Loso Winarto
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Utara Jl. Jend Besar KH. A.Nasution I B Medan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Napitupulu, Delima; Winarto, Loso
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Bawang merah merupakan salah satu sayuran yang beradaptasi luas. Salah satu jenis bawang merah yang banyak dikembangkan di dataran rendah adalah varietas Kuning. Produksi bawang merah di Sumatera Utara cukup rendah dan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan lokal. Rendahnya produktivitas bawang merah di Sumatera Utara di antaranya disebabkan karena penerapan teknologi pemupukan yang tidak tepat dan tidak tersedianya paket pemupukan spesifik lokasi. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran diharapkan memberi hasil yang secara ekonomis menguntungkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan pada ketinggian 30 m dpl. dari bulan April sampai Juni 2008. Faktor perlakuan adalah dosis pupuk N (0, 150, 200, 250) kg/ha dan K (0, 75, 100, 125) kg/ha, diatur dalam sebuah rancangan acak kelompok faktorial dengan empat ulangan. Bawang merah yang digunakan adalah varietas Kuning. Pupuk dasar meliputi pupuk kandang dengan dosis 15 t/ha dan SP-36 sebanyak 300 kg/ha, diberikan satu minggu sebelum tanam dengan cara dicampurkan ke dalam tanah. Pupuk N dan K diberikan pada umur 3, 21, dan 35 HST masing-masing ⅓ dosis. Penanaman dilakukan dengan membuat plot-plot pertanaman berukuran 1,5 x 1,5 m. Jarak antarpetak 0,3 m dan jarak antarblok 0,4 m. Jarak tanam bawang 25 x 25 cm.  Penanaman dilakukan dengan cara tugal pada kedalaman 5 cm. Pengamatan hama dan penyakit dilakukan dengan metode PHT-SDT. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek interaksi antara takaran pupuk N dengan K terhadap bobot umbi basah dan kering. Penerapan teknologi pemupukan dapat meningkatkan produksi  bawang merah sebesar 64,69 g/rumpun diperoleh pada pemberian pupuk N 250 kg/ha dan K 100 kg/ha. Pemberian pupuk N dosis 250 kg/ha dan K  dengan dosis 100 kg/ha memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan produksi bawang merah. Hasil produksi tersebut sejalan dengan parameter tumbuh seperti jumlah anakan per tanaman, jumlah umbi, bobot umbi basah, dan memberikan produksi yang tinggi pada bawang merah. Pemberian pupuk N dosis 250 kg/ha dan K dosis 100 kg/ha pada tanaman bawang merah memenuhi syarat sebagai dosis pupuk bagi tanaman bawang merah dalam meningkatkan hasil, sehingga layak untuk direkomendasikan.ABSTRACT. Napitupulu, D. and L. Winarto. 2010. The Effect of N and K Fertilizer on Growth and Yield of Shallots. Shallots is one of the vegetables that has wide adaptation. One variety of shallots that well adapted in the lowland is Kuning. Total shallots production in North Sumatera was still quite low and has not yet been able to meet the local needs. The low productivity of shallots in North Sumatera meanwhile, was due to inappropriate fertilizers application and no suitable recommendation of fertilization package technology for spesific location. Good recommendation of fertilization application was expected to increase productivity which economically profitable. The objective of this study was to find out the effect of N and K fertilizers on the growth and yield of shallots. The study was conducted in the Experiments Garden, Assessment Institute of Agriculture Technology Medan, North Sumatera, at 30 m asl, from April to June 2008.  Shallots variety used was Kuning. The treatments were four levels of N (0, 150, 200, 250 kg/ha) and four levels of K (0, 75, 100, 125 kg/ha). The experiment was arranged in a factorial randomized block design with four replications. Basic fertilizers used were manure (15 t/ha) and SP-36 (300 kg/ha), applied at one week before planting. N and K were given at the age of 3, 21, and 35 days after planting respectively with the dose of ⅓. The plot size was 1.5 x 1.5 m, and 0.3 m row spacing and distance beetween block 0.4 m, and 0.3 m respectively. Planting distance was 25 x 25 cm. Pest and disease observation were done using integrated pest control methods. The research results indicated that there was interaction between nitrogen and potassium fertilizers  application to the fresh weight and dry bulb per plant. Application of fertilizer could increase shallots dry bulb yield up to 64.69 g/plant that was obtained by the application of 250 kg/ha N and 100 kg/ha K. The fertilizer application of N (250 kg/ha) and K (100 kg/ha) was recommended to increase the productivity of shallots in the area.
KAJIAN KETAHANAN VARIETAS KENTANG TERHADAP SERANGAN PENYAKIT Phytophthora infestans DI KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA Winarto, Loso; Haloho, Lermansius
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Study of Potato Variety Assessment Resistence for Phytophthora infestans Disease in District Karo, North Sumatra. Potate is a main potential commodity in  North Sumatra where the poduction was marketed to fulfill local and regional needs. This research was done in Cinta Rakyat Village, Simpang Empat Subdistrict, Karo Regency, North Sumatra which was located at 1,250 m above the sea level.  In this research four vatrieties were used; Granola, Atlantik, Kikondo, Margahayu and 0981-1085 Strains which were arranged by random Block Design and each treatment repeated 5 times. The distance between these plants was 30 cm x 80 cm, the plot measurement was 3m x 4 m (50 plants). The distance between each treatment was 50 cm, the distance between each repetition was 100 cm. To protect this plant from diseases several materials were used; 20 t/ha manure, 200 kg/ha urea, 400 kg/ha SP- 36, 200 kg/ha ZA, 150 kg/ha KCl.  Where as pest control was adjusted with the local condition. The research results after 70 days of plantation showed that the lowest intensity of Phytophthora  infestans disease was found  in Strains 0981-1085 (64.45%) treatment, where as the highest intensity was found in Granola variety (79.75%). The highest production was found in Strains 0981-1085 (31.89 t/ha) treatment, whereas Granola variety only reach 12,95 t/ha.  The R/C value was Granola (1), Margahayu (1.6), Atlantik (1.8), Kikondo (2.2) and 0981-1085 (2.5).Tanaman kentang merupakan salah satu komoditas unggulan dan menjadi sentra di Sumatera Utara, produknya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal dan regional.  Kajian ini dilaksanakan di Desa Cinta Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, ketinggian 1250 m dpl.  Varietas kentang yang digunakan, yaitu: varietas Granola, Atlantik, Kikondo Margahayu dan Galur 0981-1085.  Menggunakan Rancangan Acak Kelompok, setiap perlakuan diulang 5 kali.  Jarak tanam kentang 30 cm x 80 cm, jarak antar perlakuan 50 cm.  Pupuk yang digunakan: pupuk kandang ayam 20 t/ha, Urea 200 kg/ha, SP-36 400 kg /ha, ZA 200 kg/ha, KCl 150 kg /ha.  Pengendalian hama disesuaikan dengan kebutuhan.  Hasil kajian menunjukkan bahwa tanaman pada umur 70 hari setelah tanam (hst), intensitas serangan Phytophthora infestans terendah terdapat pada perlakuan 0981-1085 (64,45%) sedangkan intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan Varietas Granola (79,53%).  Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan Galur 0981-1085 (31,89 t/ha), sedang Varietas Granola hanya mencapai 12,95 t/ha.  Hasil perhitungan antara penerimaan dan pengeluaran (R/C) memberikan nilai secara berturut-turut Granola (1), Margahayu (1,6), Atlantik (1,8), Kikondo (2,2) dan Galur 0981-1085 (2,5).  Dengan demikian, tanaman kentang Galur 0981-1085 dan Kikondo layak untuk ditanam.
KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BAWANG MERAH DI HARANGGAOL SUMATERA UTARA Winarto, Loso; Yufdy, M. Prama; Haloho, Lermansius
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Package Technology of Red Onion in Haranggaol, North Sumatera. The cultivation of red onion around Toba Lake has not been developed well due to pest and disease problems, improper cultivation practices adopted by farmers as characterized by the planting local varieties. A study was conducted in Haranggaol, North Sumatra in an effort to introduce suitable technology needed for increasing production. Two high yield varieties `Tiron and Thilipina were planted using two recommended technology packages which were then compared to local practices. Research results indicated that Tiron produced the highest number of tiller i.e. 17.30/cluster, while Philipina yielded the highest production (20.51 t/ha) with larger size of bulb (141 bulb/kg). In comparison, Tiron produced 7.88 t/ha with higher number of bulb at 237 bulb/kg while local variety produced 7.43 t/ha with 221 bulb/kg. The highest reduction of bulb weight after 60 days stored was Philipina reached 20.40%, Tiron 19.20% and local variety 18.80%. The control of Spodoptera exiqua by using feromon­exi showed that 1,059 heads of imago could be trapped. If one pair of imago can produced 500-600 eggs, it can be estimated that this treatment could kill 635,400 larvas of Spodopthera exigua. Results also indicated that the package technology 2 with Philipina showed R/C at 2.8, followed by package technology 1 with Tiron variety at 1.7 and local practice at 1.2 Key words: Red onion, technology package, varietyPertanaman bawang merah di sekitar kawasan Danau Toba tidak berkembang bahkan cenderung menurun akibat serangan hama dan penyakit, budidaya yang masih tradisional dan belum digunakannya varietas unggul. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilakukan suatu pengkajian perbaikan budidaya dan varietas unggul bawang merah di Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Teknologi yang diterapkan adalah bawang merah varietas Tiron dan Philipina yang ditanam dengan dua paket teknologi anjuran dibandingkan dengan teknologi petani. Hasil kajian menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi diperoleh pada varietas Tiron (17,30/ rumpun). Produksi yang tertinggi didapat pada varietas Philipina yaitu 20,51 t/ha dan umbi lebih besar (141 umbi/kg); Tiron 7,88 t/ha dengan jumlah umbi 237/kg sedangkan varietas lokal hanya mencapai 7,43 t/ha dengan jumlah umbi 221/kg. Penyusutan setelah 60 hari dalam penyimpanan tertinggi terdapat pada varietas Philipina mencapai 20,40%, Tiron 19,20% dan Samosir 18,80%. Pengendalian hama spodoptera exigua dengan pemasangan Feromon-exi dapat ditangkap imago jantan sebanyak 1.059 ekor. Jika sepasang imago mampu bertelur 500 — 600 butir maka diperkirakan dapat membunuh larva keturunannya mencapai 635.400 ekor larva Spodoptera exigua. Hasil perhitungan menggunakan R/C secara berturut-turut Teknologi-1 (Bawang Tiron) sebesar 1,7; Teknologi-2 (bawang Philipina) sekitar 2,8 dan Teknologi Petani (Bawang Samosir/Lokal) sebesar 1,2. Kata kunci: Bawang merah, paket teknologi, varietas
TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella DENGAN INSEKTISIDA DAN AGENSIA HAYATI PADA KUBIS DI KABUPATEN KARO Winarto, Loso; Nazir, Darmawati
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plutella xylostella is the main pest of cabbage crops and it could cause harvest loss around 50 to 100 percentif no pesticides application. Most farmers in Karo District control the pest using various pesticides with highconcentration rates and short control interval that leads to high pesticide residual in cabbage crops and lowering exportcompetitiveness. The study was conducted in Karo District in 2001. P. xylostella was controlled using biologicalagents, namely Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana, farmers’ practice (using pesticides), control (no treatment).The assessment was carried out using demonstration plots. There were 18 participating farmers divided into 3 groups.Each group comprised 4,000 m2 of land including border plants and each group functioned as replication. Areas oftreatment plots were 650 m2 each, but those of control were 250 m2 each. Distance among treatment plots was 1.5meters, and distance between border and treatment plants was 1.5 meters. The results showed that B. thuringiensis, B.bassiana, and farmers’ practice could contain P. xylostella’s attack. Before treatments were carried out the populationof P. xylostella were 0.6, 0.8, and 0.6 larva per plant, and after treatments the population became 0 larva/plant.Population at control plots after treatment was 21.7 larva/plant. Leaves damage on 64 days after treatments was 0percent, while that of control was 74.35 percent. Yield of B. thuringiensis treatment was the highest (67,250 kg/ha),while those of B. bassiana and control were 66,000 kg/ha and 6,000 kg/ha, respectively. B. thuringiensis treatmentgained highest income of Rp 33,052,200 with B/C ratio of 2.36, followed by B. bassiana treatment (Rp 32.,128,800,and B/C ratio of 2.28), insecticides treatment (Rp 24,095.700, and B/C ratio of 1.39), and control (Rp 5,964,000, andB/C ratio of -0.59).Key words: cabbage, Plutella xylostella, Bacillis thuringiensis, Beauveria bassiana Dalam usahatani kubis masalah utama yang dihadapi petani adalah serangan hama. Salah satu hama utamakubis adalah Plutella xylostella. Serangan hama ini dapat mengakibatkan kehilangan hasil 50–100 persen apabila tidakdikendalikan. Pada umumnya petani Kabupaten Karo mengendalikan hama tersebut dengan menggunakan pestisidayang beraneka ragam dengan konsentrasi tinggi dan interval penyemprotan yang terlalu dekat, sehingga dapatmenimbulkan efek residu serta mengurangi harga saing ekspor. Untuk mengurangi adanya efek residu insektisida,maka BPTP Sumatra Utara telah melakukan pengkajian di Kabupaten Karo pada tahun 2001, mengenai pengendalianhama P. xylostella dengan agensia hayati menggunakan bakteri Bacillis thuringiensis, Beauveria bassiana, perlakuanpetani (insektisida ) dan kontrol (tanpa perlakuan). Pengkajian dilakukan dengan sistem demplot di lahan petani yangdiikuti 18 koperator, yang dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok seluas 4.000 m2 termasuk tanamanpinggiran, tiap kelompok sebagai ulangan. Luas petak tiap perlakuan 650 m2 , kecuali kontrol 250 m2 , jarak antarperlakuan 1,5 m, jarak tanaman pinggiran dengan perlakuan 1,5 m. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlakuanB. thuringiensis, B. bassiana dan perlakuan petani dapat menekan P. xylostella, sebelum aplikasi populasi larvamasing-masing mencapai 0,6 ; 0,8 ; dan 0,6 . Tetapi setelah aplikasi perlakuan yang ke 4 populasi larva P .xylostellamenjadi 0 larva/tanaman, perlakuan kontrol masih mencapai 21,7 larva/tanaman. Intensitas kerusakan daun saat 64hari setelah tanam (hst) masing–masing perlakuan 0 persen, kecuali perlakuan kontrol mencapai 74,35 persen.Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan B. thuringiensis (67.250 kg/ha), B.bassiana (66.000 kg/ha), sedangkanperlakuan kontrol hanya mencapai 6.000 kg/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa pendapatan tertinggiadalah B.thuringiensis Rp 33.052.200 dengan B/C ratio 2,36 diikuti oleh B.bassiana Rp 32.128.800 dengan B/C ratio2,28; Insektisida Rp 24.095.70 dengan B/C 1,39 dan kontrol (tanpa perlakuan) Rp 5.964.000 dengan B/C ratio –0,59.Kata kunci : kubis, Plutella xylotella, Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana