Ary Widiyanto
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar KM. 4, Po. BOX. 5 Ciamis 46201 tlp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866 Jawa Barat

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

SIFAT FISIK KAYU MANGLID (Manglieta glauca) Bl.) PADA ARAH AKSIAL DAN RADIAL Siarudin, M; Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2926.749 KB)

Abstract

Penelitian mengenai karakteristik sifat fisik kayu manglid (Manglieta glauca Bl.) dan variasinya pada arah aksial dan radial batang telah dilakukan. Sampel kayu manglid dari hutan rakyat desa Sodonghilir, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat diambil sejumlah 3 pohon, masing-masing diambil sampel 3 titik pada arah aksial dan radial batang. Parameter-parameter sifat fisika kayu yang diukur adalah kerapatan kayu, kadar air segar, kadar air kering udara, dan perubahan dimensi kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu manglid memiliki kadar air segar rata-rata 168,77%, kadar air kering udara 14,63%, berat jenis pada volume segar 0,35, berat jenis pada volume kering udara 0,36 dan berat jenis pada volume kering tanur 0,38. Berdasarkan sifat perubahan dimensinya, kayu manglid memiliki nilai penyusutan pada arah longitudinal 1,51%, penyusutan arah radial 4,08%, penyusutan arah tangensial 5,84%, serta rasio penyusutan tangensial dan radial 1,54. Sifat fisik kayu manglid pada arah aksial dan radial bervariasi untuk kadar air segar dan berat jenis, sedangkan kadar air kering udara, dan perubahan dimensinya relatif seragam. Kadar air segar kayu manglid pada arah aksial memiliki pola sebaran meningkat dari arah pangkal ke tengah batang, kemudian menurun pada bagian ujung. Sementara pada arah radial, pola sebaran kadar air segarnya adalah menurun secara konsisten dari arah dekat empulur ke arah sisi. Berat jenis kayu manglid pada arah aksial memiliki pola sebaran menurun dari bagian pangkal ke tengah batang, kemudian meningkat pada bagian ujung. Pola sebaran berat jenis pada arah radial meningkat secara konsisten dari bagian dekat empulur ke arah kulit kayu.
SIFAT FISIKOKIMIA MINYAK KAYU PUTIH JENIS Asteromyrtus brasii Widiyanto, Ary; Siarudin, Mohamad
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 4 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asteromyrtus brasii merupakan salah jenis tumbuhan penghasil kayu putih yang banyak ditemukan di Taman Nasional (TN) Wasur, Merauke, Papua. Namun demikian, informasi mengenai kandungan kimia dan sifat fisik (kualitas) minyak kayu putih yang dihasilkan dari spesies tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan kimia dan sifat fisik minyak kayu putih yang disuling dari daun A. Brasii yang tumbuh di TN Wasur. Analisis kandungan kimia minyak atsiri dilakukan pada  sampel  daun  dengan  metode Gas  Chromatography dan Mass  Spectrometer (metode  GC-MS). Analisis sifat fisik dilakukan pada minyak kayu putih yang diperoleh melalui penyulingan daun A. brasii dengan metode uap. Kualitas minyak kayu putih dari jenis A. brasii tidak memenuhi persyaratan kualitas minyak kayu putih menurut SNI 06-3954-2006 karena memiliki berat jenis kurang dari 0,9 dan putaran optik 9,8. Hasil analisis dengan GC-MS menunjukkan ada 29 puncak, 5 puncak dengan intensitas tinggi diidentifikasi sebagai senyawa 1,8 cineole (kelimpahan 34,88%), Trans-Beta-Ionon-5,6- Epoxide (21,26%), Formamide (CAS) Methanamide (11,20%), Acetic acid (CAS) Ethylic acid (8,14%) dan Alpha pinene (4,39%).
KUALITAS PAPAN PARTIKEL KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus Kurz) DENGAN PEREKAT LIKUIDA KAYU Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2400.868 KB)

Abstract

Pemakaian perekat alami likuida kayu (wood liquids adhesive) dengan campuran kayu karet dan bambu tali dimaksudkan sebagai upaya pemanfaatan limbah kayu karet dan bambu tali, di samping sebagai substitusi perekat sintetis. Dalam penelitian ini digunakan analisis faktorial 3 x 3 dalam rancangan acak lengkap dengan dua kali ulangan. Faktor-faktor yang diteliti adalah jenis partikel (karet, bambu tali dan campurannya dengan perbandingan 50 : 50 berdasarkan berat kering tanur) dan kadar perekat (10%, 15% dan 20%). Hasil penelitian menunjukan bahwa perekat likuida kayu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pH kurang dari 1, viskositas sebesar 2,03 poise, kadar padat perekat 91%, waktu gelatinasi (90) 9 menit 48 detik, berat jenis 1,153 dan warna perekat hitam. Berdasarkan ciri tersebut, perekat likuida kayu belum memenuhi syarat SNI 06-0121-1987 untuk perekat phenol formaldehida. Papan partikel campuran kayu karet dan bambu tali memiliki kerapatan 0,83 g/cm3, kadar air 6,9%, pengembangan tebal 19%, daya serap air 28%, MOE 10540 kgf/cm2, MOR 258 kgf/cm2, dan Internal Bond (IB) 2,2 kgf/cm2. Berdasarkan ciri tersebut, papan partikel tersebut belum memenuhi syarat SNI 03-2105-1996 untuk papan partikel berkerapatan sedang (medium density particle board). 
KARAKTERISTIK PENGUAPAN AIR DAN KUALITAS MINYAK PADA DAUN KAYU PUTIH JENIS Asteromyrtus symphyocarpa Siarudin, Mohamad; Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.786 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik penguapan air daun kayu putih pada berbagai kelas pertumbuhan pohon dan kualitas minyak yang dihasilkan dari jenis Asteromyrtus symphyocarpa. Sejumlah 9 pohon yang mewakili tingkat pertumbuhan (3 pohon, 3 tiang dan 3 pancang) diambil sebagai sampel dari area Taman Nasional (TN) Wasur, Merauke. Masing-masing sampel pohon diambil 3 cabang yang mewakili cabang rimbun, sedang dan kurang rimbun. Masing-masing cabang diukur berat segarnya, dan diukur pengurangan beratnya sebagai penguapan air selama 5 hari berturut-turut. Penyulingan dilakukan di ketel dengan metode uap, dengan kapasitas ketel 12 kg daun kayu putih segar yang diulang sebanyak 5 ulangan. Penyulingan berlangsung selama 4-5 jam, dan setiap 30 menit minyak kayu putih hasil penyulingan dikumpulkan secara kumulatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat tiang memiliki berat daun segar tertinggi yaitu 163,56 g/cabang, disusul tingkat pohon dan pancang dengan berat daun segar masing-masing 160,22 g/cabang dan 142,33 g/cabang. Tingkat pohon memiliki rata-rata laju penguapan air daun tertinggi yaitu 7,89 g/hari, sementara pada tingkat pancang dan tiang berturut-turut hanya 6,47 g/hari dan 6,28 g/hari. Minyak kayu putih memiliki rendemen 0,33%, berat jenis 0,912, indeks bias 1,459, kelarutan dalam alkohol 1:1, putaran optik -2.1 dan kadar sineol 80%. Kualitas minyak kayu putih secara keseluruhan dari daun pohon Asteromyrtus symphiocarpa bisa memenuhi standar (SNI 06-3954-2006) dan termasuk kelas utama(U).
KUALITAS PAPAN KAYU MANGLID (Manglieta glauca Bl.) PADA DUA POLA PENGGERGAJIAN Siarudin, Mohamad; Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 1 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2775.371 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas papan gergajian manglid (Manglieta glauca Bl.) dari dua pola penggergajian berdasarkan karakteristik cacat bentuk dan cacat terpisahnya serat. Sampel yang digunakan adalah log manglid yang berasal dari hutan rakyat Desa Sodonghilir, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya. Sejumlah 35 papan gergajian dari masing-masing pola penggergajian satu sisi dan pola penggergajian semi perempatan diambil sebagai contoh uji pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis cacat bentuk yang terjadi pada papan gergajian manglid dari kedua pola penggergajian adalah cacat memuntir (55,91 %), cacat melengkung (53,57 %) dan cacat membusur (41,35 %). Sedangkan jenis cacat terpisahnya serat yang terjadi adalah cacat pecah tertutup (18,25 %), pecah terbuka (14,13 %) dan belah (2,82 %). Perbedaan nyata antara papan dari kedua pola penggergajian terjadi pada jenis cacat membusur dan memuntir. Sementara pada jenis cacat melengkung, pecah tertutup, pecah terbuka, dan belah relatif seragam antara dua pola penggergajian. Papan dari pola penggergajian satu sisi memiliki cacat membusur dan persentase gubal yang lebih kecil dari pola semi perempatan, tetapi memiliki cacat melengkung yang lebih besar. Berdasarkan kriteria cacat bentuk dan terpisahnya serat, papan dari pola satu sisi memiliki kualitas lebih baik serta lebih banyak yang memenuhi standarmutu berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
KUALITAS PAPAN KAYU MANGLID (Manglieta glauca Bl.) PADA DUA POLA PENGGERGAJIAN Siarudin, Mohamad; Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 1 (2012):
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2012.30.1.10-16

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas papan gergajian manglid (Manglieta glauca Bl.) dari dua pola penggergajian berdasarkan karakteristik cacat bentuk dan cacat terpisahnya serat. Sampel yang digunakan adalah log manglid yang berasal dari hutan rakyat Desa Sodonghilir, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya. Sejumlah 35 papan gergajian dari masing-masing pola penggergajian satu sisi dan pola penggergajian semi perempatan diambil sebagai contoh uji pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis cacat bentuk yang terjadi pada papan gergajian manglid dari kedua pola penggergajian adalah cacat memuntir (55,91 %), cacat melengkung (53,57 %) dan cacat membusur (41,35 %). Sedangkan jenis cacat terpisahnya serat yang terjadi adalah cacat pecah tertutup (18,25 %), pecah terbuka (14,13 %) dan belah (2,82 %). Perbedaan nyata antara papan dari kedua pola penggergajian terjadi pada jenis cacat membusur dan memuntir. Sementara pada jenis cacat melengkung, pecah tertutup, pecah terbuka, dan belah relatif seragam antara dua pola penggergajian. Papan dari pola penggergajian satu sisi memiliki cacat membusur dan persentase gubal yang lebih kecil dari pola semi perempatan, tetapi memiliki cacat melengkung yang lebih besar. Berdasarkan kriteria cacat bentuk dan terpisahnya serat, papan dari pola satu sisi memiliki kualitas lebih baik serta lebih banyak yang memenuhi standarmutu berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
KUALITAS PAPAN PARTIKEL KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) DAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus Kurz) DENGAN PEREKAT LIKUIDA KAYU Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2400.868 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.4.301-311

Abstract

Pemakaian perekat alami likuida kayu (wood liquids adhesive) dengan campuran kayu karet dan bambu tali dimaksudkan sebagai upaya pemanfaatan limbah kayu karet dan bambu tali, di samping sebagai substitusi perekat sintetis. Dalam penelitian ini digunakan analisis faktorial 3 x 3 dalam rancangan acak lengkap dengan dua kali ulangan. Faktor-faktor yang diteliti adalah jenis partikel (karet, bambu tali dan campurannya dengan perbandingan 50 : 50 berdasarkan berat kering tanur) dan kadar perekat (10%, 15% dan 20%). Hasil penelitian menunjukan bahwa perekat likuida kayu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pH kurang dari 1, viskositas sebesar 2,03 poise, kadar padat perekat 91%, waktu gelatinasi (90) 9 menit 48 detik, berat jenis 1,153 dan warna perekat hitam. Berdasarkan ciri tersebut, perekat likuida kayu belum memenuhi syarat SNI 06-0121-1987 untuk perekat phenol formaldehida. Papan partikel campuran kayu karet dan bambu tali memiliki kerapatan 0,83 g/cm3, kadar air 6,9%, pengembangan tebal 19%, daya serap air 28%, MOE 10540 kgf/cm2, MOR 258 kgf/cm2, dan Internal Bond (IB) 2,2 kgf/cm2. Berdasarkan ciri tersebut, papan partikel tersebut belum memenuhi syarat SNI 03-2105-1996 untuk papan partikel berkerapatan sedang (medium density particle board).
KESESUAIAN LAHAN UNTUK SISTEM AGROFORESTRY DI KABUPATEN PURWOREJO BERDASARKAN POTENSI PERTANIAN SETEMPAT Widiyanto, Ary; ., Suhartono
Agricore Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sektor pertanian berkontribusi sekitar 31% pada pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Purworejo. Meskipun demikian, pada beberapa tahun terakhir terjadi alih guna lahan pertanian menjadi non-pertanian. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan ekstensifikasi lahan pertanian di lahan hutan atau disebut agroforestry. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian lahan untuk agroforestry dengan mempertimbangkan potensi pertanian dan produk unggulan setempat. Metode yang digunakan adalah dengan pengecekan lokasi (ground check) dan menggunakan Sistem Informasi Geografis menggunakan software Arc GIS. Hasil penelitian menunjukan, di kabupaten Purworejo, sekitar 7.731 ha atau 7,47% termasuk kategori sesuai dan sekitar 5.715 atau 5,56% termasuk kategori sedang untuk pengembangan agroforestry. Lokasi terluas untuk pengembangan agroforestry adalah di Kecamatan Kemiri dengan area seluas 2.578 ha. Produk pertanian unggulan setempat yang direkomendasikan adalah kambing etawa (PE) dalam pola agrosilvopasture, tanaman penghasil obat (temulawak, kajibeling, lempuyang) dibawah tegakan pinus dalam pola silvofarmaka, dan papaya, manggis, dan durian dikombinasikan kayu sengon (Paraserianthes falcataria) dalam pola agrosilvikultur. Kata kunci: Agroforestry, kesesuaian lahan, potensi pertanian, produk unggulan
SIFAT FISIK KAYU MANGLID (Manglieta glauca) Bl.) PADA ARAH AKSIAL DAN RADIAL Siarudin, M; Widiyanto, Ary
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2012.30.2.135-143

Abstract

Penelitian mengenai karakteristik sifat fisik kayu manglid (Manglieta glauca Bl.) dan variasinya pada arah aksial dan radial batang telah dilakukan. Sampel kayu manglid dari hutan rakyat desa Sodonghilir, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat diambil sejumlah 3 pohon, masing-masing diambil sampel 3 titik pada arah aksial dan radial batang. Parameter-parameter sifat fisika kayu yang diukur adalah kerapatan kayu, kadar air segar, kadar air kering udara, dan perubahan dimensi kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu manglid memiliki kadar air segar rata-rata 168,77%, kadar air kering udara 14,63%, berat jenis pada volume segar 0,35, berat jenis pada volume kering udara 0,36 dan berat jenis pada volume kering tanur 0,38. Berdasarkan sifat perubahan dimensinya, kayu manglid memiliki nilai penyusutan pada arah longitudinal 1,51%, penyusutan arah radial 4,08%, penyusutan arah tangensial 5,84%, serta rasio penyusutan tangensial dan radial 1,54. Sifat fisik kayu manglid pada arah aksial dan radial bervariasi untuk kadar air segar dan berat jenis, sedangkan kadar air kering udara, dan perubahan dimensinya relatif seragam. Kadar air segar kayu manglid pada arah aksial memiliki pola sebaran meningkat dari arah pangkal ke tengah batang, kemudian menurun pada bagian ujung. Sementara pada arah radial, pola sebaran kadar air segarnya adalah menurun secara konsisten dari arah dekat empulur ke arah sisi. Berat jenis kayu manglid pada arah aksial memiliki pola sebaran menurun dari bagian pangkal ke tengah batang, kemudian meningkat pada bagian ujung. Pola sebaran berat jenis pada arah radial meningkat secara konsisten dari bagian dekat empulur ke arah kulit kayu.
FACTORS INFLUENCING FARMERS DECISION IN COMMUNITY-BASED FOREST MANAGEMENT PROGRAM, KPH CIAMIS, WEST JAVA Widiyanto, Ary
Indonesian Journal of Forestry Research Vol. 6 No. 1 (2019): Indonesian Journal of Forestry Research
Publisher : Association of Indonesian Forestry and Environment Researchers and Technicians

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59465/ijfr.2019.6.1.1-16

Abstract

Community Based Forest Management program through Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) scheme has been implemented in Perhutani forest in Java since 2001. The program has been developed to alleviate rural poverty and deforestation as well as to tackle illegal logging. However, there was very limited information and evaluation on activities of the program available especially in remote area/regencies, including Ciamis. This paper studies the socio-economic, geographical and perceptional factors influencing farmers decision to join PHBM program, farmers selection criteria for the crops used in the program, and farmer decision to allocate their time in the program. It also examines the costs and income related to the program and how the program land was allocated between different farmers groups and within the farmers groups as well as the perceptions of the state company’s (Perhutani) staff members on the program. Deductive approach was used with quantitative and qualitative methods. Quantitative data were collected through questionnaires from 90 respondents at three farmer groups from 3 villages, 30 respondents of each group respectively. Cross tabulation and descriptive statistical analysis were used to analyse quantitative data. Qualitative data were collected through interviewing of 9 key informants, three informants of each farmer group respectively, and two Perhutani’s staff. Results showed that PHBM program contributed to about 26.9% to community’s monthly income. The program introduced benefit-sharing system and accommodated community initiatives. Perhutani’s support was illustrated by freedom of choice of community in selecting the sharing area (land allocated for farmer to manage) and the planted crops.