukuran geolistrik dilakukan di 13 lokasi secara sounding, panjang bentangan rata-rata 200-250 meter, dengan kedalaman yang dihasilkan antara 65 meter sampai 140 meter. Berdasarkan nilai tahanan jenis, dapat diinterpretasikan litologi yang dijumpai berupa soil, batu lempung tufaan basah, batupasir tufaan basah, batupasir tufaan kering, batu gamping dan tufa kering. Soil terdapat pada lapisan paling atas, dengan kedalaman 10 meter, ditandai dengan nilai tahanan jenis yang tidak sepenuhnya stabil. Batulempung tufan basah mempunyai nilai tahanan jenis kecil (kurang dari 20 ohmmeter). Batupasir tufan basah dengan nilai tahanan jenis 20-100 ohmmeter. Batupasir tufan kering dan batugamping nilai tahanan jenis antara 100 – 1.000 ohmmeter, sedangkan nilai tahanan jenis sangat besar (2.000 ohmmeter) diinterpretasikan sebagai tufa kering. Litologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer setengah permeabel adalah batulempung tufaan basah dan batupasir tufaan basah.  Batulempung tufaan basah berada pada kedalaman 9 - 16 m, banyak mengalami kekar sehingga dimungkinkan sebagai akuifer dangkal.  Batupasir tufaan basah, pelamparannya lebih luas dapat berfungsi sebagai akuifer pada kedalaman 52 m dengan ketebalan 38 m. Sedangkan sebagai akuifer dangkal terdapat pada kedalaman 4 meter sampai 13 meter. Potensi air tanah pada akuifer dangkal sangat dipengaruhi oleh kondisi musim.Kata Kunci: Geolistrik, susunan Schlumberger, vertical electrical sounding, akuifer ABSTRACT Groundwater identification using the Schlumberger arrangement geoelectric method has been carried out in Pejagoan sub-district, Kebumen. Pejagoan is one of the sub-districts in Kebumen which has a fairly rapid development of its population, so that water resource needs are also increasing. Every dry season the risk of water shortages always occurs in the northern part of the sub-district. Research on the potential of deep groundwater is still rare, so this activity is carried out. Schlumberger arrangement is one of the geoelectric methods to determine subsurface lithology variations through different types of rock resistance. Geoelectric measurements were carried out in 13 locations by sounding, with an average stretch of 200-250 meters, with a depth of between 65 meters and 140 meters. Based on the type of resistivity value, it can be interpreted as lithology found in soil, wet tuff claystone, wet tuff sandstone, dry tuff sandstone, limestone and dry tuff. Soil is found in the uppermost layer, with a depth of 10 meters, which is characterized by a value of type resistance that is not completely stable. Wet tuff claystone has a small resistance value (less than 20 ohmmeter). Wet tuff sandstones with resistivity values of 20-100 ohmmeter. Dry tuff sandstones and limestone type resistivity values between 100 - 1,000 ohmmeter, while very large resistance values ( 2,000 ohmmeter) are interpreted as dry tuffs. The lithology that can function as a semi-permeable aquifer is wet tuff claystone and wet tuff sandstone. Wet tuff claystone is at a depth of 9-16 m, has a lot of strength so it is possible as a shallow aquifer. Wet tuff sandstones, wider dispersion can function as aquifers at a depth of 52 m with a thickness of 38 m. Whereas as a shallow aquifer there is a depth of 4 meters to 13 meters. The potential of groundwater in shallow aquifers is strongly influenced by seasonal conditions. Keywords: Geoelectric, Schlumberger arrangement, vertical electrical sounding, aquifer