Penelitian sabun antibakteri berbahan dasar minyak biji nyamplung telah dilakukan dan telah memiliki karakteristik sesuai dengan SNI, namun masih memiliki daya pembusaan dan stabilitas busa yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar SLS (Sodium Lauryl Sulfate) terhadap karakteristik sabun, mengetahui formulasi sabun padat antibakteri terbaik berdasarkan SNI 3532-2016 dan mengetahui aktivitas antibakteri sabun dengan karakteristik terbaik. Karakterisasi sabun meliputi jumlah lemak total, asam lemak bebas, asam lemak tidak tersabunkan, derajat keasaman (pH) dan stabilitas busa. Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap sabun dengan karakteristik terbaik dan yang disukai oleh responden. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial (RAL factorial) dengan variabel bebas yaitu kadar SLS. Kadar SLS yang digunakan adalah 0,5%; 0,75%; 1%; 1,25%; 1,5%; 1,75%; 2% dan 2,25%. Hasil analisis yang menunjukkan adanya perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan 99% (α=0,01). Hasil penelitian menunjukkan sabun padat antibakteri yang memiliki formulasi terbaik adalah sabun SK4 atau sabun padat antibakteri dengan kadar SLS 1,25% dengan jumlah lemak total sebesar 26,27%, asam lemak bebas sebesar 1,025%, lemak tidak tersabunkan sebesar 4,25%, derajat keasaman (pH) sebesar 9,40 dan stabilitas busa sebesar 79,7%. Uji aktivitas antibakteri sabun dengan konsentrasi SLS 1,25% menghasilkan diameter hambat bakteri Staphylococus aureus sebesar 18,40 mm.