Irawan Irawan
Universitas Negeri Malang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peran Tradisi “Pencak” sebagai implementasi budaya lokal dalam bingkai kehidupan masyarakat Pujon Khoirul Umam; Irawan Irawan
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 1 No. 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.461 KB) | DOI: 10.17977/um063v1i4p517-527

Abstract

Budaya lokal merupakan konsep dari tradisi yang bersumber dari kegiatan ataupun ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat dalam satu wilayah tertentu, atau budaya lokal juga dapat dikatakan sebagai suatu identitas yang melekat pada suatu daerah. Daerah Pujon merupakan salah satu daerah dengan beberapa tradisi atau budaya lokal yang terdapat di dalamnya salah satunya yakni tradisi pencak, yang merupakan tradisi atau budaya lokal dari masyarakat Pujon yang mengadopsi tradisi pencak silat namun dengan versi tradisional dengan perlengkapan-perlengkapan dan aspek-aspek tertentu di dalamnya. Urgensi dan tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan dari tradisi pencak tradisional ini dalam kehidupan masyarakat Pujon, selain itu kajian atau artikel ini juga ditujukan untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam proses pencak itu sendiri. Dalam penyusunan artikel ini penulis menerapkan metode kualitatif, yakni dengan mengadakan riset sederhana mengenai topik bahasan yang akan dibahas dalam artikel ini, melalui observasi, wawancara dan studi pustaka untuk mencari sumber literatur yang dapat menunjang proses pengembangan topik dari artikel ini, baik literatur secara online maupun offline. Dari hasil analisis yang sudah dilakukan mengenai topik bahasan ini, dapat diketahui bahwa dengan adanya tradisi pencak ini membuat masyarakat menjadi lebih mencintai budayanya melalui pelestarian budaya yang selalu dijaga, selain itu dalam tradisi pencak ini juga terdapat beberapa aspek yang ada dalam masyarakat, baik dari aspek sosial, ekonomi, kepercayaan dan yang lainnya, dimana aspek-aspek ini saling berkesinambungan dalam tradisi pencak tersebut.
Upaya pelestarian kesenian Bantengan di wilayah Prigen Kabupaten Pasuruan (dalam perspektif tindakan sosial Max Weber) Desi Nur Afifah; Irawan Irawan
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 1 No. 5 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.557 KB) | DOI: 10.17977/um063v1i5p547-557

Abstract

Bantengan art is an art featuring dance, music, or spells with magical and philosophical nuances. This art is a development of the art of pencak silat which finally stood alone as a typical culture of East Java. In 2019, Bantengan art was designated as an Intangible Cultural Heritage by the Ministry of Education and Culture with the category of performing arts represented by Pasuruan Regency and Batu City. The development of bantengan art cannot be separated from the role of the community, especially associations and cultural actors. As discussed in this research, the researcher tries to describe how the efforts to preserve banteng art in the Prigen area were analyzed using descriptive qualitative methods. The research subjects were members of the Bantengan Budi Mulyo group and the community who were selected using purposive sampling technique. The results showed that the activities carried out by Budi Mulyo Bantengan Group were classified as directed, organized, and of social value. This is in accordance with the theory of social action put forward by Max Weber where an action has a meaning or subjective meaning that is directed to the actions of others. The research also found that Budi Mulyo's bantengan group acts as a unifying tool for people who love and want to preserve Bantengan art in the Prigen area. Kesenian Bantengan merupakan seni yang menampilkan tarian, musik, atau mantra bernuansa magis dan filosofis. Kesenian ini merupakan pengembangan dari kesenian pencak silat yang akhirnya berdiri sendiri sebagai sebuah kebudayaan khas Jawa Timur. Pada tahun 2019, kesenian Bantengan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kategori seni pertunjukkan diwakili oleh Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu. Berkembangnya kesenian bantengan tidak lepas dari peran masyarakat, terutama paguyuban dan pelaku budaya. Seperti yang dibahas dalam penelitian ini, dimana peneliti berusaha mendeskripsikan bagaimana upaya pelestarian kesenian bantengan di wilayah Prigen yang dianalisis menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah anggota kelompok Bantengan Budi Mulyo dan masyarakat yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Bantengan Budi Mulyo tergolong terarah, terorganisir, serta bernilai sosial. Hal ini sesuai dengan teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber dimana suatu tindakan yang memiliki makna atau arti subjektif yang diarahkan kepada tindakan orang lain. Dari penelitian ditemukan pula bahwa kelompok Bantengan Budi Mulyo berperan sebagai alat pemersatu masyarakat yang mencintai dan ingin melestarikan seni Bantengan di kawasan Prigen.
Eksistensi tradisi Sekaten di Yogyakarta terhadap integerasi dalam beragama di masyarakat Kecamatan Godomanan, Kotamadya Yogyakarta, Provinsi DIY, tahun 2020 Muhammad Kresna Dutayana; Irawan Irawan
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) Vol. 1 No. 5 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.003 KB) | DOI: 10.17977/um063v1i5p614-627

Abstract

In the Sekaten tradition, it has a cause and effect from the existence of integration in society, in which the existence of the Sekaten tradition in Yogyakarta is there an influence on integration in religion and diversity in Yogyakarta society. This article in its discussion uses qualitative research, using data triangulation techniques with observation, interviews, and documentation. Sampling using quota sampling, to 20 residents from Godomanan District. From the results obtained, it is explained that the Sekaten tradition can create integration in religion and diversity in society. Dalam tradisi Sekaten mempunyai sebab akibat dari adanya integrasi dalam masyarakat, yang mana eksistensi tradisi Sekaten di Yogyakarta apakah ada pengaruh terhadap integrasi dalam beragama maupun keberagamaan di masyarakat Yogyakarta. Artikel ini dalam pembahasannya menggunakan penelitian kualitatif, menggunakan teknik triangulasi data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengambilan sampel menggunakan quota sampling, kepada 20 warga dari Kecamatan Godomanan. Dari hal hasil yang didapatkan menjelaskan jika tradisi Sekaten ini bisa menciptakan integrasi dalam beragama maupun keberagamaan di masyarakat.