Wilham George Louhenapessy
Structure and Geotechnical Engineering, Calvin Institute of Technology, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

DISAIN TEROWONGAN DI BATUAN: PERBANDINGAN METODE KLASFIKASI BATUAN DAN METODE ELEMEN HINGGA KRITERIA RUNTUH GETAS-DAKTAIL BATUAN BERKEKAR Wilham George Louhenapessy
Jurnal Rekayasa Teknik Sipil dan Lingkungan - CENTECH Vol. 1 No. 1 (2020): APRIL. ISSN 2722-0230 (Online)
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.539 KB) | DOI: 10.33541/cent.v1i1.1474

Abstract

Dalam infrastruktur akhir-akhir ini di Indonesia, telah dibangun banyak terowongan di batuan . Dalam mendisain penyangga terowongan, umumnya yang dipakai adalah: metode disain dengan Sistim Klasifikasi Batuan (NATM, Q-System, RMR, RMi, dll). Kelemahan Klasifikasi Sistim Penyangga batuan dari Institut Geoteknik Norwegia (NGI, atau disebut sebagai Q-System) adalah sbb: a. kurang diperhitungkannya arah kekar terhadap permukaan galian terowongan; b. tidak diperhatikan pengaruh waktu; dan c. kurang analisa pengaruh air didalam kekar dari masa batuan. Keruntuhan batuan, dipostulasikan disebabkan oleh dua pilihan runtuh: 1). runtuhnya batuan utuh / intak (intact rock) atau, 2). runtuhnya batuan berkekar (joint rock). Tahun 1977 Barton-Bandis mengusulkan kriteria runtuh berdasarkan variabel kekasaran kekar yang diambil dari Q-system, namun diperbaharui ditahun 1996 oleh Papaliangas dkk., yang mengusulkan terobosan baru kedalam rumus dasar keruntuhan kekar dengan mengimplementasikan pengaruh Transisi Getas-Daktail (Brittle-Ductile Transition / BDT) pada kekar. Kriteria runtuh lama - Mohr-Coulomb- dan Barton-Bandis tidak mengakomodasikan BDT. Dalam paper ini, penulis mencoba mengimplementasikan algoritma Papaliangas (BDT) kedalam algoritma Multilaminate Model FEM dari Zienkiewicz-Pande (1977). Diusulkan suatu metode penyangga terowongan yang lebih rasional dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh tersebut diatas (a. s/d c) berdasarkan rekayasa numerik: Metode Elemen Hingga Multilaminate untuk masa kekar batuan / joint rock mass (Louhenapessy 2000, 2003 dan Zienkiewicz-Pande 1977). Akan ditampilkan diagram-diagram bunga (Rose Diagrams), tabel-tabel disain, Indeks Keruntuhan dan kurva-kurva yang berguna untuk praktek rekayasa pembuatan terowongan, tanpa ‘shotcrecte linning’. Studi/contoh numerik terfokus pada terowongan lingkaran, dengan sebuah kedalaman, berbagai tekanan lateral, berbagai arah kekar dan dua kriteria runtuh (Mohr-Coulomb dan Papaliangas /Brittle-Ductile). Keywords: Kekar (joint rock) ; Model Multilaminasi (Multilaminate Model) ; Penyangga terowongan (tunnel support) ; Diagram Bunga (Rose Diagrams) ; Indeks Keruntuhan (Failure Indices): Nilai Q; kriteria runtuh Papaliangas dan Mohr-Coulomb.