Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Probabilitas Autage Dari Alamouti Stbc Untuk Sistem Miso 2x1 Dan 2x2 Mimo Pada Kanal Slow Fading Rayleigh Wijayanto, Bambang
Proceedings Konferensi Nasional Sistem dan Informatika (KNS&I) 2015
Publisher : Proceedings Konferensi Nasional Sistem dan Informatika (KNS&I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.878 KB)

Abstract

MIMO adalah singkatan dari Multiple Input Multiple Output. Teknologi ini diperkenalkan kali pertama oleh seorang ahli dari Bell Laboratories pada tahun 1984. Dengan teknologi MIMO, sebuah receiver atau transmitter menggunakan lebih dari satu antena, tujuannya adalah untuk menjadikan sinyal pantulan sebagai penguat sinyal utama sehingga tidak saling menggagalkan. MIMO juga memilki kelemahan, yaitu adanya waktu interval yang menyebabkan adanya sedikit delay pada antena saat mengirimkan sinyal, meskipun pengiriman sinyalnya sendiri lebih cepat. Waktu interval ini terjadi karena adanya proses dimana system harus membagi sinyal mengikuti jumlah antena yang dimiliki oleh perangkat MIMO yang jumlahnya lebih dari satu. Dalam sistemnya, MIMO tidak hanya menggunakan satu antena tetapi menggunakan dua atau lebih banyak (jamak) baik pada pemancar maupun penerimanya. Dengan menggunakan antena jamak tersebut mengakibatkan kinerja menjadi lebih baik, hal tersebut dapat dibandingkan dengan sistem Singel Input Singel Output (SISO). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk peningkatan efektivitas layanan dan keunggulan layanan komunikasi data dan seluler. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari kerangka berpikir metodologi penelitian sistem informasi yaitu dimulai dari tahap eksplorasi konsep, analisis, pengumpulan dan analisis data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian maka didapatkan bahwa semakin banyak antenna maka kapasitas sistem akan semakin besar pula..
PREDICTION OF CUMULONIMBUS (CB) CLOUD BASED ON INTEGRATED FORECAST SYSTEM (IFS) OF EUROPEAN MEDIUM-RANGE WEATHER FORECAST (ECMWF) IN THE FLIGHT INFORMATION REGION (FIR) OF JAKARTA AND UJUNG PANDANG Rais, Achmad Fahruddin; Setiawan, Fani; Yunita, Rezky; Meinovelia, Erika; Soenardi, Soenardi; Fadli, Muhammad; Wijayanto, Bambang
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v21i2.4100

Abstract

This study was focused on cumulonimbus (Cb) cloud prediction based on Integrated Forecast System (IFS) European Medium-Range Weather Forecast (ECMWF) model in the Flight Information Region (FIRs) Jakarta and Ujung Pandang. The Cb cloud prediction was calculated using convective cloud cover (CC) of the precipitation product. The model predictability was examined through categorical verification. The Cb cloud observation was based on brightness temperature (BT) IR1 and brightness temperature difference (BTD) IR1-IR2. The results showed that CC 50%' predictor was the best predictor to estimate the Cb cloud. The study in the period other than 2019 is suggested for the next research because Indian Ocean Dipole (IOD) is extreme that may affect the Cb cloud growth in the study area.
Analisis Tailwind Penyebab Go-Around pada 38 Bandara di Indonesia dalam Periode Januari-Februari 2020 Rais, Achmad Fahruddin; Wijayanto, Bambang; Meinovelia, Erika
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 32 No. 2 (2020): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v32i2.1546

Abstract

Studi ini berfokus pada analisis tailwind penyebab go-around pada 38 bandara di Indonesia dalam periode Januari-Februari 2020. Dalam studi ini dilakukan perbandingan tailwind laporan pilot, tailwind observasi permukaan (10 m), dan tailwind pada ketinggian 1000 ft untuk mengetahui akurasi tailwind yang dilaporkan oleh pilot. Literatur menyebutkan bahwa angin kecepatan tinggi di troposfer bawah berkaitan dengan wind gust yang berasal dari awan cumulonimbus (Cb). Dengan dasar tersebut maka dilakukan analisis perbandingan laporan pilot terhadap keberadaan awan Cb sampai sejauh 40 km dari runway in use dengan menggunakan kombinasi kriteria brightness temperature difference (BTD) kanal IR1-IR2 dan brightness temperature (BT) kanal IR1 citra satelit Himawari-8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tailwind laporan pilot lebih besar daripada tailwind angin permukaan dan 1000 ft, serta kebanyakan tailwind laporan pilot tersebut berkaitan dengan potensi wind gust yang muncul dari awan Cb baik di sekitar atau di luar runway.Kata kunci: Cumulonimbus, go-around, tailwind, wind gust. AbstractAn Analysis of Go-Around-Causing Tailwind at 38 Airports in Indonesia in the Period of January-February 2020: This study focused on analyzing the tailwind that causing go-around at 38 airports in Indonesia in the period of January to February 2020. We made a tailwind comparison of the pilot report, surface observation (10 m), and observation of 1000 ft to determine the accuracy of the tailwind reported by the pilot. The literature stated that high-speed winds in the lower troposphere were related to wind gust coming from cumulonimbus (Cb) clouds, so we compared pilot report to the presence of Cb clouds as far as 40 km from the runway in use by using a combination of brightness temperature difference (BTD) IR1-IR2 channels and brightness temperature (BT) IR1 channel of Himawari-8 satellite imagery. The results showed that the tailwind of the pilot report was larger than the tailwind of surface and 1000 ft observations and most of the tailwind was related to the potential wind gust that emerged from the Cb clouds either around or outside the runway.Keywords: Cumulonimbus, go-around, tailwind, wind gust.
Analisis Tailwind Penyebab Go-Around pada 38 Bandara di Indonesia dalam Periode Januari-Februari 2020 Rais, Achmad Fahruddin; Wijayanto, Bambang; Meinovelia, Erika
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 32 No. 2 (2020): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v32i2.1546

Abstract

Studi ini berfokus pada analisis tailwind penyebab go-around pada 38 bandara di Indonesia dalam periode Januari-Februari 2020. Dalam studi ini dilakukan perbandingan tailwind laporan pilot, tailwind observasi permukaan (10 m), dan tailwind pada ketinggian 1000 ft untuk mengetahui akurasi tailwind yang dilaporkan oleh pilot. Literatur menyebutkan bahwa angin kecepatan tinggi di troposfer bawah berkaitan dengan wind gust yang berasal dari awan cumulonimbus (Cb). Dengan dasar tersebut maka dilakukan analisis perbandingan laporan pilot terhadap keberadaan awan Cb sampai sejauh 40 km dari runway in use dengan menggunakan kombinasi kriteria brightness temperature difference (BTD) kanal IR1-IR2 dan brightness temperature (BT) kanal IR1 citra satelit Himawari-8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tailwind laporan pilot lebih besar daripada tailwind angin permukaan dan 1000 ft, serta kebanyakan tailwind laporan pilot tersebut berkaitan dengan potensi wind gust yang muncul dari awan Cb baik di sekitar atau di luar runway.Kata kunci: Cumulonimbus, go-around, tailwind, wind gust. AbstractAn Analysis of Go-Around-Causing Tailwind at 38 Airports in Indonesia in the Period of January-February 2020: This study focused on analyzing the tailwind that causing go-around at 38 airports in Indonesia in the period of January to February 2020. We made a tailwind comparison of the pilot report, surface observation (10 m), and observation of 1000 ft to determine the accuracy of the tailwind reported by the pilot. The literature stated that high-speed winds in the lower troposphere were related to wind gust coming from cumulonimbus (Cb) clouds, so we compared pilot report to the presence of Cb clouds as far as 40 km from the runway in use by using a combination of brightness temperature difference (BTD) IR1-IR2 channels and brightness temperature (BT) IR1 channel of Himawari-8 satellite imagery. The results showed that the tailwind of the pilot report was larger than the tailwind of surface and 1000 ft observations and most of the tailwind was related to the potential wind gust that emerged from the Cb clouds either around or outside the runway.Keywords: Cumulonimbus, go-around, tailwind, wind gust.