Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Komodifikasi Wilayah Pasca Perang: Okinawa Sebagai Destinasi Wisata Tropis “Bukan Jepang?” Mukhlis Arifin; Kurniawaty Iskandar
HUMAYA Jurnal Hukum Humaniora Masyarakat dan Budaya Vol. 2 No. 1 (2022): JUNE
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/humaya_fhisip.v2i1.2361

Abstract

This paper will review the commodification of tourism in Okinawa in the form of dark tourism and how the form of Japanese identity formation in Okinawa is basically "not Japanese." This research aims to understand how irony from tragedy becomes a commodity that can spur the economic pace of society. The concept of dark tourism and commodification will be the analysis knife in dissecting tourism activities in Okinawa. This paper uses literature study method; this paper will collect previous research and process it to understand how the commodification of tragedy can be of economic value. The study found that the tragedy can be valued as comodity by the tourist who looking for the past event as the comodity, but it will remain recorded in their collective memory as an unsolved problem in the affected community. Tulisan ini mengulas tentang komodifikasi pariwisata di Okinawa dalam bentuk "Wisata Gelap" dan bagaimana bentuk pembentukan identitas Jepang di Okinawa pada dasarnya “bukan orang Jepang”. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana ironi dari tragedi menjadi komoditas yang dapat memacu laju ekonomi masyarakat. Konsep dark tourism dan komodifikasi akan menjadi pisau analisis dalam membedah aktivitas pariwisata di Okinawa. Makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan. Makalah ini mengumpulkan penelitian sebelumnya dan mengolahnya untuk memahami bagaimana komodifikasi tragedi dapat bernilai ekonomi. Studi ini menemukan bahwa tragedi dapat dinilai sebagai komoditas oleh para wisatawan yang melihat peristiwa masa lalu sebagai komoditas, tetapi akan tetap terekam dalam memori kolektif mereka sebagai masalah yang belum terpecahkan di masyarakat yang terkena dampak.