Junaedi, Anggi A
STKIP Pangeran Dharma Kusuma

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KESENIAN SISINGAAN SUBANG: SUATU TINJAUAN HISTORIS Anggi Agustian Junaedi; Nina Herlina Lubis; Kunto Sofianto
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 9, No 2 (2017): PATANJALA VOL. 9 NO. 2, JUNE 2017
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (966.934 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v9i2.6

Abstract

Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian  sisingaan dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah. Namun, pendapat ini perlu ditinjau ulang mengingat beberapa pakar kesenian seperti Edih dan Armin Asdi yang mengatakan bahwa pada awalnya kesenian ini berfungsi sebagai alat untuk mengarak anak-anak yang akan dikhitan. Maka, untuk menjabarkan persoalan tersebut peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesenian sisingaan tidak lahir sebagai aksi perlawanan karena sebelum aksi tersebut terjadi, kesenian ini telah ada dan beberapa kali digelar pada acara khitanan. Setidak-tidaknya ada dua indikator yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya sisingaan. Pertama, ia merupakan bagian integral dari proses islamisasi di Subang. Kedua, sebagai bentuk penghormatan kepada P.W. Hofland karena telah berjasa membangun Subang beserta penduduknya. Kata kunci: kesenian sisingaan, historis, Subang.
Ba Eming: Fragmen Gerakan Sarekat Islam Lokal di Subang, 1913: Fragmen Gerakan Sarekat Islam Lokal di Subang Pada 1913 Anggi Agustian Junaedi
Tsaqofah Vol. 20 No. 1 (2022): Januari-Juni 2022
Publisher : Departement of History and Islamic Civilization, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/tsaqofah.v20i1.5828

Abstract

Gerakan Ba Eming merupakan gerakan perlawanan pertama yang terjadi di tanah partikelir Pamanoekan en Tjiassemlanden. Gerakan ini muncul sebagai bentuk reaksi para petani atas kebijakan tuan tanah. Kenaikan cukai sebesar dua ratus persen secara mendadak dinilai para petani sebagai bentuk kezaliman dan ketidakadilan penguasa. Keberatan yang terus ditolak tuan tanah pada akhirnya menimbulkan reaksi yang cukup keras dari para petani. Pada konteks ini, Ba Eming maju sebagai penggerak sekaligus pemimpin perlawanan. Padahal, situasi Pamanoekan en Tjiassemlanden pada kurun waktu hampir seratus tahun (1813-1912) dapat dikatakan dalam keadaan baik-baik saja. Karena peristiwa ini merupakan peristiwa historis maka digunakan metode sejarah yang dimulai dari proses heuristik, kritik, interpretasi, dan berakhir di historiografi. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesinambungan antara pra dan saat perlawanan. Tuan tanah yang baru dianggap tidak seperti tuan tanah sebelumnya yang justru mensejahterakan rakyat Subang. Kemudian meluasnya Sarekat Islam sebagai ideologi baru membuat rakyat Subang semakin berani melawan tirani.
PERAN MEDIA DALAM MEMBANGUN OPINI PUBLIK TENTANG KERUSUHAN TASIKMALAYA 1996 Anggi A Junaedi
Sinau : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora Vol. 7 No. 1 (2021): Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora
Publisher : LPPM STKIP Pangeran Dharma Kusuma Segeran Juntinyuat Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37842/sinau.v7i1.61

Abstract

The Tasikmalaya incident was a major and historic event that occurred in 1996. As a major event, media such as newspapers will never forget to report it. Interestingly, each newspaper has its own perspective in seeing reality. This method is used by media in a reality to then be constructed and produced in the form of news. As a result, the production of news varies even if the object is the same, whether we realize it or not. In the world of the press, this activity is known as media politics. And also, a historical event by Fernand Braudel declared as a historical event in a quick period of time. It is interesting to study how the media with Islamic and nationalist ideology reported on the Tasikmalaya incident because the incident involved these two elements. To answer this problem, the historical method is used which begins with a heuristic process, criticism, enters the interpretation process and historiography activities at the end. As a result, the construction of the news carried out by the Islamic and nationalist newspapers was very different. Ideology does influence the news. However, ownership and environmental factors cannot be ignored. Even more influential than ideology. In reporting Tasikmalaya, Islamic newspapers tend to defend Muslims. Meanwhile nationalist newspapers blame Muslims.