Sudarman Sudarman
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MELAYUNISASI KITAB AL-HIKAM KARYA IBNU ‘ATHAILLAH AL-SAKANDARI (Tinjauan Terhadap Teks Tadzkîr al-Ghabî Karya Syekh Burhanuddin) Ahmad Taufik Hidayat; Sudarman Sudarman
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1255.219 KB) | DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.49

Abstract

Artikel ini mendiskusikan perihal upaya melayunisasi kitab al-Hikam yang ditulis oleh Ibn‘Athaillah al-Sakandari (w.1309 M) melalui buah tangan Syekh Burhanuddin Ulakan (w. 1692 M) berjudul, Tadzkir al-Ghabi. Berdasarkan Telaah terhadap manggala, kolofon dan edisi kitab Tadzkir al-Ghabi terlihat bahwa upaya mensyarah yang dilakukan Syekh Burhanuddin untuk‘memiliki’ kitab al-Hikam atau menjadikannya sebagai milik Melayu bukanlah membuat sebuah versi dari naskah al-Hikam, tetapi ‘membumikan’ ajaran-ajaran tauhid yang digagas dalam teks al-Hikam agar mudah diterima oleh masyarakat Melayu pada umumnya, dan masyarakat Minangkabau khususnya. Sebaliknya, edisi Tazkir al-Ghabi tidak pula berupa salinan mentah dari kitab Hikam, berkenaan dengan upaya syekh Burhanuddin menyederhanakan makna ke dalam alam psyicho organik dunia Melayu. Perubahan judul yang dilakukan Burhanuddin terhadap kitab Tazkir al-Ghabi, yang bermakna ‘peringatan bagi orang-orang yang dungu’ tidak berarti ia lari dari teks inti (al-Hikam), tetapi memberi ruang gerak baru bagi pembaca Melayu yang mabuk akan dimensi tasauf, namun lupa akan inti ajaran tauhid. Selain itu, teks Tazkir al-Ghabi juga membuktikan akan kiprah kepenulisan syekh Burhanuddin di dunia Melayu, yang selama ini dianggap tidak memiliki karya tulis.
ARSITEKTUR RUMAH IBADAH KUNO DI MINANGKABAU Sudarman Sudarman; Rusydi Ramli
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.954 KB) | DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.66

Abstract

Rumah Ibadah di Minangkabau tidak hanya menandakan bahwa orang Minangkabau sangat religious, tetapi yang lebih penting adalah bahwa orang Minangkabau termasuk dalam katagori masyarakat multikulturalisme. Yang dimaksud dengan masyarakat multikulturalisme tidak hanya masyarakatnya yang plural, penekannya adalah kebijakan pemerintah kolonial terhadap seluruh aliran agama di ruang public. Melalui rumah ibadah kuno di Minangkabau, penelitian ini menemukan tiga hal. Pertama, penelitian ini menemukan tipelogi arsitektur mesjid dan gereja. Mesjid secara cultural dipengaruh oleh budaya local seperti mesjid yang berarsitektur Bodi Caniago dan Kota Piliang, sedangkan Gereja dilihat dari fungsinya bisa dibedakan antara lain; Katedral, Paroki, Stasi dan Kapel. Kedua, simbol-simbol yang ada di rumah ibadah kuno memiliki makna sacral yang bisa memberikan motivasi kepada penganutnya. Semakin simbol itu disakralkan maka semakin kuat juga makna yang terkandung didalamnya. Ketiga, dengan berdirinya rumah ibadah kuno di kota-kota yang dibangun dan menjadi basis colonial, menandakaan satu dinamika baru dalam pembentukan masyarakat multicultural di Minangkabau.