Ni Luh Suparwati
Universitas Darma Persada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Bahasa Jepang Taiyou

Ragam Hormat dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Bali Suatu Analisis Kontrastif Ni Luh Suparwati
Jurnal Bahasa Jepang Taiyou Vol. 2 No. 1 (2019): Versi Cetak
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.286 KB) | DOI: 10.22236/taiyou.v2i1.4840

Abstract

Secara etimologi bahasa Jepang dan bahasa Bali sama-sama memiliki tingkat tutur. Tingkat tutur dalam bahasa Jepang disebut Keigo sedangkan tingkat tutur dalam bahasa Bali disebut Sor Singgih Basa. Dalam berbicara baik masyarakat Jepang maupun masyarakat Bali, selalu memperhatikan keadaan lawan bicaranya. Apakah lawan bicaranya itu orang yang baru di kenal?, atau orang yang lebih tua? Atau orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi atau sebaliknya. Hal ini akan menentuka ragam bahasa atau tingkat tutur yang digunakan dalam berbicara. Karena walaupun secara gramatikal dan leksikal bahasa seseorang itu benar, belum tentu dapat diterima dalam suatu lingkungan sosial masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan ragam hormat atau keigo dalam bahasa Jepang dan penggunaan sor singgih basa dalam bahasa Bali, serta mencari kesepadanan makna diantara kedua ragam bahasa tersebut.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kontrastif yaitu mendeskripsikan dan membandingkan penggunaan kedua ragam bahasa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesepadanan makna antara keigo dalam bahasa Jepang dan sor singgih basa dalam bahasa Bali. Dalam penggunaannya sonkeigo sepadan dengan basa alus singgih, kenjougo sepadan dengan basa alus sor, dan teineigo sepadan dengan basa alus madya.
From NEET to ‘NIITO’: Defining Social Problem in Japan Rima Novita Sari; Herlina Sunarti; Ni Luh Suparwati
Jurnal Bahasa Jepang Taiyou Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Taiyou
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/taiyou.v3i1.9551

Abstract

This research aims to denote the phrase NEET, which became ‘niito’ in Japan. NEET stands for Not in Education, Employment, or Training at its inception and refers to social problems faced by productive forces who are not in education or employment. NEET has developed into a social problem in many other countries, and the word was later renamed ‘niito’ in Japan. According to the data collected, the term NEET in Japan morphed which spawned a variety of additional ‘niito’ that are not only related to the workforce but also individual psychological and mental health concerns. The method of research is qualitative with descriptive analysis. The social problems theory by Richard C. Fuller dan Richard R. Myers (1941) used to find the answer; demonstrates three steps of the problems which are awareness, policy determination and reform. As results of the research, NEET in Japan originally denoted the phrase productive forces solely did not wish to work. However, as the term evolved in society, it gave rise to various ‘niito’ meanings. Thus, in Japan, the term NEET refers to labor force concerns and individual psychological disorders that can contribute to a person becoming ‘niito’.