Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Strategi Keberhasilan BUMDES Tirta Mandiri dan Tinjauan Perspektif Ekonomi Islam Windu Baskoro
Mukaddimah: Jurnal Studi Islam Vol. 4 No. 1 (2019)
Publisher : Kopertais Wilayah III Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia sebagai negara berkembang selalu melakukan upaya dan strategi pembangunan untuk mencapai kemakmuran rakyatnya. Akhir-akhir ini pemerintah membuat konsep baru dalam mengupayakan kesejahteraan bagi masyarakat perdesaan, konsepnya adalah membuat desa membangun dan berdaya. BUMDes adalah suatu lembaga usaha yang memiliki fungsi untuk melakukan usaha dalam rangka memperoleh keuntungan atau laba dalam rangka memperkuat perekonomian desa. Tulisan ini ingin memaparkan strategi kesuksesan pengelolaan yang ada di BUMDes Tirta Mandiri, mengetahui dan menganalisis dampak dari adanya BUMDes Tirta Mandiri tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat Desa Ponggok dan tinjauan dari perspektif Ekonomi Islam. Strategi keberhasilan di BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal yaitu memiliki Kepala Desa yang visioner, masyarakat desa yang memahami dan berperan aktif, memiliki sumber daya alam yang potensial, memiliki Badan Pengawas dan Dewan Komisaris dalam mengontrol kegiatan operasionalnya, menggandeng berbagai pihak untuk bersinergis, faktor eksternal adalah dukungan pemerintah dengan Dana Desa, gaya hidup masyarakat atas wisata (refreshing). BUMDes memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat antara lain pengentasan kemiskinan, membuka lapangan kerja, peningkatan perekonomian, kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan usaha kreatif. Pengelolaan BUMDes Tirta Mandirisudah menerapkan kaidah–kaidah Islam dalam melakukan pengelolaan dan ekonominya yaitu melalui kerjasama (syirkah) yang baik antara pemerintah desa, pengelola dan masyarakat. Dengan menjalankan pola kerjasama yang baik maka diperoleh kemaslahatan bagi masyarakat desa Ponggok.Kata Kunci : Strategi Keberhasilan BUMDes, Ekonomi Islam.
Adonara Island NTT: Preservation Of Weaving Traditions and Sustainable Halal Tourism Destinations Windu Baskoro
Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking Vol. 8 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/ijiefb.v8i2.12128

Abstract

Introduction to The Problem: Adonara Island, located in East Flores Regency, East Nusa Tenggara (NTT), possesses rich cultural potential through its traditional woven fabrics that reflect a strong local identity and cultural values. However, its potential as a cultural-based tourism destination remains underexplored. Purpose/Objective Study: This study aims to evaluate the potential of Adonara Island as a tourist destination based on the weaving industry by integrating aspects of the creative economy, cultural preservation, and halal tourism development. Design/Methodology/Approach: The research employed a qualitative descriptive approach, focusing on actual field conditions. Primary data was collected through interviews with local stakeholders, while secondary data was obtained from literature, government reports, and community documentation. Data analysis was conducted using SWOT analysis supported by IFAS and EFAS matrices. Findings: The results indicate that Adonara Island holds significant potential as a leading destination for cultural tourism. The SWOT analysis places Adonara Island in the first quadrant (growth strategy), suggesting strong opportunities for development. The recommended strategy includes improving accessibility, developing Muslim-friendly facilities, and empowering local communities through training and incentives. Branding efforts are encapsulated under the name “Adonara Tenun Island,” targeting both domestic and international markets. Sustainable tourism principles are applied by integrating environmental and cultural conservation. Collaboration between government, private sector, and local communities is essential for building an inclusive tourism ecosystem.